Sekitar enam kilometer dari pusat Kota Palembang, berdiri sebuah pulau kecil yang terletak di atas kemegahan Sungai Musi. Pulau tersebut terkenal karena legenda seorang putri cantik dan kekasihnya, Siti Fatimah dan Tan Bun An yang sedang memperjuangkan cinta mereka. Pulau Kemaro bukan hanya sebagai destinasi wisata populer di Palembang, tetapi juga menyimpan legenda romantis yang dipercaya masyarakat setempat.
Bagi Kawan yang sedang atau hendak berkunjung ke Palembang, tidak ada salahnya untuk mengunjungi Pulau Kemaro. Pulau ini dapat diakses dengan mudah dan memiliki kisah unik di dalamnya. Kawan juga bisa menikmati tempat-tempat unik di Pulau Kemaro yang kental dengan legenda Siti Fatimah dan Tan Bun An.
Akses Menuju Pulau Kemaro
Terdapat beberapa pilihan transportasi untuk mencapai Pulau Kemaro, diantaranya adalah dengan kapal, perahu ketek, speedboat, dan tongkang penyebrangan yang hanya digunakan saat perayaan Cap Go Meh.
Jika ingin menggunakan kapal, Kawan bisa menaiki kapal sewa dari Dermaga Benteng Kuto Besak atau Dermaga Pabrik Udang PT. Lestari Magris. Ongkos pergi-pulang biasanya berkisar antara Rp 50.000 hingga Rp 100.000 per orang. Perjalanan menggunakan kapal akan memakan waktu sekitar 25 hingga 35 menit.
Opsi lainnya adalah menggunakan perahu ketek, yaitu perahu kecil milik nelayan yang bisa diakses dari dermaga di Pasar 16 Ilir Palembang. Biaya per orang sekitar Rp 20.000, tetapi juga ada opsi menyewa satu perahu dengan biaya sekitar Rp 150.000 untuk satu kali perjalanan atau Rp 250.000 untuk pulang-pergi.
Jika ingin lebih cepat, Kawan bisa menggunakan speedboat yang biayanya sekitar RP 200.000 hingga Rp 250.000 tergantung jumlah penumpang. Meski begitu, Kawan dapat menikmati penyebrangan lewat jembatan penyebrangan khusus yang dibangun menggunakan tongkang. Jembatan ini hanya ada saat perayaan Cap Go Meh atau tahun baru Imlek saja.
Baca juga: Berbagai Jenis dan Perbedaan Pempek Khas Palembang
Tempat Wisata Utama di Pulau Kemaro
Pagoda Sembilan Lantai
Pagoda ini menjadi ikon utama di Pulau Kemaro yang menarik banyak wisatawan. Pagoda Sembilan Lantai dibangun pada tahun 2006 dan menjadi salah satu daya tarik utama di Pulau Kemaro. Tujuan dari pembangunan pagoda ini adalah untuk memperkuat hubungan budaya antara masyarakat Tionghoa dan Melayu di Palembang.
Pagoda yang terletak persis di tengah Pulau Kemaro memiliki sembilan lantai dan dirancang dengan gaya arsitektur Tionghoa yang indah. Setiap lantai pagoda dihiasi dengan ornamen-ornamen khas yang menambah keindahan bangunan.
Pagoda ini tidak hanya menjadi tempat wisata, tetapi juga digunakan sebagai tempat ibadah bagi umat Buddha dan masyarakat Tionghoa. Saat tahun baru Imlek, Pagoda Sembilan Lantai menjadi pusat perayaan Festival Cap Go Meh di mana akan ada ribuan masyarakat yang datang untuk berdoa bersama.
Dari puncak pagoda, wisatawan dapat menikmati pemandangan indah Sungai Musi dan sekitarnya. Pagoda ini juga menjadi tempat yang populer untuk mengambil foto, terutama karena keindahan arsitekturnya dan suasana yang tenang di tengah Pulau Kemaro.
Klenteng Hok Tjing Rio
Klenteng Hok Tjing Rio adalah salah satu tempat ibadah utama di Pulau Kemaro, Palembang. Klenteng ini memiliki arsitektur khas Tionghoa dan menjadi pusat kegiatan keagamaan bagi masyarakat Tionghoa di Palembang.
Pada tahum 1962, Klenteng Hok Tjing Rio dibangun untuk mengenang kisah cinta tragis antara Tan Bun An dan Siti Fatimah. Selain itu, klenteng ini juga dibangun untuk tujuan wisata dengan memperhatikan arsitektur khas Tionghoa dan ornamen-ornamen yang indah.
Di dalam Klenteng Hok Tjing Rio terdapat patung-patung dewa dan altar sebagai tempat berdoa. Masyarakat menggunakan klenteng ini sebagai tempat ibadah dan juga sebagai tempat perayaan hari-hari besar Tionghoa dan umat Buddha.
Makam Siti Fatimah
Di dekat Klenteng Hok Tjing Rio terdapat sebuah makan yang dipercaya merupakan makam Siti Fatimah, putri dari Raja Palembang. Makam ini menjadi tempat yang ramai dikunjungi wisatawan untuk mengenang kisah cinta antara Siti Fatimah dan Tan Bun An.
Pohon Cinta
Pohon Cinta di Pulau Kemaro dipercaya berkaitan dengan legenda romantis antara Tan Bun An dan Siti Fatimah. Menurut cerita setempat, pohon ini tumbuh di tempat di mana Siti Fatimah melompat ke Sungai Musi untuk mencari Tan Bun An yang tenggelam. Pohon ini diyakini sebagai simbol cinta abadi dan pengorbanan yang tulus.
Banyak pasangan yang datang ke Pulau Kemaro untuk mengikat janji cinta mereka di bawah pohon ini. Mereka berharap hubungan mereka akan langgeng seperti legenda Tan Bun An dan Siti Fatimah. Selain itu, terdapat ritual yang terus dilakukan selama ratusan tahun lamanya, yaitu mengukir nama seseorang di batang atau ranting pohon.
Itu dia Kawan sekilas tentang wisata Pulau Kemaro. Tertarik mengunjunginya?
Baca juga: 5 Alat Musik Tiup Nusa Tenggara Timur yang Sering Hadir di Berbagai Acara Adat
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News