Di balik kekayaan alamnya yang memukau, ternyata Papua juga menyimpan kekayaan kuliner yang tak kalah menarik. Bicara tentang sagu dan Papua pasti yang terlintas di pikiran adalah Papeda.
Tapi ada lho, hidangan pokok lain dari Papua berbahan sagu yang bernama Sinole, olahan berbahan dasar sagu yang mirip nasi dan kaya akan cita rasa yang unik dan autentik.
Tokok Sagu, Kearifan Lokal Papua untuk Merawat dan Mengolah Sagu
Sejarah Singkat dan Cita Rasa Sinole
Papua memang memiliki pohon sagu yang lebih banyak dibandingkan ladang padi atau gandum. Tanaman sagu mudah ditemukan di daerah dataran rendah berawa, pesisir atau pulau-pulau di lepas pantai pulau Papua.
Bagi masyarakat Papua, khususnya di wilayah pesisir, sagu bukan hanya sekedar makanan pengisi perut. Sagu adalah nadi kehidupan, bagian integral dari identitas budaya yang diwariskan turun-temurun.
Jauh sebelum beras hadir di tanah Papua, sagu telah menjadi makanan pokok bagi orang Papua. Saat ini sagu menjadi makanan alternatif pengganti nasi.
Sinole adalah hidangan khas yang berasal dari Papua, terbuat dari sagu sebagai bahan utama yang dicampur dengan parutan kelapa. Masyarakat Papua sering mengonsumsi sinole sebagai variasi ketika mereka merasa bosan dengan Papeda.
Kini, sinole tidak hanya dinikmati dalam keseharian, tetapi juga menjadi sajian penting dalam acara tradisional makan bersama dan festival budaya yang akan memperkaya pengalaman kuliner dalam berbagai perayaan.
Sinole biasanya terbuat dari tepung sagu Boven Digoel, sehingga menciptakan rasa yang khas dan autentik, yaitu perpaduan manis dan gurih dari parutan kelapa.
Tekstur Sinole yang lembut dan kenyal memberikan pengalaman kuliner yang berbeda. Ditambah sensasi tepung sagu yang masih terasa di setiap gigitan membuat makanan ini begitu unik.
5 Makanan Autentik dan Ekstrem yang Hanya Ada di Bumi Papua
Cara Membuat Sinole dan Penyajiannya
Mengutip laman Indonesia Kaya, Selasa (14/5/2024), Pembuatan sinole dimulai dengan menjemur sagu mentah hingga kering. Sagu yang telah kering kemudian diayak menjadi tepung halus.
Setelah itu, kelapa parut disangrai dalam wajan panas sampai harum dan berwarna kecoklatan. Kelapa yang telah disangrai ini kemudian dicampur dengan tepung sagu, gula, dan garam, menghasilkan sinole dengan warna kecoklatan yang khas.
Proses pembuatan sinole tergolong lebih rumit dibandingkan papeda, terutama karena tahap sangrai kelapa parut. Proses ini memerlukan waktu yang cukup lama dan harus dilakukan di atas api terus-menerus untuk mencapai tekstur dan rasa yang sempurna.
Cara lain untuk membuat sinole adalah dengan merebus santan kelapa hingga mendidih. Setelah mendidih, sagu dimasukkan sambil terus diaduk. Proses memasaknya tidak memakan waktu lama, dan setelah selesai, sinole siap disajikan. Hidangan ini memiliki bentuk bulir-bulir kasar dengan warna cokelat muda.
Perpaduan rasa gurih, dan manis pada sinole menjadikannya cocok disantap bersama ikan masak kuah kuning atau tumis bunga pepaya, menambah kelezatan dalam setiap gigitan.
Bukan Hanya Makanan Khas Papua
Kehadiran Sinole di Papua, khususnya di Fakfak, memang menjadi ikon kuliner khas daerah tersebut. Namun, tahukah Anda bahwa jejak Sinole tak hanya berhenti di sana?
Ternyata, Sinole tak hanya dinikmati di Fakfak. Hidangan ini juga dikenal di berbagai wilayah lain, seperti Raja Ampat di Papua Barat, bahkan Maluku dan Sulawesi.
Sumber:
https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/sinole-sebagai-alternatif-pilihan-makanan-berbahan-dasar-sagu/
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News