keajaiban bakar batu tradisi memasak yang mengikat masyarakat papua dalam cinta dan kebersamaan - News | Good News From Indonesia 2025

Keajaiban Bakar Batu, Tradisi Memasak yang Mengikat Masyarakat Papua dalam Cinta dan Kebersamaan

Keajaiban Bakar Batu, Tradisi Memasak yang Mengikat Masyarakat Papua dalam Cinta dan Kebersamaan
images info

Halo Kawan GNFI!

Di balik setiap ritual dan tradisi, terdapat kisah yang mengikat hati dan jiwa komunitas. Salah satu yang paling memikat adalah tradisi Bakar Batu, sebuah cara memasak yang tidak hanya menggugah selera, tetapi juga mengukuhkan ikatan sosial di kalangan masyarakat Papua.

Bakar Batu menjadi simbol kuat dari warisan budaya yang telah ada sejak lama, menciptakan rasa solidaritas di antara generasi. Bayangkan sekelompok orang berkumpul di tengah hutan, di mana aroma kayu bakar dan batu panas menyatu dalam tradisi Bakar Batu, menciptakan suasana hangat dan penuh keceriaan.

Namun, di balik keindahan ini, ada sebuah legenda yang mengisahkan pertemuan dua pemuda dengan seorang wanita cantik misterius bernama Insrennanggi, yang mengubah cara mereka memasak dan melihat dunia. Apa yang membuat tradisi ini begitu kuat dan relevan hingga kini?

Mari Kawan, Ikuti perjalanan menakjubkan ini dan temukan keajaiban Bakar Batu yang mengikat komunitas Papua dalam cinta dan kebersamaan.

Bakar batu adalah tradisi memasak yang unik dan kaya makna, menggunakan batu-batu yang dibakar hingga sangat panas. Kegiatan ini lazim ditemukan di kalangan masyarakat pegunungan Papua dan di beberapa daerah pesisir. Setiap suku di papua memiliki istilah tersendiri untuk menyebutnya. Seperti masyarakat Paniai mengenalnya sebagai ‘gapii’ atau ‘mogo gapii’, sementara di Wamena disebut ‘kit oba isago’, dan masyarakat Biak menggunakan istilah ‘barapen’.

Kata 'barapen' berasal dari istilah "Apen," yang berarti alat atau cara memasak dengan batu panas. Konsep ini berkaitan dengan "Apyam" atau "Api," yang melambangkan penyambung kehidupan. Kegiatan bakar batu sering kali dilakukan untuk menyajikan hidangan dalam konteks upacara besar, baik sebagai simbol perdamaian setelah konflik maupun untuk merayakan peristiwa penting.

Keunikan dari bakar batu terletak pada partisipasi komunitas, yang menunjukkan solidaritas masyarakat Papua. Proses persiapan dan memasak yang memakan waktu cukup lama sering kali dimanfaatkan oleh generasi muda untuk menari dan merayakan suasana.

Sejarah Bakar Batu yang Melegenda

Cerita asal mula barapen atau bakar batu, seperti yang dilansir dari Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Kemdikbud, dimulai dengan dua pemuda dari Kabau di Pulau Bromsi yang pergi menangkap ikan. Setelah mendapatkan hasil tangkapan yang melimpah, mereka berencana untuk memasak ikan tersebut. Namun, saat mereka menghadapi kesulitan dalam proses memasak, tiba-tiba muncul seorang wanita cantik bernama Insrennanggi.

Insrennanggi kemudian menawarkan bantuan dan mengajarkan mereka cara memasak menggunakan batu panas. Dengan bimbingan Insrennanggi, kedua pemuda itu belajar cara menggunakan marpyam, alat tradisional yang digunakan untuk membuat api. Mereka juga diajarkan cara memasak dengan batu-batu yang telah dipanaskan hingga mencapai suhu yang tepat.

Dengan pengetahuan baru ini, pemuda-pemuda itu tidak hanya berhasil memasak ikan dengan cara yang lebih efektif, tetapi juga memperoleh pelajaran berharga tentang tradisi memasak yang kaya akan makna

Proses Bakar Batu yang Unik

Proses bakar batu dimulai dengan mencari kayu bakar dan batu kali berukuran bervariasi, dari yang seukuran kepalan tangan hingga yang lebih besar. Batu-batu ini disusun secara berlapis, yang terbesar di bawah, diikuti kayu bakar, dan seterusnya hingga tertutup kayu di bagian atas. Setelah semuanya dibakar hingga nyala api padam, batu-batu panas siap digunakan.

Sementara kaum pria mempersiapkan api dan batu, kaum wanita mengolah bahan makanan. Babi dibersihkan dan dipotong, sayur-mayur dan umbi-umbian juga dipersiapkan. Kaum pria kemudian menggali lubang dengan diameter sekitar 1 meter dan kedalaman 50-80 cm.

Setelah batu siap, sebagian batu dimasukkan ke dalam lubang yang telah disiapkan. Proses ini diakhiri dengan lapisan daun pisang, daging, sayur, dan umbi-umbian, yang semuanya ditutup dengan dedaunan untuk menjaga uap panas. Memasak dengan cara ini memerlukan waktu sekitar satu jam.

Selama menunggu makanan matang, kaum muda biasanya berkumpul, bersenda gurau, dan merayakan kebersamaan. Pada acara adat yang melibatkan banyak orang, beberapa lubang tempat memasak akan disiapkan. Ketika makanan siap, semua orang di lokasi pesta, tua maupun muda, akan mendapatkan porsi yang sama.

Meskipun bagi sebagian orang mungkin terasa aneh karena makanan dimasak dalam lubang tanah, pengalaman ini menciptakan rasa kebersamaan yang kuat dalam masyarakat Papua. Tradisi bakar batu bukan hanya sekadar cara memasak, tetapi juga sebuah ritual yang memperkuat ikatan sosial dan budaya masyarakat Papua. Papua penuh cinta.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SH
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.