Monumen Reog dan Museum Ponorogo (MRMP) menjadi salah satu langkah penting yang diambil pemerintah Indonesia setelah Reog Ponorogo resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO. Komitmen yang kuat ditunjukkan untuk mempromosikan dan melestarikan warisan budaya yang kaya ini
Melansir dari InfoPublik, Monumen Reog dan Museum Ponorogo (MRMP), ini direncanakan menjadi destinasi wisata unggulan di Jawa Timur, dengan tinggi mencapai 126 meter yang akan menjadi simbol kebanggaan masyarakat Ponorogo dan Indonesia secara keseluruhan.
Dalam siaran pers yang dirilis pada 13 Januari 2025, Sekretaris Menteri Koordinator Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, mengungkapkan bahwa proyek Monumen Reog dan Museum Ponorogo (MRMP) memerlukan tambahan anggaran sebesar Rp164,7 miliar. Pembiayaan ini akan dilakukan melalui skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU).
Karena proyek ini berada di tingkat daerah, pembiayaan akan dilakukan melalui skema KPDBU, yaitu kerja sama antara pemerintah daerah dan badan usaha. Pendekatan ini diharapkan dapat menciptakan sinergi antara sektor publik dan swasta, sehingga pembangunan dapat berlangsung lebih efisien dan efektif. Susiwijono menekankan bahwa kolaborasi ini penting untuk memastikan bahwa proyek dapat diselesaikan tepat waktu dan memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat setempat, melansir dari InfoPublik.
Susiwijono juga menekankan pentingnya kolaborasi antar lembaga dalam menyukseskan proyek ini. Pembiayaan untuk menyelesaikan MRMP telah disepakati dalam rapat yang melibatkan Bappenas, Kementerian Keuangan, dan kementerian terkait lainnya. Ini menunjukkan adanya komitmen dari pemerintah untuk mendukung pelestarian budaya dan pengembangan pariwisata di daerah. Dengan dukungan dari berbagai pihak, proyek ini diharapkan dapat berjalan sesuai rencana dan selesai tepat waktu.
Pembangunan MRMP terdiri dari beberapa tahap, di mana tahap pertama membutuhkan anggaran puluhan miliar. Tahap ini mencakup pekerjaan pengecoran konstruksi gedung bertingkat dan pemasangan patung Reog Ponorogo di puncaknya. Patung ini tidak hanya akan menjadi daya tarik visual, tetapi juga simbol dari nilai-nilai budaya dan tradisi yang dipegang teguh oleh masyarakat Ponorogo.
Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, melaporkan bahwa pembangunan tahap pertama MRMP telah mencapai sekitar 90 persen. Ia optimis bahwa monumen dan museum ini akan selesai pada tahun ini dan siap dibuka untuk masyarakat serta wisatawan. Sugiri menyatakan harapannya bahwa MRMP akan menjadi salah satu daya tarik wisata utama di Jawa Timur, menarik pengunjung lokal dan mancanegara.
Dengan selesainya pembangunan MRMP, diharapkan akan ada dampak positif yang signifikan terhadap perekonomian lokal. Destinasi wisata ini diperkirakan akan mendatangkan ribuan pengunjung setiap bulan, memberikan peluang bagi masyarakat setempat untuk berjualan dan menawarkan berbagai produk lokal. Proyek ini juga berpotensi menciptakan lapangan kerja baru dalam sektor pariwisata dan industri kreatif.
Namun, pembangunan MRMP bukan hanya soal aspek ekonomi. Ini juga merupakan upaya untuk melestarikan dan mengangkat nilai-nilai budaya Ponorogo. Dengan adanya monumen dan museum ini, generasi mendatang akan lebih mengenal dan menghargai warisan budaya yang ada. MRMP diharapkan menjadi pusat edukasi bagi masyarakat dan pengunjung tentang sejarah dan filosofi di balik Reog Ponorogo.
Pembangunan Monumen Reog dan Museum Ponorogo merupakan langkah strategis untuk melestarikan budaya serta meningkatkan sektor pariwisata di Jawa Timur. Dengan dukungan dari pemerintah dan masyarakat, diharapkan MRMP akan menjadi simbol budaya yang tidak hanya menarik minat, tetapi juga memberikan dampak positif bagi perekonomian dan identitas lokal.
Proyek ini mencerminkan aspirasi dan semangat masyarakat Ponorogo untuk mengenalkan budaya mereka ke seluruh dunia, sambil memastikan bahwa warisan budaya tetap terjaga dan relevan di masa depan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News