tradisi adat trenggalek dam bagong dan kupatan durenan warisan budaya jatim 2024 terbaru - News | Good News From Indonesia 2024

Tradisi Adat Trenggalek Dam Bagong dan Kupatan Durenan, Warisan Budaya Jatim 2024 Terbaru

Tradisi Adat Trenggalek Dam Bagong dan Kupatan Durenan, Warisan Budaya Jatim 2024 Terbaru
images info

Pada 9 Desember 2024 lalu, Fadli zon selaku Menteri Kebudayaan Republik Indonesia mengumumkan beberapa Warisan Takbenda baru di tahun 2024.

Pada malam itu, dirinya menganugerahi 13 Warisan Budaya dari Jawa Timur. Dua di antaranya adalah tradisi adat dari Trenggalek yang sudah lama dilaksanakan dan hingga kini masih rutin diadakan tiap tahunnya. Mau tahu tradisi apa itu dan bagaimana ceritanya? Yuk, simak sampai habis!

Bersih Dam Bagong 

Di Kelurahan Ngantru terdapat sebuah tradisi yang berlangsung setiap Jumat Kliwon bulan Selo atau bulan Zulkaidah dalam kalender Hijriah. Tradisi ini dikenal dengan nama bersih Dam Bagong.

Ini merupakan wujud penghormatan masyarakat sekitar atas perjuangan Ki Ageng Menak Sopal. Dirinya adalah tokoh di balik pembangunan bendungan Dam Bagong.

Kala itu, bendungan ini sangat efektif dalam mengaliri air untuk persawahan dan tempat menampung air desa. Selain itu juga, Ki Ageng merupakan tokoh penyebaran agama islam pertama di Trenggalek.

Warga sekitar menilai tradisi ini merupakan simbol dari keikhlasan bersedekah dan menunjukkan rasa syukur terhadap kemakmuran yang ada pada desa tersebut. Budaya tersebut dimulai dari makam Adipati menak Sopal, di mana warga akan mengadakan tahlilan disana.

Kemudian puncaknya adalah acara mengarak kepala kerbau menuju bendungan yang dilanjutkan dengan pelemparan tumbal ke bendungan Dam Bagong.

Dhurung dan Roma Tabing Tongkok, Bangunan Warisan Tak Benda Jatim 2024

Ki Ageng Menak Sopal

Ki Ageng Menak Sopal adalah putra dari pasangan Ki Ageng Menak Srobo dengan Dewi Roro Amiswati, putri dari Ki Ageng Sinawang. Saat itu dirinya tumbuh dari perbedaan agama yang terjaga toleransinya.

Beberapa tahun kemudian, Menak Sopal pun tumbuh menjadi pria yang gagah. Dirinya mulai ikut terlibat dalam permasalahan desa, salah satunya membantu di kala penduduk menghadapi kekeringan. Hingga pada suatu hari dirinya memiliki rencana untuk membangun sebuah bendungan (dam) untuk sarana irigasi masyarakat.

Menariknya, sejalan dengan pembangunan dam, Menak Sopal sambil mengajarkan ajaran Islam di wilayah tersebut.

Kupatan Durenan 

Masih di kota yang sama, terdapat juga sebuah tradisi yang diadakan untuk meramaikan acara Idul Fitri. Tradisi ini dikenal dengan nama Kupatan Durenan. Tradisi ini sudah berjalan selama 2 abad lebih, tepatnya sejak tahun 1800-an

Tradisi ini biasanya berlangsung 8 hari setelah Idulfitri terhitung dari hari kedua. Ini merupakan tradisi setiap rumah saling membukakan pintu untuk kunjungan dan menjamu tamunya dengan ketupat dan lauk pauk.

Tradisi adat Kupatan Durenan ditujukan untuk menjalin silaturahmi antarwarga. Uniknya, walau tidak ada ketentuan, hidangan ketupat sayur adalah satu hidangan yang selalu ada di setiap rumah. Selain itu juga, di beberapa rumah yang ekonominya terbilang cukup, terkadang selalu ada acara berupa hiburan untuk tamu.

Tradisi adat ini awalnya diadakan oleh KH Imam Mahyin di Pondok Pesantren Babul Ulum.

Ceritanya berawal saat hari kedua lebaran KH Imam Mahyin dijemput oleh Adipati yang memerintah di Kadipaten Trenggalek kala itu. Tujuannya ialah untuk mendampingi dirinya karena ingin mengadakan open house selama enam hari.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Almer Sophian lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Almer Sophian.

AS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.