Sejak ratusan tahun yang lalu, jamu, sebagai ramuan herbal tradisional, telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya dan kehidupan masyarakat Indonesia. Sebagai salah satu warisan budaya Indonesia, jamu tidak hanya dikenal di dalam negeri tetapi juga diakui dunia. Pada Desember 2023, budaya sehat minum jamu resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) oleh UNESCO. Hal ini menempatkan jamu sebagai WBTb ke-13 dari Indonesia, sebuah pencapaian yang membanggakan bagi bangsa.
Keputusan ini diambil dalam pertemuan ke-18 Komite Antar Pemerintah untuk Perlindungan Warisan Budaya Takbenda yang berlangsung di Republik Botswana. UNESCO menilai bahwa budaya sehat minum jamu tidak hanya menjadi sarana ekspresi budaya, tetapi juga mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), karena hubungan antara manusia dan alam yang tercermin dari tradisi ini.
Sejarah Jamu, dari Zaman Kerajaan hingga Era Modern
Dilansir dari Jalur Rempah Kemdikbud, budaya minum jamu di Indonesia telah berlangsung sejak zaman Kerajaan Mataram. Bukti-bukti arkeologi dari situs-situs seperti Liyangan, serta relief di candi dan prasasti Madhawapura, menunjukkan keberadaan tradisi pembuatan jamu sejak masa itu. Bahkan, National Geographic Indonesia juga mengatakan, bahwa pada abad ke-17, ilmuwan Belanda Jacobus Bontius menggunakan jamu untuk mengobati Gubernur Jenderal VOC, Jan Pieterszoon Coen. Ini membuktikan bahwa jamu telah lama diakui sebagai ramuan yang memiliki khasiat kesehatan.
Jamu yang akrab di kalangan masyarakat saat ini bervariasi, tetapi jamu gendong menonjol sebagai salah satu yang paling diminati. Istilah ini berasal dari cara penjual jamu membawa bakul berisi botol-botol jamu dengan cara digendong, dan konon berawal dari daerah Nguter, Sukoharjo, Jawa Tengah.
Bahan Baku Melimpah di Indonesia
Keberhasilan jamu mendunia tentu tak lepas dari kekayaan alam Indonesia yang melimpah. Negara ini memiliki banyak sekali tumbuhan herbal dan rempah-rempah yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan jamu. Diwartakan dari Ristoja, menurut data dari Kementerian Kesehatan, terdapat lebih dari 32.000 ramuan obat tradisional dan 2.848 spesies tumbuhan yang menjadi bahan dasar pembuatan jamu. Kandungan alami dari rempah-rempah tersebut dipercaya dapat memberikan banyak manfaat bagi tubuh, seperti meningkatkan stamina, menjaga daya tahan tubuh, serta membantu pemulihan kesehatan.
Manfaat Jamu bagi Kesehatan
Tidak hanya diakui secara budaya, jamu juga terkenal dengan berbagai manfaat kesehatannya. Beberapa jenis jamu, seperti beras kencur, kunyit asam, dan temulawak, sering dikonsumsi untuk menjaga kebugaran tubuh. Jamu beras kencur, misalnya, diyakini mampu meningkatkan nafsu makan dan mengatasi pegal linu. Sementara itu, kunyit asam terkenal dengan manfaat antioksidannya yang membantu tubuh melawan radikal bebas.
Lebih lanjut, jamu memiliki berbagai manfaat spesifik tergantung pada bahan yang digunakan. Dilansir dari RRI, jamu yang mengandung jahe, seperti wedang jahe, dapat membantu meningkatkan imunitas tubuh dan meredakan gejala flu berkat senyawa gingerol yang dimilikinya. Selain itu, ramuan sereh dan jahe dipercaya mampu menjaga kadar kolesterol tetap seimbang, sehingga mencegah risiko penyakit serius seperti jantung dan stroke.
Berbagai jenis jamu juga kaya akan antioksidan yang penting bagi tubuh. Radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan sel dan berpotensi menyebabkan penyakit kronis seperti kanker. Dengan rutin mengonsumsi jamu berbahan kunyit atau temulawak, tubuh mendapatkan pasokan antioksidan yang dibutuhkan untuk melawan radikal bebas.
Peran Jamu di Tengah Gaya Hidup Modern
Hello Sehat menjelaskan, meskipun zaman terus berubah, minum jamu tetap menjadi bagian dari gaya hidup sehat masyarakat Indonesia. Menurut Kementerian Kesehatan, jamu dapat diminum setiap hari untuk menjaga daya tahan tubuh, kebugaran, dan pemulihan. Bahkan, program gerakan minum jamu terus digalakkan untuk mengajak masyarakat memanfaatkan kekayaan herbal Indonesia guna meningkatkan kesehatan mereka.
Namun, perlu diingat bahwa penting untuk mengonsumsi jamu secara hati-hati. Meskipun memiliki banyak manfaat, minum jamu secara berlebihan dapat menyebabkan gangguan pencernaan atau organ tubuh lainnya, terutama bagi mereka yang memiliki kondisi kesehatan tertentu. Oleh karena itu, disarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis sebelum rutin mengonsumsi jamu.
Mengapa Jamu Perlu Dilestarikan?
Sebagai bangsa yang kaya akan warisan budaya dan sumber daya alam, sudah selayaknya jamu dilestarikan. Jamu tidak hanya menjadi ramuan untuk kesehatan fisik, tetapi juga merupakan simbol koneksi antara manusia dengan alam yang telah diwariskan secara turun-temurun. Dari segi kesehatan, manfaatnya yang luas bagi tubuh menjadi salah satu alasan mengapa jamu tetap relevan di era modern ini.
Keberhasilan jamu mendapatkan pengakuan dunia internasional merupakan langkah besar bagi bangsa Indonesia. Kawan GNFI, sebagai generasi penerus, memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya ini agar terus dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat, baik di dalam maupun luar negeri.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News