Dengan kekayaan alam yang melimpah, Indonesia memiliki berbagai komoditas yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian. Salah satu komoditas yang memiliki potensi besar adalah sagu.
Sagu, sebagai tanaman asli Indonesia, memiliki berbagai manfaat dan dapat diolah menjadi beragam produk, baik pangan maupun non-pangan. Pemerintah pun terus mendorong percepatan pengembangan industri pengolahan sagu untuk meningkatkan nilai tambah dan memacu penyerapan tenaga kerja dalam negeri.
Sehingga, hal ini diharapkan dapat berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi nasional.
Pohon Sagu dari Kepulauan Meranti yang Jadi Pemasok Terbesar di Tanah Air
Mengenal sagu dan potensinya
Sagu adalah tanaman yang menghasilkan pati paling besar dibandingkan dengan tanaman penghasil pati lainnya. Indonesia memiliki potensi luas lahan sagu terbesar di dunia, yaitu sekitar 5,5 juta hektar dari total 6,5 juta hektar lahan sagu di seluruh dunia.
Sebaran lahan sagu terluas berada di Papua, dengan luas sekitar 5,2 juta hektar. Sayangnya, pemanfaatan lahan sagu ini masih rendah. Namun, dengan potensi yang dimiliki, sagu dapat menjadi alternatif sumber karbohidrat yang sangat menjanjikan.
Menurut Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, pengoptimalan pemanfaatan dan pengembangan komoditas sagu dapat berkontribusi dalam penguatan perekonomian masyarakat Indonesia
Selain itu, sagu juga merupakan komoditas yang ramah lingkungan karena memiliki laju penyerapan CO2 yang tinggi, sehingga menjadi salah satu kontributor dalam upaya mengurangi pemanasan global.
Tokok Sagu, Kearifan Lokal Papua untuk Merawat dan Mengolah Sagu
Pengembangan industri pengolahan sagu
Ada berbagai upaya yang dilakukan pemerintah melalui Kementerian Perindustrian meningkatkan hilirisasi komoditas sagu dengan pengembangan diversifikasi produk, fasilitasi kerja sama antara industri pengolahan sagu dengan industri pengguna, serta mendorong program sertifikasi TKDN dan program restrukturisasi mesin atau peralatan bagi industri pengolahan sagu.
Hilirisasi industri sagu diharapkan tidak hanya berhenti pada produk pati sagu, tetapi juga dapat mendorong pertumbuhan produk hilir lainnya seperti mi, beras analog, modified starch, hingga produk non-pangan seperti bio packaging.
Pada tahun 2023, Indonesia menduduki posisi kedua dalam ekspor pati sagu dengan nilai ekspor sekitar USD9 juta. Pertumbuhan pasar pati sagu secara global diproyeksikan mencapai USD557,13 juta pada tahun 2031, menurut Business Research Insight.
Penguatan riset dan inovasi produk juga diharapkan dapat mendukung pengembangan hilirisasi sagu.
Sinole, Alternatif Olahan Sagu Khas Papua yang Unik dan Autentik
Kontribusi sagu untuk ketahanan pangan
Sagu dapat menjadi alternatif sumber karbohidrat dan industrinya dapat dikembangkan agar Indonesia menjadi salah satu pemasok pati terbesar di dunia.
Sagu juga memiliki potensi besar untuk dikembangkan guna mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia. Sebagai tanaman asli Indonesia, sagu punya potensi sebagai tanaman yang dapat diandalkan.
Dalam upaya pengembangan industri sagu, Kementerian Perindustrian berupaya untuk mengembangkan diversifikasi produk sagu yang dapat memberikan nilai tambah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Produk-produk hilir dari sagu, seperti mi, beras analog, dan bio packaging, memiliki potensi pasar yang besar baik di dalam negeri maupun internasional.
Dari potensi yang dimiliki, sagu dapat menjadi komoditas unggulan yang berkontribusi signifikan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.
Dengan terwujudnya pengembangan industri sagu ini tentu dapat memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi nasional serta mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan.
Mendorong Konsumsi Sagu untuk Diversifikasi Sumber Pangan Karbohidrat
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News