Manusia dan anjing menjalin hubungan yang unik selama ribuan tahun. Hubungan ini tidak hanya didasarkan pada kebutuhan praktis, tetapi juga pada ikatan emosional yang mendalam.
Studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Science Advances (2024) memberikan wawasan baru tentang bagaimana manusia dan anjing menjadi sabahati.
Penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan mutualistik antara manusia dan canid (spesies anjing) mungkin telah dimulai sejak Zaman Pleistosen Akhir di wilayah subarktik Alaska.
Manusia dan Anjing berhubungan mutualisme
Penelitian yang dilakukan oleh François Lanoë dan timnya mengungkapkan bahwa hubungan antara manusia dan anjing mulai berkembang sekitar 10.200 hingga 14.000 tahun yang lalu.
Bukti arkeologis dari situs-situs di Alaska menunjukkan tanda-tanda awal interaksi antara manusia dan canid, seperti penggunaan anjing dalam berburu dan transportasi.
Para ilmuwan menemukan tulang-tulang canid yang menunjukkan pola pemotongan, mengindikasikan bahwa manusia tidak hanya memanfaatkan anjing sebagai alat bantu tetapi juga sebagai sumber makanan dalam situasi darurat.
Namun, hubungan ini tidak hanya utilitarian. Studi ini juga menemukan bukti bahwa anjing telah dirawat dengan baik, mengisyaratkan adanya ikatan emosional antara manusia dan anjing.
Para peneliti menggunakan analisis DNA dan isotop untuk memahami diet anjing-anjing ini, yang ternyata serupa dengan makanan manusia pada masa itu. Hal ini menunjukkan bahwa manusia mungkin telah berbagi sumber daya dengan anjing mereka sehingga memperkuat hubungan mutualistik.
Baca juga Mengenal Anjing Rottweiler, Anjing Populer di Amerika yang Sering Membantu Polisi dan penyelamat
Proses Domestikasi Anjing
Domestikasi anjing diyakini berasal dari serigala liar yang tertarik pada sisa-sisa makanan manusia. Dalam proses evolusi yang berlangsung ribuan tahun, serigala yang lebih ramah dan kurang agresif memiliki peluang lebih besar untuk bertahan hidup di dekat manusia.
Lama-kelamaan, manusia mulai mengenali potensi serigala ini sebagai mitra dalam berburu dan penjagaan, yang akhirnya berkembang menjadi spesies anjing domestik yang kita kenal saat ini.
Penelitian ini juga menggarisbawahi peran lingkungan dalam membentuk hubungan ini. Di wilayah subarktik yang keras, manusia dan anjing saling bergantung untuk bertahan hidup.
Anjing membantu manusia berburu hewan besar seperti rusa, sementara manusia memberikan perlindungan dan makanan bagi anjing. Hubungan saling menguntungkan ini memungkinkan kedua spesies untuk berkembang dalam kondisi yang ekstrem.
Anjing membaca bahasa tubuh manusia
Hingga hari ini, hubungan antara manusia dan anjing terus berkembang. Salah satu faktor utama yang menjadikannya langgeng adalah kemampuan anjing untuk memahami emosi manusia.
Studi menunjukkan bahwa anjing dapat membaca ekspresi wajah dan bahasa tubuh manusia, menjadikannya sahabat yang setia dan pengertian.
Di sisi lain, manusia merasakan kenyamanan dan dukungan emosional dari keberadaan anjing, menciptakan hubungan yang unik dibandingkan dengan spesies domestikasi lainnya.
Baca juga Anjing Labrador, Si Pelacak Andal Asisten Evakuasi
Referensi
Lanoë, F., Reuther, J., Fields, S., Potter, B., Smith, G., McKinney, H., Halffman, C., Holmes, C., Mills, R., Crass, B., Frome, R., Hildebrandt, K., Sattler, R., Shirar, S., de Flamingh, A., Kemp, B. M., Malhi, R., Witt, K. E. (2024). Late Pleistocene onset of mutualistic human/canid (Canis spp.) relationships in subarctic Alaska. Science Advances, 10(49). DOI: 10.1126/sciadv.ads1335.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
