sejarah bakpia jogja dan rahasia di balik merek angka yang ikonik - News | Good News From Indonesia 2025

Sejarah Bakpia Jogja dan Rahasia di Balik Merek Angka yang Ikonik

Sejarah Bakpia Jogja dan Rahasia di Balik Merek Angka yang Ikonik
images info

Kawan GNFI pasti tahu bakpia, makanan bulat pipih dengan kulit yang tipis dan isian yang legit ini pasti terlintas di kepala. Wisata ke Yogyakarta rasanya kurang lengkap jika tidak membawa oleh-oleh khas yang satu ini untuk teman dan keluarga.

Bakpia sudah eksis dibenak masyarakat selama puluhan tahun dan kini telah dinobatkan sebagai warisan budaya tak benda dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Muhadjir Effendy di tahun 2016. 

Popularitas kudapan manis satu ini menjadikan industri pembuatan bakpia berkembang pesat di Yogyakarta. Para pengusaha berusaha menciptakan varian-varian baru dengan ciri khasnya masing-masing. Setiap tahunnya berbagai merek bakpia baru bermunculan dengan inovasi yang beragam. 

Tapi pernah nggak sih Kawan GNFI penasaran, kenapa banyak merek bakpia Jogja selalu identik dengan angka seperti Bakpia 25, Bakpia 75, atau Bakpia 145? Apakah ada makna khusus tentang angka-angka tersebut, atau sekadar strategi pemasaran? Yuk, simak cerita tentang bakpia dan makna angka-angka tersebut!

Sejarah Singkat Bakpia 

Dikutip dari jurnal Multikultura karya Rae Rato dan Hadi, bakpia bukanlah makanan asli dari Indonesia. Bakpia sendiri merupakan makanan dari negeri Cina. Kata bakpia berasal dari dialek Hokkien, ‘bak’ yang berarti daging, khususnya untuk daging babi, sedangkan kata ‘pia’ berarti olahan tepung yang berbentuk bulat pipih yang dimasak dengan cara dikukus atau dipanggang.

Dilansir dari Kompas.com, bakpia pertama kali dikenalkan oleh imigran dari Cina pada awal abad ke 20. Tidak seperti kue keranjang atau kue bulan, bakpia tidak memiliki nilai sosial maupun kultural. Bakpia awalnya hanya camilan sehari-hari masyarakat Tionghoa. Hingga di tahun 1930-an, jajanan satu ini mulai dijual oleh masyarakat Tionghoa untuk tambahan penghasilan di tengah depresi ekonomi yang melanda Hindia-Belanda.

Menurut beragam sumber, konon resep pertama bakpia isi kacang hijau diperkenalkan oleh Kwik Sun Kwok, pendiri Bakpia 75 yang sadar jika mayoritas masyarakat Jogja tidak dibisa memakan babi. 

Baca Juga: Sejarah Kampung Pathuk, sentra bakpia Jogja

Fenomena Merek Angka: Apa Artinya?

Sering menjadi pertanyaan mengapa merek bakpia di Jogja selalu identik dengan angka. Penggunaan angka pada merek bakpia ternya tidak memiliki makna khusus atau berkaitan dengan teknik pemasaran.

Dikutip dari Kompas.com, Ahmad Sudrajat, supervisor Bakpia 75 menjelaskan bahwa penggunaan angka pada merek bakpia merujuk pada nomor rumah atau nomor jalan. Penggunaan nomor sebagai merek digunakan sejak awal industri bakpia mulai di dirikan hingga kini digunakan sebagai ciri khas dari bakpia Jogja. 

Inovasi Bakpia Kekinian

Setiap tahunnya, sekitar 22,59 juta wisatawan membanjiri kota Yogyakarta. Banyaknya jumlah wisatawan yang berlibur, menjadikan bakpia sebagai industri yang krusial di kota Istimewa ini. Zaman yang makin modern ini menuntut para pengusaha bakpia untuk terus berinovasi.

Kini ratusan merek dan varian bakpia telah membanjiri pasar oleh-oleh Jogja. Tidak hanya bakpia klasik isi kacang hijau atau kumbu hitam, saat ini kawan GNFI juga bisa membeli bakpia rasa coklat, keju, hingga red velvet di toko oleh-oleh favorit.

Tidak berhenti berinovasi di rasanya saja, bakpia yang semula hanya dipanggang juga telah berevolusi menjadi bakpia kukus yang sangat diminati pasar.

Bakpia Jogja bukan hanya sekadar makanan saja, tetapi juga warisan budaya yang terus hidup melalui inovasi rasa dan strategi branding yang unik. Di balik setiap kotak bakpia yang kita bawa pulang, tersimpan cerita panjang tentang tradisi, sejarah, dan kreativitas masyarakat Jogja.

Jadi, saat berkunjung ke Jogja, jangan hanya berfoto di tempat ikoniknya, luangkan waktu untuk mencicipi bakpia sekaligus mencari tahu cerita di balik merek dan angka yang menghiasinya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AN
ML
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.