suku bajo suku penyelam sekaligus penjaga lautan nusantara - News | Good News From Indonesia 2024

Suku Bajo, Suku Penyelam Sekaligus Penjaga Lautan Nusantara

Suku Bajo, Suku Penyelam Sekaligus Penjaga Lautan Nusantara
images info

Indonesia memiliki suku dan budaya yang beragam dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu suku yang punya tradisi serta kebiasaan unik yaitu suku Bajo. Suku Bajo merupakan masyarakat pesisir sehingga terbiasa dengan kegiatan yang berhubungan dengan laut.

Kelompok masyarakat ini dikenal sebagai penjelajah lautan karena hidup mereka sebagian besar dihabiskan di atas perahu atau rumah panggung yang terapung di laut. Mereka mengandalkan posisi rasi bintang sebagai petunjuk arah perjalanan mereka.

Selain itu, mereka juga memiliki ciri khas yang unik, yakni keahlian untuk menyelam, bahkan bisa menyelam di laut dengan durasi sampai 13 menit di kedalaman 60 meter tanpa alat bantu nafas atau oksigen. Karena inilah, suku Bajo dikenal juga sebagai suku penyelam.

Suku Bajo, Penyelam Handal yang Menjadi Inspirasi Nama u2018Labuan Bajou2019

Asal-Usul dan Sejarah Suku Bajo

Suku Bajo dipercaya berasal dari wilayah Filipina Selatan sebelum akhirnya bermigrasi ke beberapa wilayah di Indonesia timur, seperti Sulawesi, Kalimantan, dan Nusa Tenggara. Mereka hidup secara nomaden, yakni berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain di laut.

Suku Bajo menjelajah lautan dengan waktu yang panjang dan selalu dekat dengan kehidupan di lautan. Mereka memiliki keahlian dalam bernavigasi, memancing, dan bertani. Pada masa lalu, masyarakat Bajo dikenal sebagai kelompok perompak laut.

Seiring berjalannya waktu, suku ini beralih profesi menjadi nelayan dan pelaut dan meninggalkan kebiasaan menjadi perompak. Setelah itu membangun pemukiman di pesisir-pesisir.

Kehidupan Sehari-hari

Karena erat kaitannya dengan laut, suku Bajo tinggal di rumah panggung di atas air yang dikenal sebagai "lepa-lepa" atau "rumah terapung". Rumah tersebut terbuat dari kayu dan direkatkan dengan tali rotan yang kuat. Bahkan, ada rumah adat yang dibangun dengan material alami dari laut, seperti terumbu karang dan kerang.

Kehidupan sehari-hari suku Bajo meliputi kegiatan memancing, menjala ikan, dan membuat kerajinan tangan dari bahan-bahan laut. Cara mencari ikan pun masih menggunakan cara tradisional seperti memancing, menggunakan kail, menjaring, dan memanah.

Selain itu, masyarakatnya juga melakukan budidaya komoditas laut lainnya seperti udang, lobster, dan ikan kerapu. Segala kegiatan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan menjualnya kepada masyarakat pesisir sekitar atau pulau terdekat.

Budaya dan Tradisi

Suku Bajo memiliki sistem kepercayaan yang berkaitan dengan alam, yakni mereka percaya bahwa laut adalah sumber kehidupan yang harus dijaga dan dihormati. Ada banyak ritual dan tradisi adat istiadat yang dilakukan untuk menghormati laut, contohnya upacara "Mappaleppe" yang dilakukan sebelum melaut, sebagai permohonan agar diberi keselamatan kepada Tuhan dan leluhur mereka.

Dalam kehidupan bermasyarakat, suku Bajo memiliki struktur sosial yang unik. Masyarakat Bajo dipimpin oleh seorang kepala suku yang disebut sebagai "orang tua", yang bertanggung jawab dalam mengatur kehidupan sosial dan adat istiadat.

Bapongka, Tradisi Masyarakat Suku Bajo untuk Pergi Melaut

Sepanjang perjalanan hidupnya, masyarakat Bajo memiliki sejarah dan kehidupan sosial yang unik, serta ciri khas dalam tradisi dan adat mereka. Hal itulah yang membuat Indonesia memiliki banyak budaya dan tradisi yang selalu diwariskan turun-temurun.

Namun, seiring dengan perkembangan zaman, suku Bajo menghadapi tantangan terkait modernisasi dan perubahan lingkungan. Banyak dari mereka yang mulai meninggalkan gaya hidup nomaden dan menetap di daratan dan menyebabkan terjadinya perubahan dalam budaya dan seni tradisional mereka.

Suku Bajo memiliki peran yang besar dalam kemaritiman Indonesia karena mereka punya pengalaman dan pengetahuan yang luas mengenai laut sebagai hal yang tak terpisahkan dari kehidupan mereka.

Jika ada perubahan atau potensi ancaman pada laut, mereka adalah orang pertama yang akan mengetahui hal tersebut.

Oleh karena itu, pemerintah perlu melibatkan suku Bajo dalam pertahanan nasional di area maritim serta memberdayakan masyarakatnya agar mendapatkan fasilitas keseharan dan pendidikan.

Dengan mengenal asal usul dan budaya suku Bajo, kita tidak hanya menambah wawasan, melaikan juga turut serta dalam melestarikan keberadaan dan warisan budaya bangsa.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

UJ
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.