Salo atau daun payung adalah satu dari sekian flora asli Indonesia yang memiliki nilai estetika dan fungsional tinggi.
Daun payung (Johannesteijsmannia altifrons) merupakan spesies tumbuhan palem yang termasuk dalam famili Arecaceae. Ia dikenal karena daunnya yang lebar dan kokoh—menyerupai payung.
Tumbuhan ini tak hanya menarik dari segi fisik, tetapi juga bermanfaat dalam bidang arsitektur dan lingkungan.
Daunnya mirip payung
Dilansir dari Field Guide to the Palms of the Americas, daun payung memiliki ciri fisik yang khas, yang membedakannya dari jenis tumbuhan palem lainnya. Tingginya mencapai 3–5 meter.
Daunnya memanjang dengan ukuran lebar sekitar 1 hingga 1,5 meter—menjadikannya sebagai salah satu daun terbesar di antara spesies palem.
Seperti namanya, daun payung berbentuk lebar dan runcing pada bagian ujungnya sehingga menyerupai bentuk kipas atau payung.
Warna daun biasanya hijau tua dengan permukaan yang mengkilap, sedangkan batangnya relatif pendek dan sering kali tersembunyi di dalam tanah.
Daun payung umumnya tumbuh langsung dari tanah dalam bentuk tunggal, tanpa batang yang terlihat jelas di permukaan. Tumbuhan ini memiliki akar serabut yang kuat sehingga mampu menyerap nutrisi dan air dengan efisien, bahkan di tanah yang minim unsur hara.
Bentuk daunnya yang lebar dan kuat menjadikannya tahan terhadap angin kencang dan cuaca ekstrem.
Baca juga Thottea beungongtanoeh, Bunga Cantik dari Pedalaman Hutan Aceh
Ditemukan di Sumatra
Daun payung adalah tumbuhan endemik yang banyak ditemukan di hutan hujan tropis, misalnya di Sumatera dan Kalimantan.
Bersumber dari jurnal The Palms of Madagascar, tumbuhan ini tumbuh subur di daerah yang lembab dengan intensitas cahaya yang tidak terlalu tinggi.
Karena habitatnya yang khas, daun payung jarang ditemukan di luar lingkungan alaminya, kecuali jika dibudidayakan. Di beberapa daerah, daun payung dapat ditemukan di kawasan konservasi atau kebun botani.
Daun payung untuk bangunan
Selain dijadikan sebagai tanaman hias, menurut jurnal Springer Science & Business Media, daun payung ternyata bermanfaat dalam bidang arsitektur dan konstruksi.
Daun payung mampu menjadi bahan alami untuk atap rumah tradisional. Di beberapa wilayah pedesaan di Indonesia, masyarakat menggunakan daun payung sebagai atap bangunan karena ketahanannya yang baik terhadap panas dan hujan.
Struktur daun yang lebar dan kuat membuatnya ideal untuk digunakan sebagai pelindung dari cuaca ekstrem. Sifat daun yang kedap air menjadikannya pilihan yang tepat untuk atap, sehingga bangunan tetap kering dan nyaman meski hujan turun dengan lebat.
Selain untuk atap, daun ini juga bisa digunakan sebagai bahan dasar anyaman yang kemudian dijadikan sebagai dinding rumah.
Penggunaan bahan alami seperti Daun Payung juga sejalan dengan prinsip bangunan ramah lingkungan karena daun ini mudah terurai secara alami sehingga tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitar.
Di era modern, Daun Payung juga semakin populer dalam desain interior yang mengusung tema tropis, karena bentuk dan tekstur daun yang eksotis menambah nilai estetika pada ruangan.
Baca juga Hoya, Bunga Hias Asli Indonesia yang Bisa Serap Polutan
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News