Kabar terbaru mengenai isu pemain diaspora Timnas Indonesia datang dari Milliano Jonathans. Winger Vitesse Arnhem mengaku dirinya sudah dihubungi pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong.
Pemain berusia 20 tahun ini mengaku berasal dari Depok, Jawa Barat. Pengakuan Miliano ini bisa dilacak dan terkonfirmasi dari nama belakangnya, Jonathans. Nama itu merupakan salah satu dari 12 marga yang disebut Belanda Depok.
Kedua belas marga itu adalah Bacas, Isakh, Jonathans, Jacob, Joseph, Loen, Laurens, Leander, Tholense, Soedira, Samuel, Zadokh. Hingga kini, keturunan 12 marga itu masih eksis dan menyebar di berbagai kota di Indonesia hingga Belanda.
Miliano Jonathans, Pesepak Bola Belanda yang Namanya Menyimpan Sejarah Panjang Kota Depok
Tetapi yang menarik adalah beberapa orang dari marga Jonathan pernah menjadi presiden pemerintahan kota praja Depok. Presiden pertama Depok bernama Gerrit Jonathans (1913-1921) dan Johannes Mathijs Jonathans (1949-1952).
Tetapi status tersebut berakhir setelah Indonesia merdeka. Pemerintah Depok kemudian menyerahkan kembali sebagian tanah partikelir yang merupakan lahan komunal masyarakat kepada Pemerintah Indonesia.
“Sejak pembubaran tanah partikelir oleh Pemerintah RI pada tahun 1950, semua bentuk pemerintah partikelir di Tanah Air, termasuk Gemeente Depok, dibubarkan dan tanah-tanahnya dikembalikan ke pangkuan Republik Indonesia,” jelas Yano Jonathans dalam bukunya Depok Tempo Doeloe.
Dipilih dari perwakilan
Cornelis Yoseph Jonathans yang merupakan putra dari presiden terakhir Johannes Mathijs Jonathans menceritakan komunitasnya berasal dari 150 budak yang dibeli oleh seorang menir Belanda bernama Cornelis Chastelein di tahun 1600-an.
Khusus budak yang memiliki mengikuti ajaran Kristen, Chastelein memberikan mereka marga. Setelah Chastelein meninggal pada tahun 1714, menir Belanda ini membebaskan semua budaknya dan memberikan seluruh tanah partikelir.
Indonesia Punya Lab Uji Gawai Terbesar se-Asia Tenggara, Intip Kecanggihannya!
Komunitas ini kemudian mendirikan pemerintahan dengan presiden sebagai kepala pemerintahan. Opa Yuti, panggilan akrabnya mengatakan ayahnya dipilih oleh perwakilan tiap marga untuk menjadi presiden.
“Setelah masuk ke Indonesia di tahun terakhir ayahnya memimpin, resmilah komunitasnya disebut sebagai Belanda Depok. Meski rupa mereka tetap asli Indonesia,” jelasnya yang dimuat Jernih.
Peninggalan sejarah
Rumah presiden terakhir Depok, Johannes Mathijs Jonathans masih berdiri kokoh hingga saat ini. Rumah bersejarah di Jalan Pemuda, Pancoran Mas ini masih menyimpan banyak sejarah mengenai marga Jonathans.
Yahya, cucu dari JM Jonathans menyatakan rumah itu dibangun pada tahun 1933. Begitu memasuki pagar, rumah besar bergaya Belanda yang bercat putih dengan jendela-jendela kayu yang tinggi.
Di bagian depannya terdapat sebuah pendopo dengan kursi tamu dari beserta sebuah lampu gantung di langit-langitnya. Di dalamnya terdapat beberapa tanaman yang membuat rumah terlihat asri.
Gong Si Bolong, Warisan Budaya Takbenda Khas Kota Depok
Ada juga sebuah ruangan seluas kamar yang berisi barang-barang peninggalan kakeknya. Di ruangan berwarna putih itu terdapat meja, lemari, rak pajangan berisi foto-foto dan souvenir keramik.
“Rumah ini sudah terkenal sebagai rumah presiden Depok, jadi banyak orang datang ke sini,” katanya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News