Ini dia Lasem. Salah satu daerah di Jawa Tengah yang memiliki latar belakang historis yang unik. Lasem, daerah setingkat kecamatan di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Berpenduduk lebih dari 48.000 jiwa memiliki 20 desa/kelurahan dan terletak di pesisir pantai utara laut Jawa yang menghubungkan provinsi Jawa Tengah dengan Jawa Timur.
Ya, tidak berlebihan jika Lasem dapat disebut sebagai sebagai gerbang penghubung dua provinsi, yakni Jawa Tengah dengan Jawa Timur. Lasem berada di Kabupaten Rembang di Provinsi Jawa Tengah yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Tuban di Provinsi Jawa Timur.
Dengan letak geografis yang cukup strategis di jalan raya pantura, Lasem memiliki sejumlah potensi pariwisata, perdagangan dan juga jasa. Lasem dikenal sebagai daerah yang memiliki toleransi cukup baik, dihuni oleh penduduk dengan aneka penganut agama di Indonesia. Mulai dari islam, kristen, katolik hingga budha bahkan kong hu cu.
Daerah yang memiliki sejumlah destinasi wisata budaya ini juga dipengaruhi banyak oleh pengaruh budaya suku Tionghoa. Rumah Merah Lasem, Masjid Jami Lasem, Klenteng Cu An Kiong, hingga Pantai Caruban adalah sebagian spot wisata yang populer disini. Sesuai sejarah peradaban dan perkembangan bangsa kita sejak abad ke-15, wilayah ini dikenal sebagai The Little Tiongkok dan sebagai salah satu kota Cina tertua di nusantara.
Lasem Identik Dengan Batik
Bukan tanpa sebab jika Lasem dikenal sebagai kota produksi Batik. Sejak pertengahan abad ke-19 atau persisnya sejak tahun 1860, etnis tionghoa sudah merintisnya dengan komoditas batik berjuluk Batik Tiga Negeri. Disebut Tiga Negeri, karena melibatkan tiga negara sekaligus yakni Cina, Belanda dan Jawa sebagai representasi Indonesia.
Sebut saja, Omah Batik Lasem (Batik Tiga Negeri) yang masih bertahan hingga kini. Salah satu rumah produksi dan industri batik di Lasem. Di penghujung bulan Desember 2024, Omah Batik Lasem masih beroperasi. Harga kain batiknya cukup bervariasi, mulai harga 100.000 hingga 10 juta rupiah per potongnya. Mengenai kualitas, tidak usah diragukan mutu dan orisinalitasnya.
Memang tidak sedikit rumah produksi batik yang gulung tikar di Lasem. Terutama sejak pandemi Covid-19 beberapa tahun silam, sebagian dari usaha batik yang merugi hingga bangkrut akibat kompetisi dan menurunnya potensi pariwisata di Lasem. Namun, Omah Batik Lasem tetap eksis dan melanjutkan pelestarian industri batik hingga kini.
Batiknya seringkali disebut batik pesisiran. Dan seperti dilansir situs web Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (jatengprov.go.id), Batik Lasem didominasi warna merah. Bukan tanpa sebab, mengingat dominasi warna merah diinspirasi oleh budaya Tiongkok atau Cina.
Namun, biarpun tantangan masih terus tampak di depan mata pada tahun 2025 ini, kiranya industri batik di Lasem dapat terus menggeliat dan maju. Kita dapat ikut membantu melestarikan produk dalam negeri tersebut dengan mudah dan sederhana, yakni dengan membeli produk batik dalam negeri seperti yang dijajakan rumah produksi Batik di Lasem.
Dengan banyaknya turis pembeli batik, maka ekonomi Lasem dapat terus menggeliat dan meningkatkan penerimaan pendapatan daerah serta memberikan lapangan kerja bagi masyarakat setempat.
Kuliner, Hotel Transit Hingga Pantai
Di sekitaran Omah Batik Lasem juga terdapat semacam pusat jajanan serba ada (pujasera) yang menyajikan varian kuliner. Koridor jalan menuju Omah Batik Lasem ini didominasi warna merah dengan ornamen lampion menggantung ibarat Chinatown atau Kota Cina pada umumnya.
Akses jalan menggunakan material paving block. Jadi bagi kawan yang entah bosan atau hanya mengantar kolega atau sanak famili di lokasi, tidak perlu khawatir. Kita bisa menikmati aneka sajian kuliner, seperti lontong, bakmi, nasi campur hingga seafood. Memang tidak terlalu khas Lasem, namun bolehlah dinikmati sebagai pengganjal perut.
Selain itu di lokasi juga tersedia beberapa hotel transit sebagai wisma tempat menginap dan melepas lelah dengan banderol sekitar Rp200.000 untuk satu malam. Jadi bagi kawan GNFI yang ingin mengeksplorasi potensi wisata Lasem dengan waktu yang cukup terbatas, kawan bisa memakai fasilitas hotel sebagai tempat beristirahat untuk melanjutkan eksplorasi pada keesokan harinya.
Selain itu, Lasem juga memiliki beberapa potensi wisata alternatif, seperti garis pantai sebagai obyek tamasya lokal. Pantai Caruban, Pantai Karangjahe hingga Pantai Binangun Indah.
Mari kita dukung dan lestarikan potensi pariwisata bangsa. Salah satunya dengan wisata budaya di Lasem ini.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News