Siapa yang tidak kenal dengan layang-layang? Permainan tradisional yang kerap dimainkan oleh anak-anak hingga dewasa ini, telah sejak lama populer di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia.
Bahkan, layang-layang purba yang pertama ada di dunia berasal dari Indonesia, loh, namanya adalah kaghatikolepe. Kaghatikolepe berasal dari Pulau Muna, Sulawesi Utara. Nama kaghatikolepe berasal dari daun kolepe, daun khas Pulau Muna yang digunakan untuk membuat layang-layang.
Sebelum digunakan untuk sarana hiburan seperti sekarang ini, layang-layang digunakan untuk berbagai macam tujuan. Misalnya, untuk mengukur jarak dan memantau cuaca. Bukan hanya itu saja, layang-layang dahulu juga digunakan sebagai alat komunikasi.
Layang-Layang, Permainan Tradisional Itu Masih Ada
Menariknya lagi, di beberapa tempat layang-layang juga diyakini diyakini memiliki nilai spiritual, yaitu dapat menangkis roh jahat atau membawa keberuntungan.
Layangan Bapangan, Jenis Layang-Layang yang Berukuran Besar
Pada umumnya, kita mengenal ada dua bentuk layang-layang, yaitu bentuk dua dimensi dan bentuk tiga dimensi. Perbedaan keduanya ada pada rangka. Untuk layang-layang dua dimensi, rangkanya berupa rangka datar, sedangkan layang-layang tiga dimensi memiliki rangka yang disesuaikan dengan bentuk yang diinginkan.
Layang-layang dua dimensi biasanya digunakan untuk aduan. Layang-layang ini juga jadi layangan yang paling banyak dibeli oleh anak-anak karena mudah didapat dan harganya yang murah. Biasanya, layang-layang dua dimensi terbuat dari bahan plastik ataupun kertas.
Salah satu contoh layang-layang dua dimensi adalah layangan bapangan yang berukuran besar. Karena bentuknya yang lebih besar, layangan bapangan tidak digunakan untuk aduan, tetapi untuk kesenangan semata.
Bentuk layangan bapangan yang gagah, seperti memiliki sepasang sayap, membuat layangan bapangan jadi hiburan tersendiri. Meskipun harganya lebih mahal daripada layangan aduan, tapi layangan bapangan tetap jadi buruan.
Untuk bisa mendapatkan layangan bapangan, biasanya kita harus pesan terlebih dahulu kepada pengrajin layangan bapangan.
Ngumbulke Layangan: Permainan Kala Kemarau Datang
Layangan Bapangan Sering Dilombakan
Saat musim layangan, pengrajin layangan bapangan biasanya akan kebanjiran pesanan. Pasalnya, layangan bapangan sering dilombakan, terutama ketika ada gelaran festival layang-layang.
Beberapa daerah memang kerap menyelenggarakan festival layang-layang. Salah satu daerah yang menyelenggarakan festival layang-layang adalah Magelang. Festival yang digelar di 4 kecamatan yang ada di Magelang, yaitu Bandongan, Kaliangkrik, Windusari, dan Kajoran ini, dilaksanakan pada bulan September tahun lalu.
Dalam festival tersebut, ada dua kategori yang dilombakan, yaitu kategori bapangan dan kreasi.
Selain Magelang, daerah yang juga menyelenggarakan festival layang-layang, di antaranya Bali Kites Festival di Bali, Rhino Kites Festival dan Pangandaran International Kite Festival di Banten, Kalianda Kite Festival di Lampung, Festival Layang-Layang Nusantara International di Yogyakarta, dll.
Tidak Sekadar Melestarikan Budaya
Masih banyaknya orang yang antusias bermain layang-layang menjadi bukti bahwa layang-layang jadi permainan tradisional yang tak lekang oleh waktu. Sebagai bagian dari warisan budaya, memang sudah sepatutnya layang-layang untuk dilestarikan.
Selain sebagai upaya untuk melestarikan budaya, bermain layang-layang juga kaya dengan filosofi kehidupan yang dapat kita jadikan sebagai inspirasi. Misalnya, ada filosofi tentang kesabaran dan ketahanan dalam permainan layang-layang.
Seperti yang Kawan GNFI tahu, untuk dapat menerbangkan layang-layang ke angkasa, kita harus sabar dan tahan dengan kondisi angin. Begitupun dalam menjalani kehidupan. Kita harus senantiasa sabar dalam menghadapi cobaan agar bisa sukses dalam kehidupan, seperti layang-layang yang berhasil diterbangkan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News