Dikenal dengan nama latin Lansium Domesticum Corr, buah duku merupakan buah musiman yang tumbuh di daerah beriklim tropis seperti kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, yang persebarannya ke berbagai wilayah Nusantara.
Di Pulau Sumatera daerah penghasil duku berkualitas terdapat di Provinsi Sumatera Selatan dan Jambi, hal ini dijelaskan oleh Catur Andrianto dalam Tips Memilih dan Menyimpan Buah-buahan. Bila di Sumatera Selatan terkenal dengan Duku Rasuan atau Duku Komering yang familiar disebut sebagai Duku Palembang, maka di Jambi ada Duku Kumpeh.
Laila Hanum, dkk. lewat jurnal Karakter Makromorfologi dan Mikromorfologi Duku, Kokosan, Langsat dalam Penentuan Status Taksonomi pada Kategori Infraspesies menuliskan bahwa Kumpeh Ulu merupakan salah satu daerah penghasil terbesar duku di Provinsi Jambi.
Saat musim duku tiba, biasanya puluhan hingga ratusan karung duku dari Kumpeh disebar ke berbagai daerah, dan ada satu rahasia umum yang berkembang di masyarakat Jambi soal duku-duku yang selama ini dijual dengan tulisan “Duku Palembang” itu, yakni sebagian besarnya justru diambil juga dari Kumpeh, lebih tepatnya di Kumpeh Ulu dan Kumpeh Ilir, Kabupaten Muaro Jambi.
Tak hanya itu, biasanya daerah Kumpeh juga akan diserbu oleh para pembeli baik itu para pengepul, pedagang maupun yang sekadar beli eceran untuk disantap di rumah. Tak tanggung-tanggung, bahkan sampai ada yang membooking sekaligus membeli per-batang pohonnya dengan kesepakatan tertentu, saat musim duku tiba.
Nama Kumpeh memang sudah sejak lama dikenal sebagai daerah penghasil buah musiman seperti durian dan duku. Bahkan buah-buah musiman disini pernah menjadi makanan para gerilyawan saat masa Kolonial Hindia Belanda. Hal ini disebutkan oleh Petrik Matanasi dalam tulisannya di Historia.id dengan judul "Raden Mattaher dan Durian di Muaro Jambi."
Duku Kumpeh memiliki spesifikasi keunggulan berupa rasanya yang manis, memiliki biji kecil, dan daging buah yang tebal. Direktorat Jenderal (Ditjen) Hortikultura Departemen Pertanian juga sudah menetapkan Duku Kumpeh sebagai varietas unggul berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No: 101/KPTS.TP.240/3/2000 tanggal 7 Maret 2000.
Selain Duku Kumpeh, di Indonesia juga memiliki beberapa varietas duku unggulan dari berbagai daerah, seperti Duku Kalikajar (Purbalingga, Jawa Tengah), Duku Condet (DKI Jakarta), Duku Matesih (Karanganyar, Jawa Tengah), Duku Sumber (Kudus, Jawa Tengah) serta Duku Palembang (Sumatera Selatan).
Terlepas dari itu semua, hal yang cukup disayangkan saat ini ialah tentang penurunan produktivitas Duku Kumpeh yang tidak disertai dengan upaya pengembangan tanaman. Hal ini ditunjukkan dengan menurunnya hasil produksi duku dari tahun ke tahun, termasuk pada periode 2022–2023 di Provinsi Jambi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi tahun 2023, produksi duku di Jambi pada tahun 2023 hanya sebesar 80.867 Kuintal, turun sebanyak 42.814 Kuintal atau 34,62 % dari hasil produksi pada tahun 2022 yakni sebesar 123.681 Kuintal.
Bila mengutip Zulkarnain pada buku Budidaya Buah-Buahan Tropis, penurunan produksi duku di Indonesia disebabkan oleh usia tanaman yang umumnya sudah tua (30–100 tahun) tanpa disertai dengan upaya peremajaan, adanya serangan penyakit, dan kurangnya pengembangan teknik budidaya.
Oleh karena itu, peran serta pemerintah dalam berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mencarikan solusi terbaik dalam mengatasi penurunan hasil produksi, memang sangat penting, tujuannya agar buah Duku Kumpeh ini bisa selalu berproduksi secara maksimal dan bisa merambah pasar yang lebih luas lagi. Sehingga keberlangsungan produksi buahnya bisa terus terjaga dan Kumpeh sebagai kawasan penghasil duku unggulan juga bisa semakin dikenal.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News