Kawan GNFI mungkin sudah familier dengan Suriname, bukan? Negara nun jauh di Amerika Selatan ini memiliki penduduk keturunan Jawa yang cukup besar.
Menurut World Population Review, pada tahun 2022, setidaknya terdapat 88,9 ribu atau 15 persen warga berdarah Jawa yang tinggal di sana. Bahkan, setiap tanggal 9 Agustus, mereka memperingati The Day of Wong Jawa atau hari kedatangan mereka di negara yang sebelumnya bernama Guyana Belanda itu.
Hingga saat ini, orang Jawa di Suriname masih mempertahankan budaya dan ritual-ritual khas nenek moyang mereka, loh! Mereka juga berkontribusi penting dalam perkembangan negara itu, baik di bidang politik, sosial, sampai ekonomi.
Namun, usut punya usut, ternyata bukan hanya Suriname yang memiliki banyak keturunan Jawa di negaranya. Terdapat sejumlah penduduk di sebuah negara kepulauan kecil di Samudra Pasifik yang juga menggunakan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Kaledonia Baru, menjadi rumah bagi kurang lebih 4.000 orang berdarah Jawa. Mengutip dari Konsulat Jenderal RI di Noumea, banyak di antara mereka yang masih fasih berbahasa Jawa.
Orang Jawa di Kaledonia Baru, Mantan Buruh yang Menjadi Warga Kelas Dunia
Bahasa Jawa yang tercampur dengan bahasa Prancis
Ada yang unik dari penggunaan bahasa Jawa di Kaledonia Baru. Dalam situs resmi milik Universitas Gadjah Mada, dijelaskan bahwa sudah terjadi hibriditas atau percampuran antara bahasa Jawa dengan bahasa Prancis.
Bahasa Jawa yang digunakan di sana disebut dengan Bahasa Jawa Kaledonia Baru (BJKB). Bahasa Jawa jenis ini terus mengalami transformasi dan dipakai oleh masyarakat di sana dalam lingkup yang terbatas.
Di negara kecil tersebut, bahasa Prancis memang menjadi bahasa resmi. Meskipun demikian, terdapat warga keturunan yang masih bertutur menggunakan bahasa Jawa Ngoko.
Masyarakat Jawa di sana masih mempertahankan budaya khas Jawa. Namun, beberapa elemen budayanya sudah berbaur menjadi satu dengan kebudayaan lokal Kaledonia Baru. Hal ini menciptakan identitas unik yang berbeda dengan budaya Jawa pada umumnya.
Kawan, pendatang asal Jawa pertama kali tiba di Kaledonia Baru pada 16 November 1896. Saat itu, Prancis yang menguasai negara tersebut meminta kepada Belanda untuk mendatangkan buruh dari Pulau Jawa.
Mereka kemudian dipekerjakan di berbagai sektor, seperti perkebunan, peternakan, hingga pertambangan. Bahkan, ada tugu khusus yang menunjukkan kedatangan para pekerja Jawa di Kota La Foa.
Tidak hanya itu, biasanya mereka juga melakukan penghormatan kepada leluhur yang memelopori kedatangan orang Indonesia di Kaledonia Baru. Terdapat sebuah perkumpulan bernama Persatuan Masyarakat Indonesia dan Keturunannya (PMIK) yang mewadahi para keturunan Jawa di negara yang dijuluki "l'île la plus proche du paradis" (pulau terdekat dengan surga) tersebut.
PMIK aktif untuk mempromosikan budaya Indonesia. Mereka mengadakan berbagai jenis kursus, seperti bahasa Jawa, gamelan Jawa, angklung, tarian khas Indonesia, membatik, hingga kelas memasak makanan Indonesia. Keren, ya!
Tradisi Ramadan Jawa di Kaledonia Baru, Ada Nyadran Hingga Tahlilan
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News