Kampung Adat Kranggan merupakan kampung tertua yang ada di Kota Bekasi, Jawa Barat. Walau dikepung oleh kawasan modern di Kota Bekasi, kampung ini tetap mempertahankan adat istiadatnya salah satunya adalah rumah adat Sunda.
Dimuat dari Detik, Juru Bicara Kasepuhan Adat Kranggan, Abah Namin menjelaskan kampung ini sudah ada sejak tahun 1500-an. Kampung yang berada Kelurahan Jatirangga, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi ini mencakup tiga kelurahan serta memiliki sekitar 10 rumah adat.
Kampung Adat Kranggan Bekasi: Menjaga Tradisi di Tengah Modernisasi Kota
Abah Namim menceritakan orang Kranggan berasal dari Gunung Putri. Leluhur mereka, Syaipin yang lebih dikenal sebagai Olot Ipin hijrah ke Kranggan untuk menyiarkan agama Islam dan memperluas wilayah.
Hal yang menjadi simbol dari Kampung Kranggan adalah rumah adat yang sudah bertahan dan diwariskan secara turun temurun sebanyak 7 generasi. Kemudian, sudah ada 9 pemangku adat yang sudah mendiami Rumah Adat Kranggan.
"Kampung Adat Kranggan yang mendiami di rumah adat ini itu sudah generasi (pemangku adat) ke-9 dari asalnya itu dari Kampung atau Desa Kranggan Gunung Putri. Kalau kita bilang, Kranggan Tua di Gunung Putri, Bogor," ungkapnya.
Berasal dari kayu nangka
Rumah adat ini terbilang luas dan berdiri di atas lahan yang luas juga. Diketahui, luas bangunan dari area paseban depan ke dapur di belakang rumah sekitar 2.000 m2. Sedangkan luas tanah sekitar 8.000 m2 yang juga berisi bangunan lainnya.
Abah Namim menjelaskan rumah ini jarang dihuni oleh masyarakat karena berfungsi sebagai tempat menyimpan padi dan benda pusaka. Tetapi ketika ada acara adat atau kegiatan ritual, rumah ini bisa dipakai untuk kumpul keluarga dan warga, serta tempat untuk tidur.
Ciri khas rumah adat Sunda ditandai dengan bentuk rumah panggung. Khusus rumah di Kranggan, biasanya menggunakan kayu nangka sebagai material utama bangunan.
Asal Usul Suku Baduy, Pelestari Tradisi di Tengah Modernisasi
"Rumah adat Sunda itu ya ciri khasnya rumah panggung, tapi kalau untuk Kranggan yang khasnya ini rumah adatnya seperti ini. Ciri khasnya kita lihat dari bangunan depannya dari papan kayu nangka, bukan jati. Seperti pintu ini usia ratusan tahun tapi masih kuat," katanya.
Hal yang menjadi ciri khas dari rumah adat Sunda adalah memiliki paseban atau halaman depan yang digunakan sebagai tempat berkumpul. Bagian atas area ini diberi atap dengan rangka kayu dan genteng tanah liat.
"Paseban tempat berkumpul, baik berkumpul keluarga, berkumpul rapat, dan di sini di rumah adat Kampung Kranggan sering dijadikan tempat untuk musyawarah warga baik itu musyawarah ketika mau kerja bakti, kemudian juga musyawarah untuk menyambut bulan Maulid," pungkasnya.
Cegah hewan liar
Abah Namin mengutarakan pada zaman dulu rumah panggung ini berfungsi untuk mencegah serangan hewan liar pada zaman dulu. Bentuk rumah ini pun masih dilestarikan sampai sekarang.
Hal ini terlihat dari fasad rumah yang memiliki kolong setinggi 75 cm dari tanah. Namun, bagian tersebut sempat dipugar menggunakan beton dan keramik agar lebih kuat menahan beban.
Kayu nangka banyak digunakan pada dinding, tiang, dan dan sebagian rangka atap rumah adat Sunda di Kampung Kranggan. Kayu ini dianggap memiliki sifat yang kokoh dan tahan lama.
Selain papan kayu nangka, dinding rumah adat Sunda bisa terbuat dari bilik bambu yang berupa anyaman. Seperti rumah adat lain yang lokasinya tidak jauh dari rumah ini.
Adapun jendela rumah menggunakan dua buah daun jendela dari kayu seperti kebanyakan rumah tradisional pada umumnya.
Hal yang menarik adalah adanya ukuran berupa bunga dan hewan seperti ikan dan harimau di pintu-pintu rumah. Di atasnya pun terdapat tambahan hiasan dan ukiran yang mempercantik tampilan rumah adat.
Bajigur vs Bandrek, Dua Minuman Tradisional Khas Sunda yang Serupa tapi Tak Sama
Ada tiga pintu di depan rumah adat di Kampung Adat Kranggan ini. Ternyata pintu kanan biasanya digunakan untuk akses seperti mengambil padi, pintu tengah untuk mengambil padi untuk sedekah, lalu pintu kiri adalah ruangan sakral yang tidak boleh dibuka.
Abah Namin mendeskripsikan ruangan di dalam rumah. Rumah ini terdiri dari ruangan yang hanya disekat, yakni ruang keluarga, ruang menyimpan beras, dan ruang menyimpan benda pusaka.
"Untuk di dalam sini, kita ada semacam ruang yang cukup luas untuk ruang keluarga. Kemudian juga ada kamar, kalau orang sini bilangnya pangkeng untuk pendaringan dan juga pangkeng untuk menyimpan benda-benda bersejarah," jelasnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News