Musim hujan telah tiba, dan seperti biasa, muncul sejumlah pertanyaan yang kerap mengiringinya. Salah satu yang sering terdengar di masyarakat adalah anggapan bahwa gerimis lebih berisiko menyebabkan sakit dibandingkan hujan deras.
Kawan GNFI, apakah anggapan ini benar secara medis atau hanya sekadar mitos? Mari, kita telaah lebih dalam!
Penyebab Sakit saat Kehujanan
Kawan GNFI, mungkin sejak kecil pernah mendengar nasihat orang tua bahwa kehujanan, khususnya saat gerimis, bisa langsung membuat tubuh sakit. Flu atau masuk angin merupakan salah satu penyakit yang sering dianggap terkait dengan kondisi ini. Namun, apakah air hujan benar-benar menjadi penyebab utama penyakit tersebut?
Sebetulnya, mitos ini tidak sepenuhnya benar. Penyakit seperti flu atau masuk angin tidak langsung disebabkan oleh air hujan, baik itu gerimis maupun hujan deras. Flu, misalnya, disebabkan oleh infeksi virus influenza yang menyerang saluran pernapasan.
Penyakit ini dapat menular melalui udara atau kontak langsung dengan individu yang telah terinfeksi. Jadi, hujan pada dasarnya bukanlah penyebab langsung seseorang jatuh sakit.
Namun, kehujanan—khususnya paparan suhu dingin—memang dapat menurunkan daya tahan tubuh. Menurut jurnal yang diterbitkan oleh Journal of Public Health Research, suhu dingin yang sering terjadi saat musim hujan meningkatkan risiko infeksi saluran pernapasan hingga 20%.
Suhu dingin ini menyebabkan tubuh berusaha lebih keras untuk menjaga agar suhu tubuh tetap stabil. Ketika tubuh tidak cukup hangat atau terlalu lama terkena air hujan, sistem imun bisa melemah, sehingga lebih mudah terserang penyakit seperti flu.
Mengapa Gerimis Dianggap Lebih Berbahaya?
Anggapan bahwa gerimis lebih berbahaya daripada hujan deras sebenarnya berkaitan dengan kebiasaan setelah kehujanan. Diwartakan oleh Hello Sehat, banyak orang seringkali tidak langsung mengeringkan diri atau mengganti pakaian setelah terkena gerimis karena merasa tubuh tidak basah kuyup.
Hal ini berbeda dengan saat hujan deras, di mana tubuh jelas basah total dan biasanya segera mengganti pakaian atau mengeringkan diri. Tanpa disadari, baju yang lembap akibat gerimis dapat menurunkan suhu tubuh secara perlahan dan membuat daya tahan tubuh semakin lemah.
Selain itu, saat gerimis, banyak orang menghabiskan lebih banyak waktu di luar ruangan karena merasa tidak perlu buru-buru mencari perlindungan dari hujan. Akibatnya, paparan suhu dingin berlangsung lebih lama tanpa disadari. Hal inilah yang kemudian membuka peluang bagi virus atau bakteri untuk berkembang biak dalam tubuh yang sedang dalam kondisi rentan.
Diwartakan oleh KlikDokter, dr. Adeline Jaclyn juga menyatakan bahwa kepala yang basah terkena air hujan bisa menyebabkan penyempitan pembuluh darah di area kepala, yang berpotensi memicu sakit kepala.
Meskipun demikian, jika sistem imun tubuh dalam kondisi kuat, kemungkinan munculnya gejala seperti sakit kepala atau flu dapat diminimalkan.
Mitos tentang Pusing Setelah Kehujanan
Sebagian masyarakat juga percaya bahwa kehujanan bisa langsung menyebabkan pusing atau sakit kepala. Apakah hal ini benar? Menurut dr. Nadia Octavia dari KlikDokter, pusing yang dialami banyak orang setelah kehujanan sebenarnya lebih terkait dengan reaksi tubuh terhadap suhu dingin dan penyempitan pembuluh darah. Namun, pusing ini berbeda dengan vertigo atau pusing berputar dalam istilah medis.
Suhu dingin dari air hujan yang terkena kepala membuat tubuh bekerja lebih keras untuk mengatur suhu tubuh agar tetap normal. Hal ini bisa memicu sakit kepala, terutama jika seseorang tidak segera menghangatkan tubuhnya setelah kehujanan.
Akan tetapi, pusing ini bukanlah indikasi bahwa hujan adalah penyebab langsung sakit kepala atau flu. Faktor kekuatan sistem imun lebih memegang peran utama dalam menjaga tubuh tetap sehat meski terkena hujan.
Cara Menghindari Penyakit saat Musim Hujan
Untuk mencegah penyakit di musim hujan, Kawan GNFI perlu menerapkan beberapa kebiasaan sehat. Berdasarkan informasi dari berbagai sumber, berikut adalah beberapa tips yang dapat diterapkan:
1. Selalu mengeringkan tubuh setelah kehujanan
Setelah terkena air hujan, segera keringkan tubuh dan ganti pakaian yang basah. Mandi dengan air hangat juga dapat membantu menjaga suhu tubuh tetap stabil dan mencegah penurunan suhu yang drastis.
2. Lindungi tubuh dengan pakaian hangat
Pastikan untuk membawa payung, jas hujan, atau jaket hangat ketika keluar rumah di musim hujan. Hal ini akan membantu melindungi tubuh dari suhu dingin yang ekstrem.
3. Konsumsi makanan bergizi
Makan makanan yang kaya akan vitamin dan mineral, seperti buah dan sayuran, sangat penting untuk menjaga daya tahan tubuh. Vitamin C dan D adalah kunci dalam menjaga sistem kekebalan tubuh tetap kuat, terutama saat paparan sinar matahari berkurang di musim hujan, seperti keterangan dari KlikDokter.
4. Jaga kebersihan diri
Rajin mencuci tangan dan kaki setelah beraktivitas di luar ruangan sangat penting. Ini membantu mencegah penyebaran virus dan bakteri yang bisa masuk melalui mulut, hidung, atau mata.
5. Hindari begadang
Kawan GNFI, tidur yang cukup sangat penting untuk menjaga sistem imun tubuh tetap kuat. Menurut para ahli, begadang atau kurang tidur bisa membuat tubuh lebih rentan terhadap serangan penyakit.
Baik hujan deras maupun gerimis, keduanya tidak secara langsung menyebabkan penyakit. Penyakit seperti flu disebabkan oleh virus, sementara kehujanan hanya dapat memperlemah sistem kekebalan tubuh, terutama jika tidak diikuti dengan tindakan pencegahan yang tepat.
Oleh karena itu, menjaga kebersihan, menghangatkan tubuh, dan mengonsumsi makanan bergizi adalah kunci untuk tetap sehat selama musim hujan.
Kawan GNFI, selalu ingat bahwa kesehatan adalah investasi terbaik. Jangan biarkan mitos menghalangi langkah untuk menjaga tubuh tetap prima, baik di musim hujan maupun dalam cuaca lainnya!
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News