menyikapi fenomena toko buku sepi patjarmerah hadirkan festival literasi untuk perkuat budaya literasi - News | Good News From Indonesia 2024

Menyikapi Fenomena Toko Buku Sepi, Patjarmerah Hadirkan Festival Literasi untuk Perkuat Budaya Literasi

Menyikapi Fenomena Toko Buku Sepi, Patjarmerah Hadirkan Festival Literasi untuk Perkuat Budaya Literasi
images info

Di era digital saat ini, telah terjadi fenomena toko buku sepi di sejumlah daerah, sehingga menjadi tamparan keras bagi budaya literasi di Indonesia.

Bahkan, beberapa tahun belakangan ini, sejumlah toko buku di Indonesia semakin sepi pengunjung, bahkan sebagian di antaranya terpaksa gulung tikar.

Pada akhir 2023, toko buku Gunung Agung yang telah berdiri selama tujuh puluh tahun lebih, memutuskan untuk menutup semua gerai bukunya.

Sebab, sepinya peminat dengan beban biaya operasional yang tinggi dan pencapaian penjualan yang tidak sebanding, membuat toko buku ini terpaksa gulung tikar.

Hal tersebut juga terjadi di toko buku bekas di Jombang yang sepi peminat meski sudah mengadakan bazar buku dengan membanting harga.

Selain itu, kondisi Pasar Buku Kenari, Jakarta Pusat juga semakin sepi pengunjung dan sebagian besar gerai bukunya telah tutup secara permanen.

Merujuk dari CNBC, salah satu pedagang di Pasar Buku Kenari, Syamsul mengonfirmasi langsung bahwa ia lebih memilih menjual buku melalui toko online, karena penjualan secara offline semakin sepi.

Mengutip informasi dari Inilah.com, Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi), Arys Hilman Nugraha juga menegaskan pentingnya peran pemerintah dalam menghadirkan buku-buku yang bermutu dan sesuai dengan minat masyarakat, guna meningkat budaya literasi dikalangan masyarakat.

Baca juga: Tren Baca Online, Pukulan Telak bagi Eksistensi Toko Buku

Patjarmerah Hadirkan Festival Literasi untuk Perkuat Budaya Literasi

Berdasarkan data dari Perpustakaan Nasional Indonesia, Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) Indonesia pada tahun 2023 mengalami kenaikan 3,19 dari tahun sebelumnya, sehingga tingkat minat baca bukan menjadi penyebab fenomena toko buku sepi di Indonesia.

Minat membaca masyarakat yang kian meninggi, menandakan masih ada peluang besar dalam mengembalikan kekuatan literasi di Indonesia.

Sejumlah toko buku mulai beradaptasi dengan perkembangan zaman dan menyusaikan diri dengan pasar.

Salah satunya adalah kedai Patjarmerah, yang berani mengubah stereotip masyarakat terhadap toko buku konvensional dengan menghadirkan wadah interaksi yang menarik, dimana buku-buku menjadi tuan rumah dan ide-ide dibicarakan secara langsung, sehingga bisa membangun sebuah pertemanan baru.

Di tengah fenomena toko buku yang sepi, Patjarmerah justru hadir membawa angin segar lewat festival literasi.

Dalam melawan mitos literasi masyarakat Indonesia yang rendah, Patjarmerah menghadirkan festival literasi dengan beragam talkshow, bedah buku, pasar buku, hingga stand up comedy.

Acara ini selalu dipenuhi pengunjung bahkan dinanti kehadirannya setiap tahunnya.

Sebelumnya, festival ini diadakan di Solo, dan tahun ini mereka memilih Jakarta sebagai lokasi penyelenggaraan.

Menariknya, festival Patjarmerah Kecil merupakan agenda perdana yang digagas oleh Patjarmerah, yang diperuntukkan untuk anak-anak, remaja dan keluarga.

Sekitar 6.000 judul buku yang dihadirkan, dengan beragam jenis mulai dari buku anak-anak hingga umum. Hal ini dapat membantu masyarakat menemukan buku yang sesuai kebutuhannya.

Selain menghadirkan ribuan judul buku dari sejumlah penerbit di Indonesia, festival ini juga menghadirkan beragam kegiatan yang bisa dinikmati bareng keluarga.

Ekosistem dalam budaya literasi juga perlu berkelanjutan karena bukan hanya regenerasi penulis yang perlu diupayakan terus menerus, namun juga regenerasi pembaca.

Mengutip informasi dari Inilah.com, Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi), Arys Hilman Nugraha juga menegaskan pentingnya peran pemerintah dalam menghadirkan buku-buku yang bermutu dan sesuai dengan minat masyarakat, sehingga peran pemerintah dan penerbit buku sangat dibutuhkan dalam memperkuat budaya literasi bangsa.

Apabila tidak segera ditangani, fenomena toko buku sepi dapat berpotensi terjadinya krisis literasi di Indonesia.

Toko buku maupun festival literasi menjadi wadah bangsa dalam memperkuat literasi, sehingga sangat perlu apresiasi dan dukungan dari masyarakat terhadap pengembangan industri buku.

Baca juga: TPBIS: Upaya Perpusnas Perkuat Budaya Literasi Indonesia untuk Wujudkan Generasi Emas 2045

Sumber artikel:

  • https://www.inilah.com/krisis-literasi-di-indonesia-implikasi-tutupnya-toko-buku-gunung-agung
  • https://jatim.tribunnews.com/2024/07/25/nasib-toko-buku-bekas-di-jombang-sepi-peminat-meski-sudah-banting-harga
  • https://www.cnbcindonesia.com/news/20240126094535-4-509182/kios-pedagang-buku-di-pasar-kenari-sepi-bak-kuburan-apa-penyebabnya
  • https://www.cnbcindonesia.com/news/20240126094535-4-509182/kios-pedagang-buku-di-pasar-kenari-sepi-bak-kuburan-apa-penyebabnya
  • https://www.perpusnas.go.id/berita/perpusnas-akan-salurkan-koleksi-buku-ke-10-000-perpustakaan-desa-kelurahan-dan-taman-baca-masyarakat
  • https://tirto.id/senjakala-toko-buku-di-indonesia-adaptasi-jadi-kunci-bertahan
  • https://mojok.co/terminal/patjar-merah-festival-literasi-dan-melawan-mitos/
  • https://hypeabis.id/read/37578/patjarmerah-kecil-perdana-digelar-jadi-ruang-literasi-seru-untuk-anak

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.