beragam senjata tradisional di riau - News | Good News From Indonesia 2024

Beragam Senjata Tradisional di Riau

Beragam Senjata Tradisional di Riau
images info

Pada masa kolonial, kepulauan Riau terkenal dengan kekayaan sumber daya alamnya seperti minyak bumi, timah dan granit. Hal ini membuat kepulauan Riau menjadi salah satu tujuan monopoli bangsa asing seperti Portugis, Spanyol, hingga Belanda. 

Demi mempertahankan sumber dayanya, masyarakat Riau yang kala itu banyak suku Melayu mengembangkan beberapa senjata untuk memukul mundur para penjajah. Hal ini bisa dilihat dari peninggalan senjata tradisionalnya, berikut beberapa di antaranya:

Badik Tumbuk Lada

Senjata ini merupakan senjata khas dari Suku Karo, Kerajaan Aru, Sumatera Utara yang kemudian masuk ke Riau dan Jambi.

Dahulu senjata ini digunakan untuk pertarungan jarak dekat. Secara bentuk mirip seperti keris, tetapi gagang tumbuk lada berbentuk melengkung ke bawah. Serta ukiran di tumbuk lada lebih kompleks.

Badik tumbuk lada umumnya berukuran 27 cm x 3,5 cm atau 29 cm x 4 cm memiliki daya tariknya adalah ukiran emas atau perak yang terdapat di sarungnya.

Ada kepercayaan yang dianut masyarakat Riau tentang tumbuk yang sudah dikeluarkan dari sarungnya harus menikam sesuatu untuk menghormati leluhur.

Keris

Senjata adat ini lebih populer di tanah Jawa. Keris di tanah Sumatra diperkirakan sudah ada sejak zaman kerajaan. Jika keris jawa dipercaya dengan sesuatu yang berbau spiritual, keris Riau adalah simbol kehormatan dan identitas dari suku Melayu Riau.

Keris Riau memiliki bilah yang lebih tebal dan gagang yang lebih sederhana tanpa motif seperti Keris Jawa. Senjata ini dulunya digunakan untuk pertarungan jarak dekat.

Kini senjata ini hanya menjadi bagian dari pakaian adat. Sama seperti di Jawa, Keris Riau juga banyak jenisnya.

Pedang Jenawi 

Mirip dengan Samurai dari Jepang, menurut ahli sejarah dan kebudayaan Pedang Jenawi berasal dari budaya Melayu yang tercampur dengan budaya Jepang kuno. Senjata tradisional merupakan senjata yang paling populer pada zaman Kerajaan Melayu yang sering digunakan oleh panglima perang Kerajaan Melayu.

Ukurannya sekitar 1 meter dengan bilah bermata 1 berujung tajam seperti layaknya pedang biasa. Kini masyarakat Melayu di Riau menganggap pedang ini sebagai wakil identitas mereka.

Klewang

Senjata ini merupakan senjata yang mirip seperti golok atau belati, tetapi memiliki 2 ujung. Senjata ini diperkirakan muncul saat kota Daik ramai menjadi tujuan singgah pedagang dari luar pulau pada masa Sultan Abdurrahman muazam Syah (1883—1913).

Selain di Riau, klewang juga dikenal sebagai senjata khas suku Minang yang digunakan untuk pertarungan jarak dekat saat perang. Berbeda dari ciri khas klewang di Riau, di Minangkabau mempunyai ciri seperti pedang kecil.

Dahulu klewang Riau digunakan sebagai salah satu senjata perang dan bertani. Kini senjata ini hanya digunakan untuk bertani di sebagian wilayah Riau.

Beladau

Beladau adalah senjata seperti pisau, tetapi memiliki bilah yang melengkung dan pipih. Umumnya berukuran 20 cm hingga 24 cm dengan gagang yang lebih pendek dan melengkung ke arah sebaliknya serta memiliki ukiran di ujung gagangnya.

Beladau mempunyai 2 jenis. Ada yang titik tajamnya di satu sisi dengan pegangan di satu sisi lainnya dan ada yang titik tajamnya ada di dua sisi dengan pegangan di tengah. Senjata ini selain untuk perang, digunakan juga sebagai alat potong untuk sehari-hari seperti motong tanaman atau kulit hewan buruan.

Pemuras

Berbeda dengan senjata lainnya, pemuras merupakan senapan laras pendek yang diperkirakan masuk di zaman kolonial. Selain di Riau, senapan ini juga dikenal masyarakat Brunei sebagai senjata tradisional mereka yang sudah ada sejak era kesultanan.

Senapan ini menggunakan amunisi berupa peluru yang diisi dengan bubuk mesiu dan menembakkan banyak peluru dalam sekali tembak. Namun, kini sudah tidak digunakan karena adanya senapan yang lebih modern.

Museum Nasional, Keberagaman Warisan Budaya yang Kembali dari Belanda

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Almer Sophian lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Almer Sophian.

AS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.