jejak sejarah dan budaya suku tidung suku asli kalimantan utara - News | Good News From Indonesia 2024

Jejak Sejarah dan Budaya Suku Tidung, Suku Asli Kalimantan Utara

Jejak Sejarah dan Budaya Suku Tidung, Suku Asli Kalimantan Utara
images info

Suku Tidung adalah salah satu suku bangsa yang mendiami wilayah Kalimantan Utara, terutama di Kabupaten Tana Tidung dan sebagian Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. 

Mereka dikenal sebagai suku pesisir yang memiliki kearifan lokal yang kaya, serta adat istiadat yang masih dilestarikan hingga saat ini. Suku ini memiliki sejarah panjang yang berhubungan dengan perdagangan, pelayaran, dan budaya yang dipengaruhi oleh keberadaan laut.

Asal Usul Suku Tidung

Dikutip dari laman Wisata Tana Tidung, Suku Tidung berasal dari Kerajaan Tidung yang berdiri sekitar tahun 1557-1571 M di daerah Amusian, Tarakan Timur, Kalimantan Timur. Kerajaan ini dikenal juga sebagai Kerajaan Tarakan, yang pusat pemerintahannya terletak di pulau Tarakan. 

Sebelum menetap di Tarakan, kerajaan ini sering berpindah tempat, mendiami beberapa wilayah seperti Binalatung, Tanjung Batu, Sungai Bidang, hingga kawasan Pimping dan Tanah Kuning. 

Puncaknya, Kerajaan Tidung beralih menjadi Kerajaan Tidung yang lebih stabil sejak 1557 M, setelah dinasti Tengara berkuasa.

Sejarah Kerajaan Tidung Kuno dimulai dengan Raja Benayuk dari Menjelutung, yang pemerintahannya berakhir tragis akibat malapetaka alam, dikenal sebagai "gasab". 

Raja terakhir di masa itu adalah Ratu Ikenawai, yang menikah dengan Amiril Rasyd Datoe Radja Laoet dari Kerajaan Sulu, membawa darah Dinasti Tengara. 

Pemerintahan Tidung sempat berseteru dengan Kesultanan Bulungan, terutama setelah perjanjian Bulungan dengan Belanda, yang mengakibatkan Kerajaan Tidung tidak lagi mengakui kesultanan ini.

Pada awal abad ke-20, Kerajaan Tidung terpengaruh oleh eksploitasi minyak bumi oleh Belanda. Ketegangan politik dan konflik dengan Kesultanan Bulungan berujung pada pengasingan Datoe Adil pada 1916, yang menandai berakhirnya Kerajaan Tidung. 

Namun, warisan sejarahnya tetap hidup hingga kini dalam bentuk Kabupaten Tana Tidung, yang resmi berdiri pada 10 Juli 2007 sebagai kabupaten ke-10 di Provinsi Kalimantan Timur, setelah perjuangan Panjang masyarakat setempat.

Baca Juga: Kalimantan Utara, Provinsi Termuda di Indonesia

Ciri Khas Suku Tidung

1. Pakaian Adat Suku Tidung

Pakaian adat Suku Tidung terbagi menjadi beberapa jenis yang digunakan dalam berbagai kesempatan, baik itu dalam kehidupan sehari-hari maupun upacara adat penting. Setiap jenis pakaian memiliki fungsi dan simbolismenya masing-masing.

  • Pelimbangan dan Kurung Bantut (Pakaian Sehari-hari), Pakaian tradisional yang digunakan oleh masyarakat Suku Tidung dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya, pakaian ini terdiri dari baju kurung dengan desain sederhana dan praktis, yang dipadukan dengan celana panjang atau rok untuk wanita. Kurung Bantut, yang merupakan bagian dari pakaian sehari-hari, lebih sederhana lagi namun tetap menonjolkan karakteristik tenunan khas Suku Tidung.
  • Selampoy (Pakaian Adat), Pakaian adat yang digunakan pada acara-acara resmi atau upacara adat. Pakaian ini lebih mewah dan terperinci dibandingkan pakaian sehari-hari. Selampoy biasanya terdiri dari baju panjang yang dihiasi dengan tenunan atau bordir khas Suku Tidung. Biasanya, pakaian adat ini dilengkapi dengan aksesoris seperti kalung manik-manik, gelang, dan cincin yang terbuat dari bahan alami seperti kayu atau logam.
  • Talulandom (Pakaian Resmi), Digunakan dalam acara-acara penting atau pertemuan resmi. Pakaian ini mencakup baju dengan desain lebih formal, biasanya berbahan lebih halus dan dihiasi dengan motif khas Suku Tidung. Selain itu, talulandom juga sering dilengkapi dengan aksesoris formal, seperti selendang atau ikat kepala yang memperindah tampilan dan menunjukkan status sosial atau kehormatan dalam suatu acara.
  • Sina Beranti (Pakaian Pengantin), Pakaian adat yang digunakan dalam acara pernikahan. Pakaian ini sangat mewah, dengan ornamen yang rumit dan penuh makna. Pengantin pria mengenakan baju dengan tenunan halus serta ikat kepala yang menunjukkan identitas dan statusnya. Sementara itu, pengantin wanita mengenakan pakaian dengan detailing yang lebih mencolok, dengan hiasan manik-manik, kalung, dan selendang yang menambah keanggunan. 

2. Rumah Adat Suku Tidung 

Rumah adat baloy merupakan rumah adat suku Tidung, Kalimantan Utara. Rumah baloy dibangun sebagai simbol identitas budaya yang kuat dan merupakan representasi kehidupan masyarakat Tidung yang masih sangat kental dengan nilai-nilai tradisional dan adat istiadat.

Nama "Baloy" diambil dari bahasa Tidung yang berarti "rumah besar." Sebab, rumah ini dirancang untuk menampung berbagai kegiatan masyarakat, mulai dari upacara adat hingga musyawarah penting yang melibatkan pemuka adat dan masyarakat setempat.

Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat Sejarah dan Filosofi Rumah Adat Baloy, Kalimantan Utara

3. Tradisi Unik Suku Tidung

Pupuran adalah salah satu tradisi adat Suku Tidung yang dilakukan sebelum prosesi akad nikah. Dalam tradisi ini, kedua mempelai akan ditaburi dengan bedak atau pupur pada malam hari sebelum pernikahan berlangsung. 

Filosofi dari pupuran ini adalah untuk membersihkan diri dan jiwa kedua mempelai, sebagai persiapan untuk memulai kehidupan baru bersama sebagai pasangan suami istri.

Proses ini tidak hanya sekadar ritual fisik, tetapi juga memiliki makna spiritual yang mendalam, di mana bedak atau pupur melambangkan pembersihan dari hal-hal negatif atau kotoran dalam kehidupan sebelumnya, sehingga memulai lembaran baru yang lebih suci dan penuh harapan.

Sumber Referensi Sejarah:

https://tanatidungtourism.com/profile/sejarah-tana-tidung

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Mona Lestari Utami lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Mona Lestari Utami.

ML
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.