Seiring meningkatnya laju urbanisasi, perubahan iklim, dan tingginya ketergantungan pada produk pangan impor, muncul kebutuhan mendesak untuk mengevaluasi kembali pilihan konsumsi kita sehari-hari.
Di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, ketergantungan pada komoditas impor dan pola makan yang homogen tak hanya menciptakan tantangan bagi kesehatan masyarakat, tetapi juga membebani lingkungan. Mengonsumsi pangan yang lebih beragam, terutama bahan lokal, menawarkan solusi berkelanjutan yang mendukung kesehatan, ekonomi, dan ekosistem kita.
Ketika memilih produk lokal, kita bukan hanya memberi dukungan pada petani dan usaha kecil di sekitar kita, tetapi juga mengurangi jejak karbon yang ditimbulkan oleh transportasi jarak jauh. Tidak kalah penting, pangan lokal seperti singkong, jagung, dan sayuran lokal yang kaya nutrisi dapat menjadi sumber gizi yang aman dan sehat bagi tubuh.
“Keragaman pangan lokal dapat menjadi solusi dalam menghadapi berbagai isu seperti keamanan pangan, keberlanjutan, dan pola makan sehat," ujar Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti Widya Putri dalam Pameran SIAL Interfood ke-25 di Jakarta.
Sektor Pertanian Jadi Senjata Utama Indonesia dalam Hadapi Krisis Global
Pangan Lokal Sebagai Pilihan Sehat dan Ramah Lingkungan
Dengan memanfaatkan bahan pangan lokal, kita dapat menyusun pola makan yang tidak hanya menyehatkan, tetapi juga berkontribusi positif terhadap kelestarian lingkungan dan ketahanan pangan nasional.
Pangan lokal seperti singkong, ubi, talas, dan berbagai jenis sayuran khas Indonesia mengandung nutrisi yang penting bagi tubuh.
Namun, karena kurangnya pemahaman dan edukasi, banyak masyarakat yang lebih memilih bahan pangan impor, padahal bahan pangan lokal tidak kalah kaya nutrisinya.
Menurutnya Wamendag Roro, pemanfaatan bahan pangan lokal dapat menjadi solusi di tengah tantangan global seperti perubahan iklim dan ketahanan pangan. Dengan konsumsi bahan pangan yang lebih dekat dengan lokasi kita, emisi karbon dari proses distribusi bisa ditekan, menjadikan konsumsi kita lebih ramah lingkungan.
Selain lebih segar dan alami, makanan berbahan dasar lokal sering kali membutuhkan sedikit atau tanpa bahan pengawet, sehingga lebih sehat. Hal ini sejalan dengan isu kesehatan pangan yang menjadi sorotan pada pameran SIAL Interfood.
“Isu keamanan pangan, keberlanjutan, dan pola makan sehat harus segera diatasi, terutama seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya memilih pangan yang lezat dan ramah lingkungan,” kata Roro.
Lalu, pangan lokal juga lebih terjangkau bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, sehingga pemanfaatan pangan lokal dapat memperbaiki pola makan dengan harga yang lebih ekonomis dan tetap bergizi.
Indonesia Bisa Wujudkan Swasembada Pangan, Asal Hal-hal Ini Sudah Terpenuhi
Mendorong Konsumsi Pangan Lokal untuk Ketahanan Pangan dan Ekonomi
Sebagaimana disebutkan Roro, untuk mendukung keragaman pangan lokal, pemerintah berkomitmen mendorong peran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang mengelola bahan pangan lokal.
“UMKM dapat menjadi katalis penting bagi penciptaan lapangan kerja dan upaya untuk meningkatkan ekspor nasional,” ujarnya,
Dengan kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta, UMKM diharapkan dapat mengembangkan produk pangan lokal yang tidak hanya unggul di pasar domestik, tetapi juga memiliki daya saing di pasar internasional.
Selain itu, terdapat program “UMKM BISA Ekspor” yang dicanangkan Kementerian Perdagangan untuk memperluas jangkauan produk pangan lokal Indonesia ke pasar internasional melalui peningkatan inovasi dan adaptasi UMKM.
Wamendag Roro menambahkan bahwa inisiatif ini akan didukung dengan pendirian pusat ekspor di luar Pulau Jawa serta optimalisasi perwakilan dagang untuk mempromosikan produk UMKM secara efektif.
Selain itu, keberadaan pameran untuk produk pangan seperti pameran SIAL Interfood diharapkan mampu memperkuat posisi Indonesia dalam perdagangan pangan regional.
Dalam beberapa tahun terakhir, sektor makanan dan minuman di Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan. Menurut data Kementerian Perdagangan, sektor ini menyumbang surplus perdagangan sebesar USD 5,2 miliar pada tahun 2023.
Hal ini menunjukkan bahwa produk pangan Indonesia tidak hanya memiliki potensi besar di pasar lokal, tetapi juga di kancah internasional.
Menilik Besarnya Potensi Sagu untuk Meningkatkan Ekonomi dan Ketahanan Pangan Indonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News