Keunikan dari topeng Cirebon, yaitu sebagai simbol fase kehidupan manusia. Bagaimana bisa?
Topeng merupakan bagian dari bentuk kekayaan seni tradisional Indonesia yang merepresentasikan keberagaman Tanah Air. Sejumlah fungsi dan makna yang didasarkan oleh daerah asalnya menjadikan topeng bukan hanya sebagai hiasan atau properti pertunjukan belaka, melainkan sarana untuk bercerita, ritual, maupun menyampaikan pesan.
Kearifan lokal yang terkandung di dalamnya turut membuat nuansa topeng lebih hidup dan menumbuhkan keterikatan secara emosional dengan audiensnya.
Salah satunya adalah topeng Cirebon. Sejatinya, topeng Cirebon digunakan sebagai aksesori Tari Topeng Cirebonan, yaitu tari khas Jawa Barat. Umumnya, topeng ini terbuat dari kayu-kayu lunak, seperti kayu Jaran, kayu Waru, kayu Mangga, atau kayu Lame.
Walaupun jenis kayu tersebut mudah dibentuk, tetap saja diperlukan ketekunan dan ketelitian ekstra dalam pembuatannya. Hal ini tentu membuat prosesnya sedikit lebih lama. Satu topeng memerlukan waktu setidaknya satu hari.
Sejarah Topeng Cirebon
Topeng Cirebon merupakan “tokoh utama” dari Tari Topeng Cirebonan. Dikutip dari cirebonkota.go.id, tarian ini diduga sudah dikenal sejak zaman Majapahit sekitar tahun 1300 hingga 1400 M, tepatnya saat pemerintahan Hayam Wuruk.
Menurut Negarakertagama dan Pararaton, beliau melakukan pementasan tari menggunakan topeng emas, disebut sebagai atapel atau anapuk, di depan perempuan-perempuan anggota kerajaan.
Lalu, setelah Kerajaan Majapahit runtuh, kesenian itu pun dihidupkan kembali saat penyebaran Islam di Nusantara mulai berkembang. Dikutip dari indonesia.go.id, hal ini ditunjukkan oleh kerjasama Sunan Gunung Jati dan Sunan Kalijaga dalam menjadikan tari topeng sebagai sarana dakwah di daerah Jawa Barat, khususnya Cirebon.
Karena aspek estetikanya, tarian tersebut hanya dipentaskan di lingkungan istana. Walau begitu, rakyat jelata diperbolehkan datang menyaksikan.
Baca Juga: Tari Topeng Samba Cirebon Sukses Pecahkan Rekor ORI
Namun, saat Belanda masuk, pementasan kesenian tradisional sangat dibatasi, tidak terkecuali tari topeng. Supaya tari topeng tetap eksis, maka para seniman pun akhirnya mengembangkan seni tersebut di kampung masing-masing. Karena itu, tidak heran bila akhirnya tari topeng memiliki berbagai macam versi di setiap daerah.
Uniknya Penyimbolan Topeng Cirebon
Dalam pementasan Tari Topeng Cirebonan, terdapat lima jenis topeng pokok yang dijuluki “Topeng Panca Wanda”. Panca artinya lima, sedangkan Wanda berarti watak. Maka, secara keseluruhan, kelima topeng tersebut bermakna gambaran lima karakter yang dimiliki manusia.
Pertama, topeng Panji yang berwarna putih bersih tanpa motif. Topeng yang berwujud tanpa rambut itu merepresentasikan sosok bayi yang terlahir suci. Ketika mengenakan topeng ini, tariannya pelan, sederhana, dan tidak banyak gerakan. Faktor gerakannya yang minim membuat tarian ini tidak begitu digemari.
Kedua, topeng Samba atau Pamindo yang berwarna putih dengan rambut yang dihiasi oleh semacam motif yang melingkar di dahinya. Topeng ini merepresentasikan sosok anak-anak yang ceria, lincah, dan menggemaskan. Tariannya gesit, melambangkan rasa penasaran dan semangat yang membuncah seperti menyambut awal kehidupan remaja.
Ketiga, topeng Rumyang dengan warna merah muda, merepresentasikan sosok remaja yang beranjak dewasa dan mulai mengenali arti kehidupan. Wataknya sama seperti topeng Samba. Hanya saja, ia tidak berambut dan tariannya lebih kalem.
Hal ini menggambarkan, bahwa ketika hendak menginjak kedewasaan, seseorang perlu berhati-hati dalam bertindak dan bertutur kata. Kata “rumyang” sendiri pun merupakan kombinasi dari kata “arum” dan “myang” yang berarti “harum semerbak” sehingga kesan alim dan genit turut tergambarkan dalam nuansa topeng ini.
Keempat, topeng Patih atau Tumenggung yang berwarna merah terang atau coklat muda, mata sedikit lebar, dan berkumis tipis. Gerakannya gagah dan tegas, merepresentasikan seorang dewasa yang memiliki kepribadian matang, mapan, pemberani, dan bertanggung jawab.
Kelima, topeng Klana atau Rahwana dengan warna merah gelap, kumis tebal, dan mata melotot. Topeng ini merepresentasikan karakter orang yang gagah dan kasar. Tariannya melambangkan buruknya kepribadian seseorang, seperti pemarah, rakus, sombong, dan sulit mengendalikan diri.
Sebagaimana namanya, gerakannya yang menggebu-gebu pun menyiratkan fase kehidupan manusia teratas, yaitu senang berkelana mencari kebebasan yang didasari atas nafsu. Tari dengan topeng ini menjadi favorit banyak orang.
Melalui kelima topeng Cirebon tersebut dan gerakan tariannya, Kawan dapat merenungi filosofi yang terkandung di dalamnya. Hal tersebut tidak hanya membuat kita semakin menghargai kehidupan, tetapi juga seni tradisional Indonesia.
Referensi:
- https://cirebonkota.go.id/pariwisata/kesenian-daerah/topeng-cirebon/
- https://indonesia.go.id/kategori/komoditas/2159/makna-di-balik-rupa-topeng-cirebon?lang=1
- https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbjabar/ragam-wanda-tari-topeng-cirebon/
- Yuhanda, G. P. (2019). Pesan Dalam Tarian Topeng Panji Cirebon. Komversal, 1(1), 1-21.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News