lembuswana awal kemunculan dan kandungan filosofinya - News | Good News From Indonesia 2024

Lembuswana, Awal Kemunculan dan Kandungan Filosofinya

Lembuswana, Awal Kemunculan dan Kandungan Filosofinya
images info

Sebagai makhluk mitologi yang berasal dari Kalimantan, sosok Lembuswana menempati posisi istimewa di benak masyarakatnya. Bagaimana tidak, hewan ini memiliki keterikatan erat dengan sejarah dan mitos Kerajaan Kutai yang pernah berkuasa di daerah Kalimantan Timur. 

Secara etimologi, Lembuswana berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu “lembu” yang berarti sapi dan “svarna” yang berarti emas. Sesuai namanya, wujud Lembuswana digambarkan sebagai lembu berwarna emas dengan tubuh bersisik, belalai panjang menjuntai dan sepasang gading menyerupai gajah yang mencuat tajam, kuku dan taji seperti ayam, dan sayap lebar di sisi kiri-kanan badannya. Tak lupa, di kepalanya juga bertatahkan mahkota. 

Konon, hewan ini merupakan pendamping sekaligus tunggangan Aji Batara Agung Dewa Sakti, pemimpin pertama Kerajaan Kutai 1.500 tahun lalu. Bagaimana cerita awal kemunculan Lembuswana?

Awal Kemunculan Lembuswana

Lembuswana│Wikimedia│Marwan Mohamad
info gambar

Awal munculnya Lembuswana tidak lepas dari kisah kelahiran Putri Karang Melenu. Alkisah, di sebuah tempat bernama Kampung Melanti, hiduplah sang pemimpin desa yang dijuluki Petinggi Hulu Dusun bersama istrinya, Babu Jaruma.

Sebagaimana penduduknya yang lain, mereka hidup tentram, meski dilanda serba kekurangan. 

Saat itu, di tengah kondisi alam yang sedang buruk-buruknya, sepasang suami-istri tersebut terkulai lemas saking laparnya. Mereka tak punya cukup uang untuk membeli bahan makanan.

Namun, demi bertahan hidup, keduanya pun memaksakan diri keluar rumah. Setelah akhirnya menemukan sesuatu yang bisa dimakan dan beranjak pulang, Babu Jaruma tersadar, bahwa persediaan kayu bakar telah habis. Ia pun meminta suaminya memotong satu kayu kaso yang menjadi fondasi rumah mereka. 

Petinggi Hulu Dusun lekas mengambil parang dan memotong satu kayu kaso tersebut, lalu dibelah menjadi beberapa bagian. Mendadak, dari salah satu bagian kayu itu, tampak seekor ular kecil melingkar-lingkar.

Matanya menatap Petinggi Hulu Dusun dengan lembut seolah ingin dipelihara. Akhirnya, ular tersebut dibawa pulang. Tepat saat itu, suasana alam Kampung Melanti membaik seketika. Bunga-bunga bermekaran dan pelangi membentang menghiasi langit.

Menyaksikan bahwa ular itu membawa pertanda baik, pasangan suami-istri tersebut pun bertekad merawatnya seperti anak sendiri hingga tumbuh kian besar. 

Pada suatu malam, ketika Petinggi Hulu Dusun tidur, sesosok gadis menawan dengan senyum manis dan rapi menyapanya di dalam mimpi. Tawanya bagai senandung musik surgawi. Dengan memanggil Petinggi Hulu Dusun sebagai sang ayah, gadis tersebut berkata, dirinya memutuskan untuk pergi ke tempat yang sangat jauh, supaya tidak menyesaki rumah mereka.

Sontak, Petinggi Hulu Dusun terbangun, seketika tersadar akan fakta, bahwa ular yang kini seukuran naga adalah anak mereka. Sebuah anugerah dari Sang Dewata yang telah diidam-idamkan sejak lama. 

Baca Juga:Sosok Lembuswana, Hewan Mitologi yang Jadi Tunggangan Raja Mulawarman

Mimpi tersebut pun diceritakannya pada Babu Jaruma. Akhirnya, bersama penduduk lainnya, keduanya setuju untuk mengantarkan kepergian sang naga yang meliuk-liuk menuju Sungai Mahakam. Begitu sang naga menenggelamkan diri, sosoknya benar-benar tak lagi terlihat. Walau demikian, Petinggi Hulu Dusun dan istrinya tidak langsung pulang. 

Tiba-tiba saja, angin bertiup kencang, diiringi oleh sambaran petir yang bersahut-sahutan. Namun, keadaan itu tidak berlangsung lama. Langit cerah kembali, menyisakan rintik-rintik hujan. Walaupun begitu, perhatian suami-istri itu lekas terpaku pada permukaan sungai yang mendadak berbuih seperti mendidih. 

Dari balik buih-buih tersebut, muncul sebuah gong besar. Semakin lama, gong semakin meninggi, memperlihatkan sosok naga yang menjunjungnya. Di tengah gong itu, tampak seorang bayi kecil.

Tak sampai di situ, naga dan gong berisi bayi tersebut ternyata diangkat tinggi-tinggi juga oleh sesosok lembu bersayap. Hewan inilah yang dinamakan Lembuswana. Sedangkan, bayi itu akhirnya dinamai Putri Karang Melenu yang kemudian menjadi istri Aji Batara Agung Dewa Sakti.

Filosofi Lembuswana

Lembuswana mengandung filosofi “Paksi Liman Jonggo Yokso”. Artinya, pemimpin harus mempunyai sifat-sifat mulia dalam mengayomi masyarakatnya. 

Di samping itu, setiap fitur tubuh Lembuswana juga memiliki maknanya tersendiri. Sebagaimana yang disebutkan oleh Rifani (2013) dalam LEMBUSUANA SIMBUL KEKUATAN DAN KEKUASAAN RAJA KUTAI. MAHAKAM: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial, 2(1), beberapa di antaranya, yaitu merah pada ketopong mahkotanya melambangkan kekuatan alam, tepatnya api abadi mahadewa. Belalai dan gading gajah bermakna wibawa raja yang disegani rakyat. Kaki bertaji ayam menyimbolkan pantang menyerah mencari rezeki dan tidak menyerah. Sedangkan, kedua sayap melambangkan, bahwa pemimpin harus menguasai ilmu tata negara dan tata nirwana. 

Karena nilai sejarahnya, pemerintah Kalimantan Timur memahat patung Lembuswana. Patung ini bisa Kawan temukan di Pulau Kumala dan Museum Mulawarman, Tenggarong. 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.