benteng fort de kock dan jam gadang yang menjadi saksi sejarah bukittinggi - News | Good News From Indonesia 2024

Benteng Fort de Kock dan Jam Gadang, Jadi Saksi Sejarah Bukittinggi

Benteng Fort de Kock dan Jam Gadang, Jadi Saksi Sejarah Bukittinggi
images info

Bukittinggi adalah salah satu kota yang menjadi saksi peristiwa besar di masa Kolonialisme. Walau sudah beberapa dekade berlalu, masyarakat sekitar mungkin masih terus mengenang peristiwa besar yang terjadi di Sumatra Barat di masa perjuangan kemerdekaan. Salah satunya peristiwa Perang Paderi yang dipimpin oleh Teunku Imam Bonjol.

Namun, jika umumnya peninggalan sejarah dibangun dan dijaga karena bersejarah untuk pejuang kemerdekaan, yang jadi saksi bisu dan menjadi salah satu ikon di kota Bukittinggi justru peninggalan dari sisi Belanda, mau tau apa saja itu? Yuk, Simak sampai selesai!

Benteng Tolukko, Jejak Eksplorasi Rempah Portugis di Maluku Utara

Benteng Fort de Kock yang Melindungi Lima Desa Adat

Benteng yang diperkirakan dibangun sekitar tahun 1925—1926 ini awalnya bernama Sterreschans atau Benteng Pelindung. Bangunan ini dibangun pada masa pemerintahan Kapten Johann Heinrich Conrada Bauer.

Pada masa kolonialisme, bangunan ini memiliki fungsi sebagai Basis pertahanan Belanda menghadapi segala perlawanan masyarakat Minangkabau, termasuk pada saat Perang Panderi yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol selama priode 1803 hingga 1838.

Selain itu, benteng tersebut difungsikan untuk melindungi dan mengendalikan lima desa adat di sekitar Bukit Jirek. Karena beberapa hal itulah, Tempat ini kini menjadi simbol kekuasaan kolonial Belanda atas wilayah Bukittinggi, Agam, dan Pasaman serta bukti peninggalan transformasi kota Bukittinggi.

Beberapa dekade telah berlalu. Kini, kawasan benteng telah dipugar dan sebagian dari lahannya dibangun Museum Rumah Adat Baanjuang dan Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan.

Bangunan Benteng

Namun demikian, walau sudah banyak berubah, di sini masih ada struktur yang tersisa pondasi yang menyerupai segi empat dengan tinggi 20 meter seperti bak air persegi empat. Ada juga parit melingkar yang lebarnya 3 meter. Salah satu tertua yaitu delapan meriam besi yang tertdapat sebuah dinskripsi tahun 1813.

Selain itu karena berlokasi di dataran tinggi, dari kawasan benteng ini wisatawan yang datang bisa melihat keindahan panorama Gunung Merapi.

Jam Gadang Pemberian dari Ratu Belanda

Tak jauh dari benteng juga terdapat sebuah bangunan yang kini menjadi ikon dari kota Bukittinggi. Bangunan ini dibangun pada tahun 1926 dan selesai setahun setelahnya. Kala itu, tempat ini merupakan bentuk hadiah yang didatangkan langsung dari Rotterdam, Belanda, dari Ratu Belanda yang menjabat kepada sekertaris dari Fort de Kock, Rook Maker.

Awal pembangunannya ditandai oleh peletakan batu pertama oleh putra sulung Rook Maker yang saat itu berusia enam tahun.

The Dreamland of Sumatra Tidak Hanya Memiliki Jam Gadang

Bangunan yang menjadi ikon kota Bukittinggi ini mempunyai luas 13 x 4 meter dengan tinggi 26 meter dan memiliki ukuran diameter jamnya 80 cm. Jam ini memiliki lonceng yang diproduksi perusahaan Vortmann Recklinghausen. Konon katanya, Jam Gadang dibangun hanya menggunakan campuran seperti pasir putih, campuran kapur dan putih telur, tanpa besi penyangga dan semen.

Mungkin sekilas Kawan GNFI berpikir kalau ikon kota Bukittinggi ini mirip seperti jam yang menjadi ikon kota London. Menurut beberapa sumber, kedua mesin penggerak jam raksasa ini diproduksi perusahaan yang sama dari Jerman dan hingga kini hanya terdapat dua unit.

Baik Benteng Fort de Kock dan Jam Gadang kini menjadi salah satu cagar budaya nasional yang masih terjaga oleh pemerintah sekitar yang masih ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal ataupun luar pulau.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Almer Sophian lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Almer Sophian.

AS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.