Indonesia punya inovasi di bidang teknologi pertanian. Saat ini, teknologi kecerdasan buatan alias Artificial Intelligence (AI) mulai dikembangkan untuk membantu kerja para petani kakao.
Hal itu disampaikan oleh Koordinator PBJJ Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) SEAQIS Jawa Barat, Gatot Hari Priowirjanto, dalam webinar bertajuk "Mengoptimalkan Produksi Kakao dengan AI" yang diselenggarakan pada Kamis (5/12/). Dipaparkan Gatot, Pengembangan AI untuk kakao dilakukan oleh para mahasiswa PENS dan perguruan tinggi lainnya.
Saat ini database yang terkumpul masih dalam tahap awal dengan pengecekan akurasi. Sebagaimana program AI pada umumnya, AI kakao bekerja dengan mengumpulkan dan menghimpun informasi dari bebagai sumber yang tersedia secara digital. Berbagai data tersebut kemudian diolah agar nantinya siap diakses oleh pengguna.
"Di dalam program yang kita coba develop sekarang ini, kita coba sederhanakan dan satukan dengan aritificial intelligence ratusan informasi dari lima tahun, sepuluh tahun, dan sebagainya yang ada di internet, kita satukan dengan program." papar Gatot.
Bethubung pada dasarnya memang didesain untuk mendukung pertanian kakao, sudah tentu AI ini khusus menghimpun dan mengolah informasi yang berkaitan dengan Kakao. Beberapa di antara informasi tersebut yakni harga kakao, jadwal panen, hingga kompilasi berbagai masalah yang dihadapi petani seperti penyakit.
"Jadi, fungsi artificial intelligence itu kita minta untuk membandingkan dan mengompilasi semua informasi yang ada di internet dan database kita." lanjut Gatot.
Dalam presentasinya, Gatot menunjukkan bagaimana program AI bernama Kakao AI Center menyajikan informasi mengenai penyakit vascular streak dieback yang menjadi momok pagi petani kakao. Kakao AI Center kemudian menampilkan informasi mulai dari gejala hingga penanganannya, lengkap dengan gambar tanaman yang terjangkit penyakit tersebut.
Kakao AI Center bukan pula satu-satunya teknologi digital yang kini dikembangkan Indonesia untuk mendukung pertanian Kakao. Ada pula program lain, yaitu Sikakao dan Web Cocoa.
Masing-masing program memiliki kegunaannya masing-masing. Untuk Sikakao, fungsinya adalah sebagai pusat informasi data-data kakao mulai dari secara real time. Sementara itu, Web Cocoa digunakan untuk membuat rantai pasok kakao menjadi semakin transparan, mulao dari proses panen hingga distribusinya.
Tidak hanya mengumpulkan dan menyajikan kembali informasi yang sudah ada, AI Kakao juga diproyeksikan untuk memiliki fitur untuk melakukan forecasting.
"Kita develop bertahap, nanti kita akan tahu prediksi satu kecamatan pada semester depan berapa produksinya," tambah Gatot.
Dengan adanya AI ini, diharapkan petani kakao terbantu secara menyeluruh. Di samping itu, pengetahuan para petani pun dapat terus ditingkatkan.
"Harapan kita memang ini yang terus kita kembangkan dengan suatu sistem yang ada semua bisa belajar dari A sampai Z, dari pembibitan sampai produksi." pungkas Gatot.
Mengenal Kakao dan Cara Membuat Cokelat dari Biji Kakao
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News