manfaat dan risiko retail therapy dalam meningkatkan suasana hati - News | Good News From Indonesia 2024

Manfaat dan Risiko Retail Therapy dalam Meningkatkan Suasana Hati

Manfaat dan Risiko Retail Therapy dalam Meningkatkan Suasana Hati
images info

Pernahkah Kawan GNFI merasa lebih baik setelah berbelanja?

Mungkin kamu sempat merasa dunia terasa sedikit lebih cerah setelah menambahkan barang ke dalam keranjang belanja, baik itu di toko fisik maupun online. Fenomena ini dikenal sebagai retail therapy. Namun, benarkah belanja bisa menjadi cara yang efektif untuk meredakan stres dan meningkatkan suasana hati? Apakah ada batasan dalam menikmati manfaat belanja ini?

Yuk, baca artikel ini sampai akhir!

Apa itu Retail Therapy?

Retail therapy atau terapi belanja adalah tindakan membeli barang atau bahkan sekadar berjalan-jalan di pusat perbelanjaan dengan tujuan untuk memperbaiki suasana hati.

Berbeda dengan belanja kebutuhan sehari-hari, seperti membeli bahan makanan atau barang-barang rumah tangga, retail therapy lebih kepada upaya untuk merasa lebih baik setelah menghadapi tekanan emosional, seperti stres atau kesedihan.

Mungkin ada kalanya Kawan GNFI merasa lebih bahagia setelah membeli sepatu baru atau bahkan hanya menambahkan item ke keranjang belanja online tanpa benar-benar membeli.

Cara Menjaga Kesehatan Mental dan Urgensinya!

Mengapa Belanja Bisa Membuat Lebih Bahagia?

1. Meningkatkan rasa kontrol

Salah satu alasan mengapa retail therapy dapat meningkatkan mood adalah karena berbelanja memberikan rasa kontrol. Saat seseorang merasa tertekan atau tidak berdaya, berbelanja bisa memberikan pengalaman memilih dan mengendalikan keputusan pembelian.

Sebuah penelitian pada 2014 menunjukkan bahwa belanja dapat mengurangi perasaan tidak berdaya dan meningkatkan rasa kepemilikan atas kehidupan seseorang. Saat Kawan GNFI memilih untuk membeli barang yang diinginkan, seakan-akan kita memegang kendali atas sesuatu, bahkan jika itu hanya sekadar barang belanjaan.

2. Pelepasan dopamin dan endorfin

Proses berbelanja, bahkan jika hanya sekadar window shopping atau menelusuri situs belanja online, dapat memicu pelepasan dopamin dan endorphin, dua hormon yang berkaitan dengan perasaan bahagia.

Dopamin, dikenal sebagai hormon kebahagiaan yang dilepaskan saat kita merasakan suatu kesenangan. Perasaan senang ini bisa datang bahkan sebelum kita melakukan pembelian. Begitu juga dengan endorfin, yang membantu meredakan stres dan membuat kita merasa lebih baik.

3. Distraksi dari kekhawatiran

Selain itu, belanja juga memberikan stimulus sensorik yang membantu mengalihkan perhatian kita dari kekhawatiran. Dari pemandangan barang-barang yang menarik di toko hingga pengalaman menelusuri berbagai produk di internet, aktivitas ini dapat mengalihkan kita dari perasaan cemas atau sedih, sementara juga memberi sensasi baru yang menyenangkan.

4. Meningkatkan kepercayaan diri dan imajinasi

Tidak hanya itu, retail therapy juga bisa meningkatkan kepercayaan diri. Memilih barang yang kita sukai atau membeli sesuatu yang telah lama kita inginkan memberi rasa pencapaian.

Berbelanja untuk diri sendiri bisa menjadi pengingat bahwa kita berharga dan pantas mendapatkan sesuatu yang baik. Proses ini juga dapat merangsang imajinasi, yang membantu kita melihat kemungkinan-kemungkinan baru untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas hidup.

Anak Muda Paling Kesepian di Asia Tenggara, Gen Z Filipina Hadapi Masalah Kesehatan Mental di Atas Rata-Rata

Manfaat dan Dampak Retail Therapy

Berbelanja untuk alasan emosional memang dapat memberikan dorongan kebahagiaan yang singkat. Namun, seperti halnya kebiasaan lain yang melibatkan kenikmatan sesaat, ada batasan yang harus diperhatikan.

Jika dilakukan dengan bijak, retail therapy dapat membantu meredakan stres atau bahkan meningkatkan mood dalam jangka panjang. Namun, jika berbelanja menjadi kebiasaan yang berlebihan, ada potensi timbulnya masalah.

Kecanduan Belanja, Ketika Retail Therapy Menjadi Masalah

Meskipun retail therapy memiliki manfaat, ada kalanya kebiasaan ini bisa berubah menjadi kecanduan belanja atau compulsive buying disorder. Berbeda dengan retail therapy yang dilakukan dengan tujuan untuk merasa lebih baik, kecanduan belanja terjadi saat seseorang merasa tidak dapat mengendalikan dorongan untuk membeli barang, bahkan saat tidak membutuhkannya.

Gejala kecanduan belanja meliputi:

1. Merasa terpaksa belanja

Kawan GNFI, jika kamu sering merasa ada dorongan kuat yang sulit ditahan untuk membeli barang, meskipun barang tersebut tidak benar-benar dibutuhkan, itu bisa menjadi tanda dari kecanduan belanja.

Keinginan ini bisa muncul tiba-tiba, dan sering kali disertai perasaan gelisah atau tidak nyaman jika tidak segera dipenuhi.

2. Menutupi pembelian

Individu yang kecanduan belanja mungkin mulai menyembunyikan barang-barang yang telah dibeli atau menghindari berbicara tentang pengeluarannya. Tindakan menutupi ini sering kali terjadi karena mereka merasa malu atau takut mendapat kritik dari orang lain atas kebiasaan belanja yang tidak terkendali.

3. Penyesalan setelah berbelanja

Meskipun saat membeli barang terasa menyenangkan, perasaan tersebut sering digantikan dengan rasa bersalah atau penyesalan setelahnya. Kawan GNFI, jika kamu merasa menyesal setelah berbelanja berlebihan, itu bisa menjadi pertanda bahwa kebiasaan ini perlu dikendalikan.

Kecanduan belanja dapat mengganggu kehidupan sosial, pekerjaan, dan keuangan seseorang. Bahkan, efek jangka panjang dari perilaku ini dapat mengarah pada masalah keuangan yang serius dan gangguan emosional, seperti rasa rendah diri atau kecemasan.

Seberapa Penting Kesehatan Mental pada Anak? Ini Penjelasan Psikolog Anak dari Sekolah Cikal

Menjaga Agar Retail Therapy Tetap Sehat

Bagaimana agar Kawan GNFI tetap bisa menikmati manfaat dari retail therapy tanpa terjebak dalam kecanduan belanja? Kunci utamanya adalah kesadaran diri. Kawan GNFI bisa mencooba untuk:

1. Tetap dalam anggaran, berbelanja dengan bijak dan pastikan tidak melebihi batas anggaran yang telah ditetapkan.

2. Pikirkan sebelum membeli, jika Kawan GNFI merasa ingin membeli sesuatu, pertimbangkan dulu apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan atau hanya untuk memuaskan dorongan sesaat.

3. Cari alternatif sehat, jika kamu merasa cemas atau stres, cobalah alternatif lain untuk meredakan perasaan tersebut, seperti olahraga, meditasi, atau aktivitas kreatif yang tidak melibatkan pengeluaran.

Kapan Harus Mencari Bantuan?

Jika Kawan GNFI merasa bahwa kebiasaan berbelanja mulai mengganggu kehidupan, baik itu keuangan, pekerjaan, atau hubungan pribadi, mungkin itu saatnya untuk mencari bantuan. Terapi atau bergabung dengan kelompok dukungan bisa membantu untuk mengidentifikasi akar penyebab perilaku tersebut dan menggantinya dengan strategi coping yang lebih sehat.

Retail therapy memang bisa menjadi cara yang efektif untuk memperbaiki suasana hati, terutama ketika kita merasa tertekan atau cemas. Namun, seperti segala hal lainnya, penting untuk melakukannya dengan bijaksana.

Selama Kawan GNFI dapat mengontrol kebiasaan belanja dan tidak membiarkannya mengganggu aspek lain dalam kehidupan, retail therapy bisa menjadi cara yang menyenangkan dan menenangkan untuk merawat diri.

Namun, jika mulai merasa bahwa belanja tidak lagi memberikan kepuasan yang sehat, saatnya untuk mengevaluasi kebiasaan ini dan mencari alternatif yang lebih baik untuk menjaga kesejahteraan mental dan emosional.

Retail therapy bisa jadi jalan keluar sesaat untuk mengatasi perasaan negatif. Namun, selalu ingat bahwa kebahagiaan sejati datang dari keseimbangan, termasuk dalam cara kita mengelola keuangan dan kesehatan mental.

 

Sumber artikel:

  1. https://www.claritychi.com/blog/the-science-behind-retail-therapy
  2. https://health.clevelandclinic.org/retail-therapy-shopping-compulsion
  3. https://www.verywellhealth.com/retail-therapy-5217208

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.