generasi strawberry kerapuhan atau bentuk adaptasi - News | Good News From Indonesia 2024

Generasi Strawberry: Kerapuhan atau Bentuk Adaptasi?

Generasi Strawberry: Kerapuhan atau Bentuk Adaptasi?
images info

Generasi strawberry atau strawberry generation, sebuah istilah yang semakin sering terdengar dalam perbincangan di tengah masyarakat mengenai anak muda masa kini. Istilah strawberry generation pada mulanya muncul dari negara Taiwan dan ditujukan untuk orang Taiwan yang lahir sejak tahun 1990-an dan seterusnya.

Pemilihan buah stroberi untuk penyebutan generasi ini dikarenakan buah stroberi yang dari luar tampak indah dan cantik, tetapi begitu diinjak atau ditekan maka ia akan mudah sekali hancur. Dalam buku Strawberry Generation yang ditulis oleh Rhenald Kasali (2018), generasi strawberry adalah generasi yang penuh dengan gagasan kreatif tetapi mudah menyerah dan mudah sakit hati.

Label generasi strawberry yang berkembang di masyarakat saat ini mencerminkan bahwa generasi muda saat ini tidak setangguh generasi sebelumnya. Laporan Indonesia – National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), survei pertama yang merepresentasikan prevalensi gangguan mental pada remaja berdasarkan sampel rumah tangga di Indonesia, ditemukan bahwa satu dari tiga remaja (34.9%), setara dengan 15.5 juta remaja Indonesia, memiliki satu masalah kesehatan mental dalam 12 bulan terakhir. Satu dari dua puluh remaja (5.5%), setara dengan 2.45 juta remaja Indonesia, memiliki satu gangguan mental dalam 12 bulan terakhir.

Karakteristik Generasi Strawberry

Salah satu karakteristik yang ditemukan pada generasi strawberry yaitu selalu ingin mendapatkan sesuatu secara instan, mudah, dan tanpa membutuhkan perjuangan. Ketika dihadapkan pada situasi atau permasalahan yang rumit, bukannya berusaha, generasi ini cenderung mudah tertekan karena permasalahan tersebut. Karakteristik inilah yang dilihat sebagai kelemahan oleh generasi-generasi sebelumnya.

Selain karakteristik negatif, generasi strawberry juga memiliki karakteristik positif. Generasi strawberry identik dengan generasi yang penuh ide dan pemikiran kreatif, hal tersebut dikarenakan mereka tumbuh dalam era digital yang penuh dengan akses teknologi dan informasi.

Mereka bisa menggunakan teknologi untuk menggali pengetahuan dengan lebih mudah bahkan untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Mereka adalah generasi yang berani mengutarakan pendapat-pendapat out of the box yang ada di pikiran mereka tanpa rasa malu-malu seperti generasi sebelumnya.

Selain itu, mereka juga lebih terbuka dalam menghargai keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi (work-life balance). Mereka lebih sadar akan pentingnya istirahat, self-care, dan tidak mengorbankan kesehatan fisik serta mental demi kesuksesan karir.

Penyebab Munculnya Generasi Strawberry

Rhenald Kasali (2018) menyatakan generasi strawberry merupakan potret generasi yang lahir dari orang tua yang jauh lebih sejahtera dari generasi-generasi sebelumnya. Orang tua tidak mau anak-anak mereka hidup sengsara sehingga memberikan kemudahan dalam kehidupan mereka.

Namun pola asuh dalam mendidik anak tersebut adalah salah satu faktor yang mempengaruhi munculnya karakteristik generasi strawberry. Pola asuh tersebut membuat anak menjadi manja karena keinginan orang tua untuk membesarkan mereka dalam kehidupan yang lebih baik dan tanpa tantangan.

Di samping itu, generasi strawberry juga terbentuk karena kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak. Komunikasi yang baik dan intensif di dalam keluarga sangat diperlukan karena berkaitan dengan sikap dan pola pikir anak dalam menghadapi masalah.

Faktor lain yang menyebabkan munculnya karakteristik generasi strawberry adalah penggunaan media sosial. Penggunaan media sosial membuat anak-anak muda saat ini terpapar standar yang tidak realistis dan cyberbullying. Mereka melihat apa yang ada di media sosial terlihat indah dibandingkan dengan kehidupan nyata, membuat mereka hidup di bawah tekanan dan menyebabkan stres.

Generasi Strawberry, Kerapuhan atau Bentuk Adaptasi?

Di balik karakteristik yang dianggap rapuh, generasi strawberry menghadapi tantangan yang lebih beragam dari generasi-generasi sebelumnya. Mereka hidup dalam lingkungan yang terhubung secara digital dan semakin kompetitif, sehingga tekanan itu tidak bisa dihindari.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rinny Andryani Putri, et.al. menyatakan kesulitan terbesar yang dihadapi generasi strawberry saat ini adalah tingginya ekspektasi sosial dan prestasi, serta kecemasan terhadap masa depan maupun biaya hidup yang semakin tinggi. Hal ini sejalan dengan hasil I-NAMHS yang menyatakan gangguan cemas merupakan gangguan mental yang paling banyak dialami oleh remaja.

Generasi strawberry mungkin terlihat lebih rentan karena dunia tempat mereka hidup lebih rumit dan penuh tantangan yang berbeda dari masa lalu. Namun, dalam menghadapi tantangan-tantangan ini, mereka juga menunjukkan kemampuan beradaptasi dengan cara yang berbeda dari generasi sebelumnya.

Anies Baswedan pernah mengatakan bahwa anak muda hari ini tidak perlu lagi diberi pertanyaan akan menjadi apa dimasa depan, tetapi anak muda hari ini harusnya diberi pertanyaan akan membuat apa dimasa depan. Anak muda hari ini sebenarnya sudah memiliki segalanya yaitu kreativitas, inovasi dan sikap adaptif.

Label generasistrawberry tidak bisa hanya dilihat dari sisi kerapuhan, generasi ini sedang beradaptasi dengan perubahan sosial, teknologi, dan ekonomi yang cepat. Perbedaan karakter dengan generasi sebelumnya, seperti fokus pada kesejahteraan pribadi dan kesehatan mental, mungkin merupakan cara generasi strawberry merespon tuntutan zaman yang lebih kompleks.

 

Referensi:

  • Kasali, Rhenald. (2018).Strawberry Generation. Jakarta : Penerbit Mizan.
  • Pusat Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada. (2022). Indonesia – National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) Laporan Penelitian. DI Yogyakarta : Penerbit Pusat Kesehatan Reproduksi.
  • Putri, Rinny Andryani, dkk. (2024). Tantangan Mahasiswa Dalam Menghadapi Era Generasi
    Strawberry. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Vol: 1, No 4, 2024, Page: 1-7. https://edu.pubmedia.id/index.php/pgsd/article/view/776 diakses 24 Oktober 2024.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DR
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.