Senjata merupakan suatu alat yang digunakan untuk bertahan hidup dan melindungi diri dari ancaman. Tiap daerah di Indonesia memiliki senjata tradisional yang diwariskan secara turun menurun dengan ciri khas masing-masing. Senjata tradisional ini bernilai historis yang lekat dengan kebudayaan serta kebiasaan masyarakat setempat, tak terkecuali senjata tradisional Guma.
Guma adalah salah satu senjata tradisional yang berasal dari suku Kaili, yaitu sebuah suku di Sulawesi Tengah. Senjata ini tidak hanya berfungsi sebagai alat pertahanan diri, tetapi juga memiliki nilai-nilai filosofis dan simbolis yang bermakna dalam budaya Kaili.
Guma telah dikenal dan digunakan oleh masyarakat Kaili sejak zaman dahulu. Senjata ini awalnya diciptakan untuk kebutuhan sehari-hari, seperti memotong kayu dan membersihkan lahan. Selain itu, Guma digunakan sebagai perlindungan diri dari ancaman hewan liar atau musuh.
Senjata Tradisional Sulawesi Selatan, Identitas Berbagai Suku Adat
Seiring berjalannya waktu, Guma juga menjadi simbol status sosial dan kehormatan bagi pemiliknya. Dalam masyarakat Kaili, memiliki Guma yang dihias indah merupakan kebanggaan tersendiri dan sering kali diwariskan dari generasi ke generasi sebagai pusaka keluarga.
Sejarah Senjata Tradisional Guma
Jauh sebelum kolonial Belanda menancapkan kekuasaannya di Sulawesi Tengah, penduduk di daerah ini lebih dulu memiliki keterampilan menempah biji besi. Saat peperangan pecah dan pertempuran tidak dapat dihindarkan, para pejuang menggunakan Guma sebagai senjata di medan perang.
Meskipun kalah canggih dengan senjata api dan meriam milik penjajah, penggunaan Guma di medan perang, memperlihatkan kegagahan dan keberanian pejuang.
Kedatangan bangsa Belanda sekitar tahun 1904 di daerah Ondae, Pamona, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah mengakibatkan dilarang dan diberhentikannya produksi Guma. Padahal, daerah ini dikenal memiliki pusat pembuatan Guma.
Pelarangan tersebut kemudian memicu semangat patriotisme penduduk lokal untuk melakukan perlawanan. Penggunaan Guma dan simbolnya sebagai senjata perlawanan juga membuat penguasa Jepang merasa terancam. Selama pendudukan Jepang, muncul pula aturan melarang kepemilikan Guma yang menyebabkan banyak Guma dikumpulkan dan dimusnakan.
Bentuk dan Aksesoris Guma
Guma memiliki sebuah bilah yang dibuat dari besi atau baja, biasanya berukuran 30-50 cm. Bilah Guma berbentuk lebar, tajam pada dua sisinya, dan dirancang untuk memberikan potongan yang efektif dan mematikan musuh.
Sektor Pertanian Jadi Senjata Utama Indonesia dalam Hadapi Krisis Global
Pegangan atau ganggang Guma biasanya terbuat dari kayu atau tanduk kerbau. Pada sisi ini terdapat ukiran tradisional yang dihias dengan berbagai macam ornamen serta warna untuk menunjukkan status sosial pemiliknya.
Guma disimpan menggunakan sarung yang terbuat dari kayu atau kulit hewan. Sarung sendiri berfungsi untuk melindungi bilah saat tidak digunakan agar awet dan tetap terjaga.
Guma adalah salah satu simbol budaya yang penting di Sulawesi Tengah. Senjata ini mencerminkan keahlian, tradisi, dan nilai-nilai masyarakat Kaili. Sebagai alat yang serbaguna dan memiliki nilai sakral, Guma tetap menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat hingga saat ini.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News