Burung dikenal dengan keanekaragaman suara yang mereka hasilkan, mulai dari kicauan merdu hingga panggilan yang khas.
Variasi vokalisasi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk ukuran tubuh, bentuk paruh, habitat, dan lokasi geografis.
Sebuah studi global yang dipublikasikan dalam Proceedings of the Royal Society B oleh Sagar et al. (2024) menganalisis karakteristik frekuensi akustik pada burung dan menemukan bahwa massa tubuh, ukuran paruh, asosiasi habitat, dan geografi mempengaruhi karakteristik frekuensi akustik dengan berbagai tingkat interaksi dengan jenis akuisisi lagu.
Asal-usul kicauan burung
Secara umum, burung dengan ukuran tubuh lebih kecil cenderung menghasilkan suara dengan frekuensi lebih tinggi, sementara burung yang lebih besar menghasilkan suara dengan frekuensi lebih rendah.
Analisis global ini tidak hanya membuktikan hipotesis tersebut, tetapi juga menambahkan informasi baru tentang hubungan antara bentuk paruh, massa tubuh, dan suara.
Selain itu, habitat tempat burung tinggal juga mempengaruhi frekuensi suara yang mereka hasilkan. Misalnya, di ekosistem dengan banyak aliran air yang menghasilkan kebisingan frekuensi rendah, burung cenderung membuat suara dengan frekuensi lebih tinggi agar tidak tertutupi oleh suara air.
Baca juga Mengenal Cucak Ijo, Burung Pengicau Misterius dari Alas Purwo
Dipengaruhi lokasi geografis
Lokasi geografis juga memainkan peran penting dalam variasi suara burung. Spesies burung yang hidup pada garis lintang yang sama cenderung menghasilkan suara yang serupa.
Pengamatan pola ini pada skala global memberikan wawasan penting dalam evolusi vokalisasi burung dan dapat mendorong penelitian lebih lanjut tentang aspek lokasi geografis yang mempengaruhi suara burung.
Menariknya, spesies burung yang lebih kecil cenderung memiliki rentang frekuensi suara yang lebih luas sebagai mekanisme perlindungan.
Kemampuan untuk menghasilkan berbagai frekuensi suara dapat membantu mereka berkomunikasi dengan sesama spesies pada frekuensi tinggi, sementara frekuensi rendah dapat berfungsi sebagai kamuflase, menipu potensi ancaman dengan membuat mereka terdengar lebih besar dan kurang rentan daripada ukuran sebenarnya.
Studi ini juga berkontribusi pada pemahaman yang lebih luas tentang lanskap suara—semua suara yang terdengar di suatu lanskap tertentu.
Lanskap suara sering digunakan sebagai bagian dari studi konservasi, dan pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi suara burung dapat membantu upaya konservasi dengan mengembangkan cara untuk memantau kesehatan ekosistem melalui analisis suara.
Baca juga Kuntul Karang, Burung yang Berburu dengan Mengandalkan Air Laut
Referensi:
Sagar, H. S. S. C., Anand, A., Persche, M. E., Pidgeon, A. M., Zuckerberg, B., Şekercioğlu, Ç. H., & Buřivalová, Z. (2024). Global analysis of acoustic frequency characteristics in birds. Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences, 291(2034).
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News