pernah berjaya di masa lalu mengapa populasi hindu dan buddha di indonesia kini sedikit - News | Good News From Indonesia 2025

Pernah Berjaya di Masa Lalu, Mengapa Populasi Hindu dan Buddha di Indonesia Kini Sedikit?

Pernah Berjaya di Masa Lalu, Mengapa Populasi Hindu dan Buddha di Indonesia Kini Sedikit?
images info

Kerajaan Hindu-Buddha pernah berjaya di masa lalu, mengapa kini populasinya hanya sedikit? Ternyata ada alasan historis dan sosialnya.

Kawan GNFI pasti sudah tidak asing lagi dengan materi sejarah kejaayaan kerajaan Hindu- Buddha saat kita sekolah dulu. Sejak pertama kali berdiri di abad ke-5 masehi, kerajaan Hindu-Buddha berkembang pesat hingga melahirkan candi-candi megah yang tersebar di berbagai daerah. Selain candi yang megah, tradisi Hindu-Buddha juga sudah diwariskan selama ribuan tahun dan telah mengakar di dalam kehidupan masyarakat Nusantara.

Meski demikian, seperti yang dilansir di laman resmi Republik Indonesia, indonesia.go.id, persentasi jumlah penduduk Hindu dan Budha di indonesia hanya 1,7% (Hindu) dan 0,7% (Buddha) dari total keseluruhan penduduk Indonesia.

Mengapa kekuatan besar yang pernah berjaya selama ribuan tahun kini populasinya sedikit. Berikut beberapa alasan historis dan sosial mengapa penganut agama Hindu-Buddha saat ini hanya tersisa sedikit.

Alasan Historis dan Sosial Sedikitnya Penganut Agama Hindu-Budha Saat Ini

1. Runtuhnya Kerajaan Hindu-Buddha dan Islamisasi

Menurut Chawari (1933) dalam artikelnya yang diterbitkan di jurnal Berkala Arkeologi, kemunduran Kerajaan Majapahit di tahun 1406 Masehi menjadi momentum berkembangnya agama Islam di Nusantara. Di tengah kemelut permasalahan internal kerajaan Hindu-Buddha terbesar di Nusantara ini, Islam dengan cepat berkembang di wilayah-wilayah pesisir.

Ajaran agama Islam yang demokratis, tidak membeda-bedakan kasta serta ritual keagaaman yang mudah dilakukan menarik perhatian besar masyarakat Nusantara terutama di daerah pesisir. Banyaknya pedagang Islam yang berdagang rempah di pesisir Nusantara turut menjadi alasan para penguasa daerah pesisir memeluk agama Islam.

Perkembangan agama Islam semakin meluas dengan berdirinya Kesultanan Demak pada 1475 Masehi diikuti dengan runtuhnya Kerajaan Majapahit di tahun 1527 Masehi. 

Makanan Khas Nusantara Zaman Kerajaan Hindu-Buddha

2. Kolonialisme dan Kristenisasi

Setelah mundurnya pengaruh Hindu-Buddha akibat islamisasi, kolonialisme juga turut mempengaruhi sedikitnya pemeluk agama Hindu dan Buddha di masa sekarang. Masuknya agama Kristen dan Katholik ke Nusantara pertama kali dibawa oleh bangsa Portugis dengan semangat 3Gnya (Gold, Golry, Gospel).

Berdirinya benteng Portugis di Ternate pada 1522 Masehi menjadi penanda awal pesatnya penyebaran agama Kristen di Nusantara. Penyebaran agama Kristen juga turut diperluas pada masa kependudukan Inggris yang dipimpin oleh Gubernur Jendral Raffles. 

3. Modernisasi dan Asimilasi 

Derasnya arus modernisasi membawa pengaruh besar dalam cara hidup masyarakat Indonesia, termasuk dalam praktik keagamaan. Banyak tradisi di agama Hindu dan Buddha yang ikut memudar karena dianggao tidak relevan dengan perubahan zaman.

Bentuk ritual keagamaan yang cenderung memakan waktu yang lama dan membutuhkan persiapan yang khusus dianggap kurang praktis oleh sebagian orang di era modern ini. Selain itu, asimilasi budaya dan perpindahan keyakinan ke agama mayoritas sering terjadi karena pengaruh lingkungan sosial dan keperluan untuk beradaptasi dengan komunitas sekitar.

4. Pengaruh Sosial dan Politik

Pasca kemerdekaan Indonesia, faktor sosial dan politik memiliki peran yang besar dalam perubahan demografi agama. Penumpasan PKI di tahun 1960-an juga turut mempengaruhi dinamika keagamaan di Indonesia.

Sentimen buruk terhadap ras Tionghoa di tahun tersebut memaksa banyak penduduk Indonesia keturunan Tionghoa yang banyak menganut agama Buddha terpaksa berpindah ke agama lain untuk menyelamatkan diri. Selain itu, di beberapa era kebijakan pemerintah Indonesia dianggap lebih memprioritaskan pembangunan yang mendukung komunitas mayoritas. 

Warisan budaya Hindu dan Buddha di Indonesia merupakan bagian tak terpisahkan dari sejarah bangsa. Meskipun populasi penganutnya kini tergolong kecil, jejak kejayaannya masih terlihat melalui situs-situs bersejarah dan tradisi yang tetap dijaga hingga sekarang. Penting bagi kita untuk tidak hanya memahami alasan perubahan ini, tetapi juga menghargai dan melestarikan peninggalan budaya tersebut sebagai bagian dari identitas nasional. 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AN
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.