Dalam bahasa Jawa, Nama Banyumas terdiri dari dua kata, yaitu Banyu dan Mas.Banyu dalam bahasa Indonesia berarti air, sedangkan Mas merujuk pada “emas”, yang merupakan lambang kemakmuran.
Nama ini mencerminkan Banyumas sebagai daerah yang kaya akan sumber daya air. Tak heran jika wilayah ini memiliki air yang melimpah, salah satunya berupa air terjun yang menjadi ikon wisata daerah.
Kabupaten Banyumas tak henti-hentinya memanjakan wisatawan yang berkunjung dengan keindahan alamnya. Jika Kawan berkesempatan mengunjungi Banyumas, salah satu destinasi wisata yang tidak boleh untuk dilewatkan adalah air terjun atau dikenal dengan “curug” dalam bahasa setempat.
Kabupaten yang berada di kaki Gunung Slamet ini memiliki puluhan curug yang tersebar di berbagai penjuru wilayahnya. Salah satu diantaranya yang paling populer adalah Curug Cipendok.
Pesona Curug Cipendok
Curug Cipendok berada di Desa Karangtengah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Curug atau air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 92 meter. Aliran airnya yang tergolong deras membuat suara riuh air sudah dapat terdengar sebelum pengunjung sampai di lokasi. Kondisi air yang seperti ini juga membuat pengunjung harus tetap waspada mengingat aliran air yang deras dan bebatuan di sekitar lokasi yang licin.
Kawasan di sekitar Curug Cipendok masih berupa hutan alami yang dijaga keasliannya. Apabila beruntung, pengunjung dapat mendengar kicauan burung elang jawa yang khas atau bahkan melihat rek-rek, sejenis monyet yang berwarna abu-abu. Keberadaan satwa-satwa ini menandakan betapa lestarinya ekosistem di kawasan Curug Cipendok.
Legenda Curug Cipendok
Curug Cipendok baru dibuka sebagai tempat wisata pada tahun 1987. Di balik keindahan curug ini, terdapat legenda mengenai saat pertama kali curug ini ditemukan. Sebagian masyarakat sekitar masih mempercayainya hingga saat ini.
Dikisahkan bahwa seusai Perang Diponegoro yang dimenangkan oleh Belanda membuat wilayah Banyumas jatuh ke tangan pemerintahan Belanda. Salah satu wilayahnya adalah Ajibarang yang saat itu dipimpin oleh seorang Wedana bernama Raden Ranusentika. Saat itu belanda memerintahkannya untuk membuka lahan di lereng Gunung Slamet karena akan dijadikan sebagai area perkebunan.
Di sini keanehan bermula. Saat Raden Ranusentika menebang pohon, setiap pohon yang telah ditebangnya akan tumbuh lagi keesokan harinya. Seperti tidak terjadi apa-apa. Hal ini terjadi secara berulang sampai berbulan-bulan. Merasa ada yang janggal, akhirnya Raden Ranusentika bertapa untuk mencari petujuk dari kejadian tersebut.
Meskipun sudah bertapa cukup lama, Raden Ranusentika tidak kunjung mendapat petunjuk. Alhasil ia menyudahi bertapanya. Sembari memikirkan jalan keluar akan permasalahan ini, ia memancing di dekat sebuah air terjun.
Saat sedang memancing, kail pancing yang digunakannya seolah ditarik ikan yang besar sampai-sampai gagang pancingnya melengkung. Ketika pancing ditarik rupanya yang didapat bukanlah ikan, melainkan cicin Warangka Keris atau Pendok.
Saat Pendok itu didekati, Reden Ranusentika dapat melihat makhluk halus yang menghuni hutan belantara tersebut. Rupanya makhluk halus itulah yang menggagalkan penebangan pohon yang dilakukannya. Air terjun tempat ditemukannya Pendok itulah yang sekarang dikenal sebagai Curug Cipendok.
Mengunjungi Curug Cipendok
Untuk menikmati kesegaran serta keindahan alam di Curug Cipendok, pengunjung cukup membayar sebesar 10.000 rupiah per orang. Dari area parkir kendaraan, perlu sedikit berjalan kaki kurang lebih 500 meter. Meskipun jarak ini lumayan jauh, namun pemandangan yang disuguhkan sepanjang perjalanan cukup mengobati rasa lelah selama berjalan.
Fasilitas yang disediakan juga tergolong lengkap. Di lokasi curug ini sudah tersedia toilet dan mushola untuk beribadah. Selain itu, tersedia juga warung makanan dan minuman, tempat duduk untuk bersantai, gazebo untuk menikmati pemandangan, serta area bermain anak yang membuat curug ini ramah untuk keluarga. Tempat wisata ini beroperasi setiap hari dan dapat dikunjungi pada pukul 07.00 samapi 16.00 WIB.
Apabila Kawan berangkat dari arah pusat kota Purwokerto, lokasi curug ini berjarak sekitar 20 kilometer. Akses jalan menuju tempat ini juga sudah beraspal bagus, sehingga mudah dilalui kendaraan. Meski begitu, karena letaknya di kawasan pegunungan, perjalanan akan diselingi jalanan yang berliku dan menanjak.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News