kumpulan puisi hari ibu - News | Good News From Indonesia 2024

22 Puisi Hari Ibu untuk 22 Desember, Singkat hingga Menyentuh Hati

22 Puisi Hari Ibu untuk 22 Desember, Singkat hingga Menyentuh Hati
images info

Hari Ibu yang diperingati setiap 22 Desember merupakan momentum spesial untuk mengapresiasi pengorbanan dan perjuangan para ibu dalam membesarkan anak-anaknya. Selain memberikan hadiah, Kawan juga dapat mengungkapkan kasih sayang melalui bait-bait puisi Hari Ibu penuh makna.

Selain memiliki kalimat yang indah, pembacaan puisi juga dapat menjadi bentuk ekspresi untuk menyampaikan perasaan secara lebih personal dan menyentuh hati. Melalui puisi, kita bisa menyampaikan perasaan terdalam yang sering kali sulit diungkapkan dengan kata-kata biasa.

Dalam artikel ini, Kawan GNFI akan menemukan sekumpulan puisi Hari Ibu untuk 22 Desember yang dapat dijadikan referensi untuk dipersembahkan ke ibunda tercinta. Dilansir dari berbagai sumber, yuk, simak contoh-contoh puisinya di bawah ini!

Baca Juga: 20 Inspirasi Surat untuk Hari Ibu Singkat hingga Menyentuh Hati

Kumpulan Puisi Hari Ibu untuk 22 Desember

Ilustrasi Kebersamaan Ibu dan Anak | Foto: pexels.com/Daria Obymaha
info gambar

Kumpulan Puisi Hari Ibu Singkat

  • Puisi 1: Malaikat Tak Bersayap

Karya: Angelia Arum Arizana

Bidasan dirgantara menodong sebuah mata tua
Menaruh aksentuasi pada wanita yang memarut muka
Turut larat membeliak dedikasi kepada putra putrinya
Memeras keringat dan senantiasa mengurut dada
Sudah serasa bahara yang teramat biasa bagi dirinya

 

Durjana dunia telah menyulih resistansi raga
Menguruk cua menjadi kentara derana yang menyatukan kalbu
Melegar profesi menyerak sang pembela barga
Tanpa basa basi mencerap sumbu mengggebu-gebu
Dia laksana pelita pada ketaksaan jiwa
Senandungnya abadi merajai hati gembira
Sosoknya mampu memberus sorotan seluruh pemirsa
Tertawan segala kiprah yang kejat berjibaku
Malaikat tak bersayap, kupanggil ia dengan sebutan ibu

(Sumber: Antologi Puisi Kasih Ibu Sepanjang Masa)

 

  • Puisi 2: Ibu Matahariku

Karya: Eni Safitri

Katanya alarm terbaik adalah Ibu
Katanya berkeluh kesah ternyaman pada Ibu
Katanya tak ada yang lebih dahsyat dari doa seorang Ibu
Faktanya tidak ada yang tidak benar dari semua itu

 

Ibu....
Terima kasih karena yang sesungguhnya
Tanpamu aku bukanlah apa-apa
Tanpamu hidupku tak akan bermakna
Tanpamu duniaku tak ada artinya

 

Ibu....
Putri kecilmu yang dulu sangat manja
Kini keadaan telah memaksanya untuk dewasa
Belajar menjadi seperti Ibu
Memberikan segala pengorbanan hanya untukku
Ternyata aku belum mampu

 

Maafkanlah bu....
Terkadang hanya karena rutinitasku
Aku tak sempat mengatakan rindu
Ibu tetaplah menjadi matahariku
Selalu berperan penting dalam hidupku

(Sumber: Antologi Puisi Kasih Ibu Sepanjang Masa)

 

  • Puisi 3: Eufoni Hati

Karya: Ega Febrian Kurnia

Biarkan sekali ini ku berbisik
Alangkah indahnya hariku denganmu
Kala arunika menyerbak di kelopak mataku saat pertama kalinya
Kau buai dengan tangan halus dan air mata bahagia
Sesuatu yang indah dari anugerah-Nya

 

Kini langkah tak terasa...
Telah ada suara yang berbeda dari suara tangis itu...
Telah ada beban yang berbeda dari sekadar pangkuanmu dulu
Dan telah ada pelukan hangat ketika kau sedang sendu
Sungguh segalanya tak sepadan dengan ketegaranmu

 

Ibu
Ibu
Ibu
Kau lah awal dan akhir dari cinta pertamaku...
Sungguh, biarkan sua ini menyertai...
Bahwa Aku sangat menyayangimu

(Sumber: Antologi Puisi Kasih Ibu Sepanjang Masa)

 

  • Puisi 4: Mama Tercinta

Karya: Farihah Ismawati

Teruntuk engkau yang aku rindu
Bila bahagia adalah bertemu
ljinkanku berjumpa dengan engkau
Engkau yang menjadi pelarian mengadu
Terima Kasih mama
Karena tetap bertahan dan berjuang
Mendampingi sekaligus melengkapi sayapku
Sayap yang telah lama hilang dan selalu aku rindu
Tak pernah terbayang olehku
Apa jadinya aku tanpa engkau
Aku tahu pada masa itu
Tak mudah bagi engkau berjuang sendirian
Dari lubuk hati yang teramat dalam Mama...
Maafkan aku yang belum bisa membahagiakanmu
Maafkan aku yang belum bisa menjadi apa yang kau mau
Disini aku sedang berjuang mengarungi sebuah cita dan asa
Restu dan doa yang selalu kau berikan
Mengantarkanku sampai detik ini
Sebuah kata klise tapi benar dari lubuk hati
Love you mama.....

(Sumber: Antologi Puisi Kasih Ibu Sepanjang Masa)

 

  • Puisi 5: Bidadari Pergi Tak Berpamit

Karya: Della Puspita

Jerit kalbu memekik pilu
Duka selaksa kian terasa
Wajah berseri kini pucat pasi
Belai tangan takkan terasa lagi

 

Dalam sepi ku ratapi
Kasih pergi tanpa permisi
Terisak tangis tersembunyi
Bayang gelap pun menyelimuti

 

Kendati banyak mata mengasihani
Sosok putri kini seorang diri
Teringat pesan yang kau ajari
Ingatlah Tuhan bahwa kau tak sendiri
Teruntuk segala hal yang kau torehkan
Kata yang tak sempat kau ucapkan
Terima kasih semesta telah menghadirkan
Bidadari terindah dalam kehidupan

(Sumber: Antologi Puisi Kasih Ibu Sepanjang Masa)

 

Kumpulan Puisi Hari Ibu yang Menyentuh Hati

  • Puisi 1: Syair untuk Ibu

Karya: Amelia Zelianti

Ibu setiap rintikkan air matamu
Menyadarkan diriku atas perbuatanku
Pengorbanan yang telah kau berikan untukku
Selalu kukenang sepanjang hidupku

 

Di bawah redupnya pelita malam
Kurebahkan kepalaku di pangkuanmu
Aku merasakan hati yang penuh ketenangan
Lewat belaian hangat tangan halusmu

 

Ibu
Kaulah jantung dan hatiku
Darahmu mengalir deras di tubuhku
Semua tentang lukamu terikat di batinku

 

Kutuliskan syair ini untukmu ibu
Dengan bait yang langsung terhubung denganmu
Dihiasi oleh goresan pena yang indah
Syair ini akan selalu mewarnai hidupmu

(Sumber: Antologi Puisi Kasih Ibu Sepanjang Masa)

 

  • Puisi 2: Setitik Rindu untuk Ibu

Karya: Fuji Rahma Febriyanti

Tentang rasa yang tak pernahku ungkap
Tentang hati yang terasa begitu pengap
Tentang lidah yang keluar tuk berucap
Tentang rindu yang masih menancap
Aku berusaha melangkah tanpa tuntunanmu
Aku kehilangan semangat tanpa kehadiranmu
Aku kecewa saat jauh darimu
Aku menangis pelan karena merindukanmu
Walau yang kurasa kadang pilu
Walau hati terus menahan sendu
Walau tangis masih sering mengisi waktu
Walau rindu masih sering menyapaku
Aku akan menanti dengan sabar
Membiarkan rasa penat itu menjalar
Menutup senja hingga membuka fajar
Sampai rindu berakhir dengan kabar

(Sumber: Antologi Puisi Kasih Ibu Sepanjang Masa)

 

  • Puisi 3: Ibu

Karya: Supiani

Ibu...
Engkau dambaanku
Tiada duanya tempat bernaung
Selain dirimu
Ibu...
Sosok wanita lembut
Tempat aku mengadu sakit
Senyum yang kautabur buat aku senang
Ibu...
Belaian tanganmu hapuskan duka laraku
Dadamu tempat curahan hatiku
Tempat luapan semua keluh kesahku
Ibu...
Kau selalu hapuskan segala sedihku
Kau selalu doakan yang terbaik untukku
Kesuksesanku buah dari doamu
Ibu...
Aku amat berterima kasih
Engkau inspirasi kami
Hingga kamu sukses seperti ini
Ibu...
Sekali lagi terima kasih
Terima kasih tak terhingga dari anakmu

(Sumber: Kumpulan Puisi Cinta)

 

  • Puisi 4: Tangisan Air Mata Bunda

Karya: Monika Sebentina

Dalam senyum kau sembunyikan letihmu
Derita siang dan malam menimpamu
Tak sedetik pun menghentikan langkahmu
Untuk bisa memberi harapan baru bagiku
Tapi keinginan hatimu membahagiakan aku
Bukan setumpuk emas yang kau harapkan dalam kesuksesanku
Bukan gulungan uang yang kau minta dalam keberhasilanku
Bukan juga uang yang kau minta dalam kemenanganku
Dan yang selalu kau berkata padaku
Aku menyayangimu sekarang dan waktu aku tak lagi bersamamu
Aku menyayangimu anakku dengan ketulusan hatiku

(Sumber: Pembelajaran Puisi, Apresiasi dari dalam Kelas)

 

  • Puisi 5: Ibu

Karya: Emmy Nitami

Ibu…
Engkau adalah keajaiban yang tak bisa aku jelaskan
Engkaulah cinta kasihku
Pengorbananmu sangat mulia bagiku
Ibu…
Engkau bagaikan pelita dikatra gelap menyelimutiku
Tetesan keringatmu sangat berarti bagiku
Terima kasih ibu…
Sampai kapanpun aku akan selalu menjagamu
Hingga engkau menutup mata

(Sumber: Rindu Untuk Ibu Antologi Puisi Siswa)

Baca Juga: 10 Ide Kado untuk Hari Ibu pada Tanggal 22 Desember yang Berkesan, Simpel, dan Murah

Kumpulan Puisi Hari Ibu Panjang

  • Puisi 1: Ibuku

Karya: Dewi Fatimatul Faizah

Tak kan kulupakan jasamu ibu...
Kau mengandungku, melahirkanku
Resah, gelisah menjadi satu
Kau rasakan di dalam kalbu

 

Setiap waktu berjalan
Pekerjaanmu begitu melelahkan
Walau lelah keringat bercucuran
Tak pernah engkau keluhkan

 

Ibu...
Kau curahkan cinta kasihmu
Kau belai dengan sentuhan lembutmu
Mendidikku dengan kasih sayangmu
Agar aku menjadi maju

 

Ibu...
Tak hentinya aku membuatmu marah
Hingga kau menjadi gundah
Namun, engkau tetap tabah
Tersenyum ramah, tanpa keluh kesah
Dirgahayulah ibunda
Salam baktimu ananda
Teriring ucapan doa
Semoga Tuhan mengabulkannya

(Sumber: Antologi Puisi Kasih Ibu Sepanjang Masa)

 

  • Puisi 2: Pesan Ibu

Karya: Akmala Nur Saniya

Sepertiganya malam ku temui
Dingin mencekam menyelimuti
Sunyi terasa nyata
Dengan beribu doa ku pinta
Menatap lekat buah hati yang terlelap dalam mimpi
Berharap besar esok hari
Untukmu anakku
Jadilah jiwa yang bijaksana
Hati pengampun setiap luka
Maaf jika tak selalu ada
Di saat dukamu melanda
Untukmu anakku
Sayangi dan cintai aku
Kini, esok dan nanti
Ketika ragaku mulai rapuh
Kakiku yang tak lagi kukuh
Pandanganku yang semakin keruh
Tuturku yang sulit tuk dimengerti
Dan kembalinya merengek seperti bayi
Untukmu anakku
Ingatlah kasih dan cintaku
Kini, hingga menutup mata tak akan surut jua

(Sumber: Antologi Puisi Kasih Ibu Sepanjang Masa)

 

  • Puisi 3: Rindu untuk Ibu

Karya: Ruth Elika Cahyati

Letih aku bertanya pada fajar
Dia tak pernah menjawab
Letih aku bertanya pada rembulan
Ia hanya meredup dan berlalu tanpa sepatah katapun
Ke mana lagi aku luapkan ini semua

 

Telah habis tinta untuk menuliskan beribu kata rindu
Sudah menipis benang yang tersisa bekas rajutan luka yang kubalut
Namun tak cukup puas hati ini
Aku berlari mencari tempat terindah 'tuk habiskan waktuku mengenangmu
Namun bukan kelegaan dan kebahagiaan yang kudapati
Melainkan dilema yang kian mendalam tertoreh dilubuk hati
Adakah secercah pelangi yang sanggup mengelokkan hati ini?
Kau bukan sosok orang yang bisa buatku bahagia
Namun setiap detik kita bersama adalah lebih dari sekedar itu
Mungkin tawaku terlihat lebih baik dibanding dengan tiap tetes air mata
Tapi kau tahu pasti setiap luka dan senyuman dalam senyum dan tangisku
Tak jarang kau redam api amarah dalam diriku
Aku sendiri muak melihat hidupku
Namun kau datang bawa sinar kedamaian dan pulihkan segala dukaku
Tiada kata yang mampu melukiskan tulusnya cintamu

 

Ibu…
Hanya untukmu setiap hela nafas ini
Aku tahu bahkan itu takkan cukup ‘tuk balaskan kasihmu
Aku bersumpah untuk setiap relung doaku
Semua hanya kupersembahkan untukmu
Bahkan jika harus aku menahan rindu ini
Akan kubeli lebih banyak waktu untuk bersamamu kelak
Peluk hangat ku persembahkan dari seorang negeri
Tak putus ku harap doamu selalu menyertai
Sosok ciptaan-Nya yang kotor dan penuh noda
Aku berjanji, takkan lama lagi aku kembali dari pulau seberang

(Sumber: Rindu Untuk Ibu Antologi Puisi Siswa)

 

  • Puisi 4: Sajak Ibunda

Karya: W.S. Rendra

Mengenangkan ibu
adalah mengenangkan buah-buahan.
Istri adalah makanan utama.
Pacar adalah lauk-pauk.
Dan Ibu
adalah pelengkap sempurna
kenduri besar kehidupan.

 

Wajahnya adalah langit senja kala.
Keagungan hari yang telah merampungkan tugasnya.
Suaranya menjadi gema
dari bisikan hati nuraniku.

 

Mengingat ibu
aku melihat janji baik kehidupan.
Mendengar suara ibu,
aku percaya akan kebaikan manusia.
Melihat foto ibu,
aku mewarisi naluri kejadian alam semesta.

 

Berbicara dengan kamu, saudara-saudaraku,
aku pun ingat kamu juga punya ibu.
Aku jabat tanganmu,
aku peluk kamu di dalam persahabatan.
Kita tidak ingin saling menyakitkan hati,
agar kita tidak saling menghina ibu kita masing-masing
yang selalu, bagai bumi, air dan langit,
membela kita dengan kewajaran.

 

Maling juga punya ibu. Pembunuh punya ibu.
Demikian pula koruptor, tiran, fasis,
wartawan amplop, anggota parlemen yang dibeli,
mereka pun punya ibu.
Macam manakah ibu mereka?
Apakah ibu mereka bukan merpati di langit jiwa?
Apakah ibu mereka bukan pintu kepada alam?

 

Apakah sang anak akan berkata kepada ibunya:
"Ibu aku telah menjadi antek modal asing;
yang memproduksi barang-barang yang tidak mengatasi
kemelaratan rakyat,
lalu aku membeli gunung negara dengan harga murah,
sementara orang desa yang tanpa tanah
jumlahnya melimpah.
Kini aku kaya.
Dan lalu, ibu, untukmu aku beli juga gunung
bakal kuburanmu nanti."

 

Tidak. Ini bukan kalimat anak kepada ibunya.
Tetapi lalu bagaimana sang anak
akan menerangkan kepada ibunya
tentang kedudukannya sebagai
tiran, koruptor, hama hutan,
dan tikus sawah?
Apakah sang tiran akan menyebut dirinya
sebagai pemimpin revolusi?
Koruptor dan antek modal asing akan
menamakan dirinya sebagai pahlawan pembangunan?
Dan hama hutan serta tikus sawah akan
menganggap dirinya sebagai petani teladan?

 

Tetapi lalu bagaimana sinar pandang mata ibunya?
Mungkinkah seorang ibu akan berkata:
"Nak, jangan lupa bawa jaketmu.
Jagalah dadamu terhadap hawa malam.
Seorang wartawan memerlukan kekuatan badan.
O, ya, kalau nanti dapat amplop,
tolong belikan aku udang goreng."

 

Ibu, kini aku makin mengerti nilaimu.
Kamu adalah tugu kehidupanku,
yang tidak dibikin-bikin dan hambar seperti Monas dan Taman Mini.
Kamu adalah Indonesia Raya.
Kamu adalah hujan yang dilihat di desa.
Kamu adalah hutan di sekitar telaga.
Kamu adalah teratai kedamaian samadhi.
Kamu adalah kidung rakyat jelata.
Kamu adalah kiblat nurani di dalam kelakuanku.

(Sumber: Potret Pembangunan dalam Puisi)

 

  • Puisi 5: Puisi Ibu

Karya: Chairil Anwar

Pernah aku ditegur
Katanya untuk kebaikan
Pernah aku dimarah
Katanya membaiki kelemahan
Pernah aku diminta membantu
Katanya supaya aku pandai
Ibu…
Pernah aku merajuk
Katanya aku manja
Pernah aku melawan
Katanya aku degil
Pernah aku menangis
Katanya aku lemah
Ibu…
Setiap kali aku tersilap
Dia hukum aku dengan nasihat
Setiap kali aku kecewa
Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat
Setiap kali aku dalam kesakitan
Dia ubati dengan penawar dan semangat
dan bila aku mencapai kejayan
Dia kata bersyukurlah pada Tuhan
Namun…
Tidak pernah aku lihat air mata dukamu
Mengalir di pipimu
Begitu kuatnya dirimu…
Ibu…
Aku sayang padamu…
Tuhanku…
Aku bermohon padaMu
Sejahterakanlah dia
Selamanya…

(Sumber: Sirok Bastra Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan Vol. 5, No. 2)

 

  • Puisi 6: Teruntuk Bunda

Karya: Dahlia Damayanti Sholikhah

Semilir sarayu yang bersibak dalam afsun swasamita
Tak memupuskan langkah Bunda tuk menyiratkan afeksinya
Setiap malam, kidung harsa terdengar manis dalam ruang hampa
Tanpa harap eulogi; walau peluh melumpuhkan sekujur atma
Kalbuku berdegup memandang wajah cantikmu seakan tiada beban
Tutur manismu mampu mengiringi seluk-beluk kehidupan
Meredum tamparan perkara yang menghantui kalbu; berhamburan
Hingga atma berdaya melampaui liku buana kian pagan
Ditengah penghujung malam, terselip doa walau derai menerpa
Memanjatkan doa teruntuk bunda yang menyuguhkan afeksi amerta
Tak lesap dirimu dalam jelma seram yang merisaukan asa
Meninabobokkan elegi menjadi nirwana dalam candramawa
Mungkin, aksara dalam pena ini tak sebanding adorasimu kian nirmala
Walau netra menatapku sebagai insan apatis tak berperasa
Kau menatapku laksana insan anindita tanpa dosa
Oh Tuhan, mampukah hamba mengabdi jasa Bunda yang tak mampu ku jungka?

(Sumber: Antologi Puisi Kasih Ibu Sepanjang Masa)

 

Kumpulan Puisi Hari Ibu Penuh Makna

  • Puisi 1: Pengorbanan Ibu Jalan Hidupku

Karya: Agustina Sri Hartati

Dengan sel-sel darah engkau lahirkan kehidupan bagiku
Tetesan air mata tak terhenti seperti hujan yang mengalir
Tapi apa daya engkau pertaruhkan nyawa bagiku
Suara malaikat kecil bernyanyi
Rasa sakit hilang jadi bahagia
Tak sedikit kata terucap
Tak sedikit darah mengalir

 

Engkau tersenyum bagaikan rembulan di malam yang sunyi
Sentuhan demi sentuhan kau usap dengan jemarimu
Kecupan bibirmu menghangatkan jiwaku
Hari berganti bulan berganti tahun
Menjagaku tanpa letih
Mendekapku dengan ketulusan
Cinta kasihmu tak lekang oleh waktu

 

Kau tuntun aku di jalur berliku yang penuh dengan batu
Untuk menuju ke kedewasaanku
Tak pernah kau pikirkan dirimu
Tak pernah kau pikirkan beratnya hidupmu
Sungguh begitu kuat dirimu
Kau begitu sempurna bagiku

 

Kau darah yang terus mengalir di hidupku
Ingin rasanya ku indahkan namamu
Ingin rasanya ku indahkan derajatmu
Ingin rasanya ku berikan seluruh hidupku untukmu

 

Namun apa daya aku hanya seorang lemah
Yang selalu mengikis relung hatinya dengan keegoisanku
Ingin ku ulang waktu untuknya
Kan kuberikan seluruh hidupku untuknya
Karna bahagiamu adalah surga bagiku

(Sumber: Antologi Puisi Kasih Ibu Sepanjang Masa)

 

  • Puisi 2: Malaikat Tak Bersayap Itu Bernama Ibu

Karya: Erni Puspitasari

Ibuku sayang... ibuku yang selalu riang
Entah bagaimana aku harus membalas kebaikanmu bu
Di saat aku sedih, aku gagal, engkau lah orang yang pertama kali mengusap air mataku dan memelukku
Di saat aku gembira ku lihat senyum tulus tersungging di bibir ibu

 

Ibu
Bagaikan malaikat tak bersayap
Yang kasih sayangnya sepanjang masa
Yang tak kenal lelah mengajarkan kebaikan
Yang tak pantang menyerah walau dilanda susah
Yang hatinya seluas samudra
Walau anak-anaknya menyayangi sepanjang galah
Maafkan jika anak-anakmu belum bisa membahagiakanmu ibu
Hanya doa yang selalu kami panjatkan untukmu
Semoga damai di alam sana
Aku rindu engkau ibuku

(Sumber: Antologi Puisi Kasih Ibu Sepanjang Masa)

 

  • Puisi 3: Kasih Sayang Seorang Ibu

Karya: Anggar Setiarini

lbu…
Sinar wajahmu memancarkan kasih sayang
Kulit halusmu membelaiku
Saat aku terlelap dalam tidurku
Alunan cerita nyanyian lagu nuranimu
Membuatku menorehkan sejuta senyuman
Kerinduan, kehangatan akan belaianmu
lndah berseri cinta seorang ibu
Merawat buah hatinya dengan tulus ikhlas
Terima kasih ibu

(Sumber: Rindu Untuk Ibu Antologi Puisi Siswa)

 

  • Puisi 4: Sajak (Ibu) Rinduku

Karya: Gesfi Anugrah

Embun di mata perempuan renta
Bak sorot lampu yang nyaris redup
Tak ada lagi kehidupan terpancar dari imajinya
Hanya tersisa nostalgia yang rapat tertutup
Mata yang indah kini tak ada lagi memandangku
Tatap yang teduh telah punah dimakan waktu
Segala perhatiannya enyah untukku
Menyisakan nasihat yang kini terdengar sendu
Maha Pencipta, aku titip keberadaannya di surgaMu
Maha Megah, hibur dia dengan melodi dawaiMu
Aku tak mau ia jadi senar yang bisu karena menunggu
kedatanganku
Maha Damai
Kulayangkan sebuah doa bagi lbu yang tercinta
Mohon kirimkan Malaikat untuk temaninya
Dan biarkan ia lelap, biarkan ia lesap
Dalam harmoni keabadianMu

(Sumber: Rindu Untuk Ibu Antologi Puisi Siswa)

 

  • Puisi 5: Ibu

Karya: Kusumo

Kasihmu tiada tara, sungguh besar sekali
Tak pernah ku mendengar keluhanmu
Setiap saat hanya cinta yang engkau berikan
Senyumanmu indah menyejukkan hati
Ibu...
Kau berikan perhatian penuh untuk kebaikan
Tak peduli hujan, panas, pagi, siang, sore, malam
Belaian hangat tanganmu terasa nyaman sekali
Teruslah mengasihiku, menyayangiku
Ibu...
Terima kasih untukmu, yang penuh kesabaran
Merawat, membesarkan, dengan ketulusan
Tak sanggup rasanya membalas kebaikanmu
Terlalu besar, banyak, tak terhitung jumlahnya
Doamu ibu, selalu kunantikan
Kuingin restumu menyertaiku
Doaku untukmu ibu
Semoga bahagia selalu

(Sumber: Kumpulan Puisi Inspirasi)

 

  • Puisi 6: Ibu

Karya: Wiji Thukul

Ibu pernah mengusirku minggat dari rumah
Tetapi menangis ketika aku susah
Ibu tak bisa memejamkan mata
Bila adikku tak bisa tidur karena lapar
Ibu akan marah besar
Bila kami merebut jatah makan
yang bukan hak kami
Ibuku memberi pelajaran keadilan
dengan kasih sayang
Ketabahan ibuku
Mengubah rasa sayur murah
menjadi sedap
Ibu menangis ketika aku mendapat susah
Ibu menangis ketika aku bahagia
Ibu menangis ketika adikku mencuri sepeda
Ibu menangis ketika adikku keluar penjara
Ibu adalah hati yang rela menerima
Selalu disakiti oleh anak-anaknya
Penuh maaf dan ampun
Kasih sayang Ibu adalah kilau sinar kegaiban
Tuhan
Membangkitkan haru insan
dengan kebijakan
Ibu mengenalkan aku kepada Tuhan

(Sumber: Sirok Bastra Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan Vol. 5, No. 2)

Baca Juga: 12+ Puisi Hari Ayah Menyentuh Hati 12 November, Kirim ke Ayah Tercinta!

Demikian kumpulan puisi untuk merayakan Hari Ibu yang cocok untuk kawan bacakan kepada ibu tersayang! Semoga puisi-puisi ini dapat dijadikan inspirasi dalam mengungkapkan perasaan ke ibu.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MS
FS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.