Kota Yogyakarta pernah punya sebuah lapangan terbang yang beroperasi sebagai landasan pesawat-pesawat militer bernama Bandara Sekip. Bandara ini sudah dibangun sebelum adanya Bandara Yogyakarta International Airport.
Bandara Sekip berlokasi di Sendowo, atau Sekip Universitas Gadjah Mada (UGM). Karena lokasi inilah, bandara itu juga dinamakan Bandara Bandara Sendowo atau Bandara Sekip.
InJourney Gandeng Boeing untuk Tingkatkan Kapabilitas Bandara di Indonesia
Dimuat dari Radar Jogja, Bandara Sekip telah beroperasi sejak tahun 1927. Bandara ini memiliki panjang 620 meter dan lebar 220 meter, landasan ini memiliki status sebagai landingsterrein atau landasan rumput.
Walau mempunyai alas tanah yang rata dan rerumputan, tanah tersebut tetap cocok untuk mendarat sejumlah pesawat milik ML-KNIL atau AU Hindia Belanda. Lapangan terbang ini berstatus Vliegvelden, seperti halnya bandara Kemayoran dan bandara Cililitan.
Awal mula landasan Sekip
Dinukil dari Mojok, pada awalnya landasan Sekip difungsikan sebagai lapangan tembak atau Schietterrein. Kawasan tersebut menjadi titik lapangan untuk biasa serdadu untuk menembak.
Saat itu, di sekitar lokasi terdapat tanah mirip bukit atau biasanya orang sebut gumuk yang berfungsi untuk menahan laju peluru bila meleset dari sasaran tembak.
Kemudian seorang perwira militer belanda bernama M. Pattist melihat potensi Yogyakarta sebagai jalur penghubung dan pertahanan udara di bagian selatan. Dirinya juga pernah terbang dari landasan udara Magelang bersama koleganya beriringan tiga pesawat.
Lapangan Terbang Gorda di Serang, Keberadaannya Misterius dan Bisa Sembunyikan Pesawat
Pattist kemudian mengunjungi Yogyakarta dengan mobil untuk melihat area lapangan tembak yang ternyata berada di Kampung Sendowo. Merasa cocok, Pattist mengadakan audiensi dengan Residen Yogyakarta, Johan Ernest Jasper beserta jajarannya.
Akhirnya persiapan untuk menggunakan landasan itu pun dimulai. Pendaratan pertama di bandara ini terjadi pada Jumat, 4 Agustus 1927 pagi yaitu pesawat De Havviland DH 9 dengan nomor registrasi H.120, H.126, dan H.130 F.
“Hari itu menandai pertama kalinya ada landasan udara di Yogyakarta,” ucap Aga Yurista Pambayun, pegiat sejarah dari Komunitas Roemah Toea.
Berakhirnya Bandara Sekip
Pada tahun 1940-an, Pemerintah Kolonial Belanda tengah menghadapi Perang Pasifik yang memanas. Karena itu mereka membutuhkan landasan pesawat yang lebih bagus dengan diaspal.
Karena itulah, Belanda membangun landasan udara yang lebih mumpuni di Yogyakarta yakni Bandara Maguwo atau sekarang dikenal dengan nama Adisutjipto pada tahun 1939-1940. Bandara ini berdiri di tanah bekas perkebunan tebu milik Pabrik Gula Wonocatur yang bangkrut pada 1937.
“Memang saat itu Belanda sedang gencar membangun lapangan udara. Mendekati Perang Dunia Kedua dan adanya ancaman Jepang,” kata Aga.
Cerita dari Kemayoran, Bandara Internasional Pertama Indonesia yang Berhenti Beroperasi
Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono IX pada 13 Agustus 1941 yang meresmikan Bandara Maguwo. Setelah itulah aktivitas penerbangan berpindah dari Bandara Sendowo terpusat di Bandara Maguwo.
Sementara itu Lapangan tembak Sekip dan Bandara Sendowo tetap menjadi tanah lapang sampai akhirnya pembangunan gedung UGM mulai berlangsung pada 1951. Kawasan Sekip membentang dari kawasan paling utara atau Fakultas Biologi hingga ke sisi selatan yakni gedung Decode, Lab Dept Komunikasi UGM.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News