keberagaman warisan budaya yang kembali dari belanda di museum nasional - News | Good News From Indonesia 2024

Museum Nasional, Keberagaman Warisan Budaya yang Kembali dari Belanda

Museum Nasional, Keberagaman Warisan Budaya yang Kembali dari Belanda
images info

Masih merupakan bagian dari pameran Repatriasi Pita Maha, pada lantai 2 gedung B Museum Nasional, pameran ini memamerkan warisan-warisan Nusantara yang sebelumnya menjadi koleksi dari beberapa museum di Belanda.

Pada ruangan ini, pengunjung akan melihat 6 seri dari koleksi yang berbeda dari Koleksi DELFT, Koleksi Diponegoro hingga koleksi Lombok.

Koleksi Museum Nusantara DELFT

Dikutip dari deskripsi pada pameran, didirikan untuk seni dan budaya Indonesia. Museum ini berawal dari koleksi etnografi yang dimulai oleh Solomon Keijzer pada 1864, yang kala itu jumlahnya lebih dari 11.000 benda yang berasal dari Hindia Belanda.

Namun, museum DELFT ditutup pada 2013 karena pendanaan dan koleksinya dipindahkan ke museum Prinsenhof. Kemudian, pada 2017 kedua negara yang bersangkutan bersepakat dengan menandatangani surat Memorandum of Understanding dan di tahun 2019 koleksi-koleksi museum ini dikembalikan ke Indonesia secara berkala.

Koleksi ini tiba di Museum Nasional pada 24 Desember 2019 dan diklasifikasikan ke dalam 7 kelompok, seperti prasejarah, sejarah dan etnografi.

Pada panel pertama, pengunjung bisa melihat Naskah Rumekso Ing Engi, Serat Ahmad Muhammad dan Pustaka Laklak. Ketiga artefak ini merupakan naskah yang ditulis pada media kulit kayu Alim yang tintanya dibuat dari getah pohon Damar. Di sebelahnya ada Figurin atau benda-benda koleksi Majapahit dari terakota yang ditemukan di Jawa Timur.

Karya ini menggambarkan wajah orang asing Seperti Campa, Cina, Gujarat dan Eropa yang memberikan gambaran gaya rambut masa itu. Kemudian di akhir panel pertama, ada litografi yang dicetak di media kertas dan kayu, yang di mana ilustrasinya menunjukkan panorama Indonesia kala itu.

Kemudian, ada juga 4 arca besar dari koleksi museum DELFT yang direpatriasi pada tahun ini, di antaranya ada Arca Ganesha dari Lereng Gunung Semeru dan Arca Nandi sebagai perwujudan lembu suci yang ditumpangi Dewa Siwa.

Koleksi Diponegoro

Pangeran Diponegoro merupakan salah satu tokoh penting di kala perjuangan kemerdekaan Indonesia melawan kolonial Belanda. Pada 1825 hingga 1830, dia memimpin perang Jawa yang terpicu karena ketidakpuasan pribumi karena kebijakan tanah dan pajak terlalu berat kala itu.

Koleksi Diponegoro pada pameran ini adalah pusaka perang yang digunakan beliau pada periode perang Jawa seperti Pelana Kuda Kiai Gentayu dan Tombak Kiai Rondhan yang ia tinggalkan di kala dirinya terjun secara paksa karena disergap pasukan Belanda Mayor A.V. Mitchels ke jurang pada 11 November 1829.

Kala itu Pangeran Diponegoro berhasil melarikan diri setelah bersembunyi di balik rerumputan.

Namun, sayang kuda yang dia tunggangi kala itu dibawa oleh pasukan Belanda dan kemudian kedua pusaka itu diangkut ke Belanda sebagai hadiah kemenangan untuk Raja Willem I. Selain 2 pusaka itu, ada juga peninggalan lainnya seperti Payung yang dibuat pada 15 Agustus 1825 di Gua Sriti, Kalibawang, Kulon Progo. Keris Kiai Nogo Siluman dan Tongkat Kiai Cokro.

Pameran Repatriasi Pita Maha, Warisan Budaya Bali yang Tersimpan di Belanda Sejak 1948

Koleksi Keris Klungkung

Pada panel selanjutnya, pengunjung dapat melihat beragam koleksi dari senjata-senjata yang dahulu milik Dewa Agung Jambe II, Penguasa Kerajaan Klungkung.

Pusaka-pusaka ini menjadi saksi bisu pertumpahan darah di Puri Smarapura yang dipimpin oleh Johannes Benedictus van Heutsz, Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada 28 April 1908. Tak hanya Keris, pameran ini juga turut menampilkan Tombak I Baru Gudug dan Pedang.

Panel Harta Karun Lombok

Pada panel terakhir pengunjung dapat melihat koleksi warisan beserta narasi yang berasal dari Lombok yang sebagian besarnya merupakan perhiasan seperti cincin, gelang, anting, tusuk konde, sumping, kotak Gambir, penjepit sirih, hingga kotak tembakau.

Jika ditotal, ada lebih dari 200 harta warisan dari Lombok dari tambang yang berbeda. Namun, yang menjadi sorotan utama adalah 5 perhiasan emas peninggalan Cakranegara 1894. Pada bagian ini, pengunjung disuguhkan cuplikan motion grafis singkat tentang peristiwa kala itu di sebuah layar lebar dan diakhiri dengan munculnya 5 perhiasan emas tersebut.

Kemudian di ujung pameran, terdapat bioskop mini yang di mana, pengunjung dapat menyaksikan cerita tentang repatriasi dalam bentuk animasi dengan durasi sekitar 10 menit. Bagian ini juga menjadi favorit mereka. Hal ini terlihat dari antrian sebelum masuk teater dan juga jumlah penonton per sesi yang selalu lebih banyak dari bangku yang sudah disediakan.

Semua rangkaian pameran ini merupakan hasil kolaborasi dengan Indonesia Heritage Agency, Badan Layanan Umum Museum & Budaya dan Historia. Berlangsung hingga 30 Desember 2024 

4 Rekomendasi Pameran Sejarah di Jakarta hingga Awal November

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.