Sebelum eksisnya moda transportasi online, setiap kota memiliki moda transportasi publik roda 4 yang biasanya dikenal dengan sebutan angkutan kota (angkot). Angkot di setiap daerah mempunyai ciri khas dan keunikannya sendiri, walau dasarnya sama-sama memiliki karakteristik mobil kecil panjang dengan kursi panjang berhadapan.
Misalnya di Jakarta, ciri khas angkot adalah warnanya biru muda dan beberapa merah, sering juga disebut dengan mikrolet. Di Bandung umumnya berwarna hijau tua, hanya berbeda di garis bagian bawah. Adapun angkot di Surabaya memiliki pintu tengah yang lebih lebar dari angkot kota lainnya.
Berbeda dengan kota lainnya, di Medan, penyebutan angkot lebih populer dengan nama sudako. Bentuknya pun unik, sekilas seperti truk kecil.
Sejarah Sudako Medan
Sudako sudah beroperasi sejak awal tahun 1970. Masa kejayaannya bertahan hingga akhir tahun 1990an. Kala itu, sudako menjadi pilihan warga Medan karena mahalnya harga kendaraan pribadi. Dengan demikian, peran angkutan umum ini sangat membantu mobilitas warga Medan.
Asal Mula Nama Sudako
Penamaan sudako diketahui kependekan dari Sumatera Daihatsu Company. Namun, beberapa orang juga beranggapan kalau kepanjangannya, yaitu Sarana Umum Dalam Kota. Hingga kini belum ada catatan yang menuliskan siapa penemu nama ini dan mana kepanjangan dari angkutan umum ini.
Sudako di Masa Lalu
Transportasi umum ini merupakan inisiasi Koperasi Pengangkutan Umum Medan (KPUM) yang dikelola oleh Pemerintah Daerah dengan Direktorat Koperasi Tingkat II Kota Madya Medan. Sudako merupakan generasi kedua transportasi umum darat yang dikelola oleh KPUM setelah yang pertama adalah bemo.
Mobil pertama sudako adalah minibus Daihatsu S38 dengan mesin kapasitas 500cc. Kendaraan ini pertama kali dipasarkan di Jepang pada tahun 1972. Rute sudako pertama adalah rute dari Pasar Merah menuju Sambu lewat Jalan Amaliun (via Jalan Ismailiyah).
Setelah mobil pertama, kemudian Daihatsu Hijet 55 Wide menjadi jenis sudako lainnya. Saat itu, orang Medan lebih familiar menyebutnya dengan nama Hijet Limper Limper dan disusul Daihatsu Hijet 1.000 setelahnya.
Di masa jayanya, angkot sudako berperan penting dalam roda perekonomian Kota Medan. Tak hanya membantu warga Medan pergi ke sekolah, pasar dan kantor, tetapi juga dahulu ada sebuah kehidupan di setiap lampu merah.
Beberapa pedagang kaki lima dan pengamen jalanan kerap kali manfaatkan situasi ketika sodako ramai penumpang dari menjajakan dagangannya hingga menjual suaranya. Namun, kerap kali juga ada oknum yang melakukan pungli atau bahasa umumnya, yaitu setoran atau iuran dari preman kepada supir angkot yang sering kali tidak didukung dengan alasan yang jelas.
Rute dan Jalur Sudako
Diketahui ada 4 rute sudako hingga masa akhir beroperasinya. Pertama ada Sudako 01 berawal dari Jalan HM Jhoni, melalui Jalan Amaliun hingga Pusat Pasar Sambu. Lalu, yang kedua ada Sudako 03 yang jalurnya dari perbatasan Medan, melalui Tanjung Morawa dan berakhir di Sambu.
Sudako 04 berawal dari Jalan Pertahanan Patumbak menuju Sambu, melalui Pasar 4 hingga Jalan Pancing. Yang terakhir ada Sudako 05 dari Jalan SM Raja hingga Marindal dalam.
Keunikan Sudako Medan
Seperti yang disebutkan sebelumnya, angkot di setiap kota memiliki ciri khas dan keunikannya sendiri baik itu warna maupun bentuknya.
Ciri Khas Sudako
Transportasi Legendaris Medan ini memiliki sebutan “Si Kotak Kuning”. Seperti sebutannya, angkutan umum ini berwarna kuning dan bagian belakangnya berbentuk kotak. Bisa dibilang perpaduan angkot (bagian depan) dan bemo (bagian belakang).
Bedanya, jika umumnya bemo merupakan minibus dengan kap terbuka dengan modifikasi tenda tambahan, sedangkan sudako dengan kap langsung dari besi yang dilas dan dicat dengan warna yang sama seperti badan mobil.
Bagian dalamnya, angkutan ini memiliki bangku yang sama seperti angkot pada umumnya, yakni berhadapan. Pembedanya ialah sudako memiliki sekat tertutup antara supir dan penumpang, pintu masuk penumpang di belakang, dan terdapat bel untuk memberi tahu jika ada penumpang yang akan turun. Satu sudako biasanya bisa membawa 10 hingga 12 orang dewasa.
Sudako di Mata Publik
Sayangnya walau demikian, Kendaraan Umum Medan ini di masa jayanya memiliki citra yang buruk. Di tahun 80-an, angkutan umum ini dipandang sebagai ‘Raja Jalanan’ tetapi bukan karena kepemimpinannya. Tetapi karena kebanyakan supirnya bersifat semaunya, seolah mereka lah penguasa jalanan.
Ini dibuktikan dari sudako yang kerap kali ditemukan berjalan ugal-ugalan, jalan dengan kecepatan diatas standar, melanggar rambu lalu lintas, memiliki knalpot bising serta ngebul dan berhenti atau ngetem di sembarang tempat.
Menurut data, ini disebabkan saat itu kendaraan dan supir yang meningkat signifikan, tetapi jumlah penumpang yang hanya bertambah sedikit. Maka, dari itu setiap supir sudako merasa ada target yang mereka kejar.
Sudako Medan di Era Modern
Sayangnya kini sudako sudah tidak beroperasi di Kota Medan. Bisa dilihat dari beberapa rute perjalanannya, tidak ada angkutan umum jenis sudako yang melewati jalanan. Tidak ada pemberitahuan kapan dan mengapa sudako berhenti beroperasi, terakhir pada tahun 2022 Wali Kota Medan, Bobby Nasution, meluncurkan program bantuan Subsidi Betor, Ojol dan Angkot Sudako (Sibonas).
Beberapa faktor hilangnya angkutan umum ini beroperasi adalah kemunculan ojek dan taksi online, serta harga untuk kendaraan yang kini tidak terlalu mahal. Kini masih banyak orang yang cukup mengenal Sudako karena memori-memori masa lalu. Ada juga salah satu pengguna media sosial TikTok bernama billyfachrullubis yang kerap membuat konten dengan angkutan umum ini.
Mengenal Museum Kereta Api Sawahlunto yang Dulu Stasiun Kedua di Indonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News