Indonesia adalah negara yang akan akan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Ada beberapa alasan yang menyebabkan Indonesia kaya akan sumber daya alam dan sumber daya.
Pertama, letak geografis Indonesia sangat strategis. Indonesia berada di tengah dunia dan diapit oleh dua benua, yaitu Asia dan Australia serta dua samudra yang luas, yakni Pasifik dan Hindia. Kemudian, letak Indonesia juga berada di tengah dunia sehingga akses transportasi dan perdagangan internasional lebih mudah dan efisien.
Kedua, Indonesia berada di tengah garis khatulistiwa sehingga Indonesia memiliki iklim tropis dengan dua musim, yaitu: musim hujan dan musim kemarau.
Oleh karena itu, banyak flora dan fauna bisa berkembang biak dengan baik. Sebab, mendapatkan asupan air hujan dan panas matahari yang cukup banyak sepanjang tahun.
Dengan letak geografis Indonesia yang begitu strategis baik dalam iklim maupun lokasi, banyak orang asing dari berbagai bangsa datang ke Negeri Nusantara.
Dilansir dari CNN dan Kompas, awal mereka datang ke Indonesia dalam rangka mengungsi ke iklim yang lebih hangat pada zaman prasejarah. Ini dibuktikan dengan adanya penemuan fosil wanita purba dari Siberia (Rusia) di Gua Batu Kapur Leang Panninge, Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2021.
Namun, karena mereka betah dengan kondisi lingkungan Nusantara, baik iklim maupun sumber daya alam yang begitu melimpah, mereka berbaur dengan penduduk lokal, menikah, hingga menghasilkan keturunan.
Oleh karena itu, apabila sejak zaman dahulu hingga sekarang, orang Nusantara dan orang asing melakukan hal tersebut, maka tentu muncul budaya atau masakan baru.
Menurut Von Savigny, budaya itu muncul karena lahir dari kebiasaan masyarakat sendiri yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya. Kemudian, budaya tersebut diterima oleh sebagian besar masyarakat hingga akhirnya muncul budaya dan makanan baru. Oleh karena itu, intinya budaya dan makanan muncul dari hasil kebiasaan dan interaksi sosial.
Masakan Khas Nusantara Sekarang Hampir Sama seperti Zaman Kerajaan Hindu-Buddha
Berdasarkan penelitian dari Relief Karmawibhangga di Candi Borobudur maupun Prasasti Jenggala, makanan pada zaman Kerajaan Hindu-Buddha hampir sama dengan masyarakat Indonesia saat ini. Mulai dari lalapan, sambal, urap, pecel, agar-agar, rawon, dan ikan yang diawetkan melalui pengasinan.
Bumbu dapurnya juga hampir sama juga seperti masakan saat ini, yaitu bawang, lada putih, lada hitam, cabai jawa, asam Jawa, terasi, lengkuas, kunyit, dan jahe. Adapun tanaman asli Nusantara yang digunakan untuk bumbu dapur adalah lengkuas.
Dari zaman dahulu hingga sekarang, masakan khas Nusantara memang memiliki cita rasa yang kaya akan rempah-rempah.
Pada zaman Kerajaan Hindu-Buddha, tidak semua orang bisa makan daging karena harga daging sangat mahal pada zaman tersebut. Berdasarkan Prasasti Jenggala, masyarakat menengah ke bawah biasanya menyantap nasi, lalapan, terasi, dan ikan asin.
Ikan asin dan terasi sebagai pengganti daging untuk memenuhi kandungan protein bagi masyarakat menengah ke bawah.
Sedangkan, masyarakat menengah ke atas dan keluarga bangsawan menyantap daging kambing, penyu, babi hutan, dan anjing. Proses pembuatannya mulai dari dibuat sup atau dipanggang. Daging tersebut biasanya disajikan dengan tumpeng.
Baca juga: Mengenal Salah Satu Makanan yang Popular in Jaman Majapahit
Berdasarkan penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa makanan zaman Kerajaan Hindu-Buddha hampir sama denga makanan Nusantara saat ini. Namun, perbedaannya adalah sebagian besar makanan khas Nusantara saat ini tidak mengandung babi, anjing, dan kodok karena mayoritas penduduk di Indonesia memeluk agama Islam.
Kemudian, terdapat rempah-rempah baru yang digunakan untuk masakan khas Nusantara misalnya opor ayam, yaitu jinten diimpor dari Timur Tengah dan ketumbar dimpor dari Timur Tengah dan wilayah Mediterania.
Oleh karena itu, makanan khas Nusantara saat ini memiliki cita rasa yang bervariasi karena sudah terjadi akulturasi budaya.
Sumber:
- https://www.inews.id/travel/kuliner/mengenal-makanan-raja-di-zaman-majapahit-yang-mengejutkan-ternyata-masih-ada-hingga-kini/all
- https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20211008202220-199-705425/fakta-besse-fosil-70-abad-wanita-indonesia-dari-siberia
- https://www.kompas.com/stori/read/2022/09/13/160000979/proses-manusia-purba-menyebar-ke-dalam-kepulauan-indonesia
- https://historia.id/kuno/articles/santapan-aneh-para-raja-Dr9Ek/page/1
- https://historia.id/kuno/articles/mencicipi-masakan-kuno-DpwYn/page/1
- https://lifestyle.bisnis.com/read/20210812/223/1428941/14-makanan-dan-minuman-ini-sudah-ada-sejak-zaman-kerajaan-dari-pecel-hingga-rawon
- Soekanto, Soerjono. 2020. Pokok-pokok Sosiologi Hukum. Depok: PT Rajagrafindo Persada.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News