Samarinda, Kalimantan Timur adalah satu wilayah di Indonesia yang memiliki keragaman budaya. Baik itu kekayaan alam, kuliner hingga peninggalan budaya. Ini dipengaruhi karena kekayaan yang dimiliki suku Dayak yang masih dijaga dan dikembangkan.
Kini beberapa warisan tersebut kerap kerap menjadi oleh-oleh bagi wisatawan lokal jika berkunjung ke kota Samarinda. Mau tahu apa saja?
Sarung Khas Samarinda
Berbeda dengan sarung pada umumnya, sarung khas Samarinda masih diproduksi dengan tenun tradisional, dari segi bahan pun sarung khas Samarinda menggunakan bahan sutera dari Tiongkok, sehingga umumnya memiliki harga yang relatif lebih mahal.
Menurut sejarahnya, sarung khas ini merupakan budaya dari suku Bugis yang datang dari Sulawesi saat tahun 1968. Walau sudah puluhan tahun berlalu, sarung khas ini masih banyak ditemui di toko oleh-oleh.
Tas Anjat Rotan
Tas ini merupakan kerajinan tangan dari rotan yang pertama kali diperkenalkan oleh suku Dayak Kenyah. Berbentuk silinder dengan ukuran 50 x 70 cm yang umumnya berwarna coklat muda dan motif hitam yang beragam.
Kini kerajinan tangan ini sudah banyak variasinya karena perkembangan zaman dan rancangan. Tas anjat rotan merupakan salah satu warisan budaya Kalimantan Timur yang sering dipilih untuk menjadi oleh-oleh.
Gelang Tangan Simpai
Kerajinan tangan ini merupakan salah satu peninggalan budaya Dayak Meratus. Beberapa orang meyakini gelang ini memiliki kekuatan magis, bisa melindungi dari roh jahat, menolak sihir ataupun memunculkan keberanian diri.
Gelang tangan ini terbuat dari bahan serat pakis yang dianyam. Dahulu kerajinan ini hanya banyak dipasarkan dan ditemukan di kaki Gunung Meratus. Pasalnya dahulu membuat gelang ini prosesnya adalah menganyam langsung di tangan pembelinya. Namun, kini seiring perkembangan zaman gelang ini biasanya bisa ditemukan di toko oleh-oleh Samarinda.
Ulap Doyo
Dahulu ulap doyo dikenakan untuk berbagai upacara adat, seperti pernikahan, ritual kematian, hingga pengobatan tradisional. Kerajinan ini merupakan kain tenun ikat warisan budaya suku Dayak Benuaq yang terbuat dari serat daun doyo, tanaman sejenis pandan yang banyak tumbuh liar di wilayah Tanjung Isuy, Jempang, Kutai Barat.
Ikat ini kini banyak banyak digunakan untuk aksesoris pendukung acara-acara formal, penggunanya pun kini tidak hanya orang Kalimantan saja, melainkan sudah banyak tersebar di pulau Jawa.
Keminting
Keminting adalah sebutan dari bahasa Jawa yang mempunyai arti “biji kemiri”. Asal mula namanya dikarenakan karena sekilas bentuk olahan ini seperti biji kenari.
Kudapan ini diperkirakan sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Kue ini merupakan olahan yang berbahan dasar tepung sagu yang memiliki karakteristik keras di bagian luar namun lembut ketika digigit dengan rasa manis.
Dahulu olahan ini banyak dijual di pasar tradisional, tetapi kini olahan ini sudah jarang ditemui, dan hanya ada di beberapa toko oleh-oleh Samarinda.
Gula Gait
Sekilas seperti papan kayu, tetap ini sebenarnya adalah kudapan khas Samarinda yang terkenal karena rasanya yang manis. Dahulu kepopuleran kudapan ini hanya sebatas di kota pedalaman. Kini, olahan yang berbahan dasar gula aren ini menjadi pilihan oleh-oleh yang banyak dijual dipasaran karena bentuknya yang unik dan cita rasanya.
Lempok Durian
Mirip seperti kudapan dodol, tetapi dari bahan baku berbeda. Kudapan khas Samarinda ini menggunakan bahan dasar durian dan gula.
Kudapan ini sudah dijual sejak tahun 1991 yang sebelumnya terkenal di Riau. Berbeda dengan lempok khas Riau, lempok khas Samarinda lebih terasa cita rasa manis dan lembut di mulut.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News