Firda Marsya Kurnia mengawali kiprahnya di dunia musik dengan penuh rintangan. Kendati denikian, ia terus maju dengan keteguhan hati yang akhirnya mendapat pengakuan dari dunia.
Baru-baru ini, sosok Firda ramai diperbincangkan lantaran namanya masuk ke dalam 100 Women Inspiring and Influential 2024 versi BBC. Dalam daftar tersebut, vokalis dan gitaris utama Voice of Baceprot itu bersanding dengan para perempuan dari berbagai penjuru dunia yang dinilai telah memberi inspirasi dan pengatuh positif.
Firda sekaligus menjadi satu-satunya perempuan dari Indonesia yang masuk dalam daftar. Ia dipandang punya keberanian dalam menantang norma gender dan agama melalui musik.
Perempuan yang masuk dalam 100 Women Inspiring and Influential 2024 tentu bukan orang sembarangan. Beberapa nama lain selain Firda yang ada di sana di antaranya adalah astronot Sunita Williams dan peraih Nobel Perdamaian Nadia Murad.
Prestasi ini tentu tidak didapat Firda secara tiba-tiba. Di baliknya, ada kisah perjuangan untuk mengatasi tantangan saat meniti karier musik bersama Voice of Baceprot.
Voice of Baceprot, Band dari Garut untuk Perempuan dan Lingkungan
Keteguhan Hati Mengatasi Tantangan
Voice of Baceprot bukanlah band metal biasa. Mereka terdiri dari para perempuan muda dari pelosok Jawa Barat yang seluruhnya berhijab. Bisa dibilang, mereka memberi warna baru di kancah musik cadas.
Tantangan muncul dari lingkungan terdekat mereka sendiri. Dikelilingi masyarkat konservatif, Marsya dan rekan-rekannya harus menghadapi stereotip perempuan berhijab yang dianggap tidak pantas memainkan musik keras.
"Paling banyak adalah yang menyuruh berhenti bermain musik. Kebanyakan orang berpikir kita kurang cocok untuk main musik yang keras dengan penampilan berhijab. Jadi orang-orang menyarankan untuk berhenti bermusik atau tetap bermusik tapi lepas hijab," ujar Marsya saat acara virtual bersama Google pada Maret 2022 lalu, seperti diwartakan Antara.
"Banyak juga yang menyarankan untuk fokus di rumah saja. Hal-hal semacam itu sudah jadi makanan sehari-hari kita," lanjutnya.
Di keluarga mereka sendiri pun keadaannya serupa. Menjadi pemusik dipandang tidak bisa menjamin masa depan dan malah menyebarkan pengaruh buruk.
Di tengah situasi seperti demikian, Marsya bersama Euis Sitti Aisyah dan Widi Rahmawati tetap melangkah. Meski sempat ada ketakutan, ketiganya memutuskan untuk terus membesarkan band mereka lantaran telah merasa menemukan jati diri di musik.
"Kita memutuskan tetap jalan, karena kalau berhenti, justru itu yang mereka inginkan. Kita enggak mau menyerah karena ketakutan," tutur Firda.
Kini, keteguhan hati Marsya dan anggota Voice of Baceprot lainnya telah berbuah manis. Tak hanya soal keteguhan hati dalam berjuang, karya-karya dan aksi mereka mereka pun menuai pengakuan positif dari dunia. Buktinya, sejumlah panggung ajang musik beken telah mereka guncang, mulai dari Wacken Open Air 2022 hingga Glastonbury Festival 2024.
Voice of Baceprot di Glastonbury Festival, Mimpi "Ketinggian" yang Jadi Kenyataan
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News