Pada tanggal 15 Januari 2025, Gunung Ibu di Halmahera mengalami erupsi setinggi 4.000 meter, yang disertai dengan hujan abu lebat. Hingga 21 Januari 2025 tercatat bahwa erupsi masih terus terjadi.
Status erupsi Gunung Ibu saat ini berada pada status Level IV atau Awas. Sejak awal Januari 2025 telah terjadi lebih dari seribu kali letusan dari Gunung Ibu.
Informasi Geologi Gunung Ibu
Gunung Ibu adalah gunung berapi kerucut setinggi 1.340 meter, yang terletak di barat laut Pulau Halmahera, Maluku Utara. Puncak gunung merupakan kawah vulkanik, dengan pusat kawah memiliki lebar 1 km dan kedalaman 400 m.
Kawah bagian luar berdiameter 1,2 Km, terbuka pada sisi bagian utara, membentuk lembah dengan dinding yang terjal. Selain itu terdapat kawah-kawah kecil akibat letusan gunung di bagian barat dan utara.
Gunung Ibu merupakan salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia, yang telah menunjukkan peningkatan aktivitas yang signifikan sejak Juni 2024.
Berdasarkan data sejarah aktivitas vulkanik dari Badan Geologi, letusan hebat Gunung Ibu pertama kali terjadi pada tahun 1911 yang merupakan letusan eksplosif di kawah pusat.
Letusan disertai suara gemuruh bagaikan suara mesin jet. Sebaran material letusan berukuran dan pasir terbatas di sekitar puncak dan lereng, tidak ada yang mencapai perkampungan.
Baca juga: Fakta-Fakta Menarik Gunung Raung di Jawa Timur yang Erupsi 24 Desember 2024
Berselang 87 tahun kemudian, erupsi kembali terjadi pada tahun 1998. Erupsi ditandai dengan munculnya sumbatan lava, yang lalu tumbuh menjadi kubah lava. Terakhir kali Gunung Ibu berada di Level IV atau Awas adalah pada Mei 2024. Status itu kemudian turun ke Level III atau Siaga pada 22 Juni 2024, hingga kembali naik ke Level IV atau Awas pada hari Rabu (15/1/2025).
Kondisi Terkini Setelah Erupsi 15 Januari 2025
Dengan kondisi erupsi yang masih tinggi, Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat telah menetapkan Status Tanggap Darurat Penanganan Erupsi Gunung Ibu terhitung sejak tanggal 15 Januari 2025 selama 14 hari.
Sesuai rekomendasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), masyarakat diimbau tidak beraktivitas di radius 5 kilometer dan 6 kilometer dari bukaan kawah aktif di arah utara. Terdapat enam desa yang masuk dalam zona bahaya tersebut, yakni Desa Togoreba Sungi, Desa Sangaji Nyeku, Desa Borona, Desa Tuguis, Desa Todoke, dan Desa Soasangaji.
Berdasarkan rekomendasi tersebut, maka enam desa yang masuk dalam zona bahaya harus dikosongkan dari aktivitas warga yang artinya warga disarankan untuk mengungsi ke tempat pengungsian yang sudah disiapkan pemerintah.
Pihak pemerintah masih terus membujuk warga yang masih bertahan di rumah mereka, karena warga tersebut merasa aman untuk tetap bertahan dengan berkaca dari dampak erupsi terakhir pada bulan Mei 2024. Selain itu masih ada warga yang belum bersedia dievakuasi karena alasan ekonomi, sedang masa panen hasil kebun palawija mereka.
Baca juga: Gunung Marapi Erupsi, Ketinggian Kolom Letusan Hingga 1,5 KM
Hingga tanggal 21 Januari 2025, jumlah pengungsi sudah mencapai 1.067 orang, yang tersebar di beberapa titik pengungsian yang disiapkan pemerintah. Kementrian Sosial telah menyalurkan bantuan bagi warga yang terdampak erupsi Gunung Ibu, berupa logistik dan kebutuhan dasar.
Untuk memenuhi kebutuhan makanan warga, Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Halmahera Barat juga telah mendirikan posko dapur umum sejak 17 Januari 2025 di halaman SMKS Anak Negeri di Desa Akesibu, Kecamatan Ibu.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memastikan stok makanan untuk kebutuhan warga di enam desa yang terdampak, masih aman untuk satu pekan ke depan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News