Pernahkah Kawan GNFI mendengar soal BRICS? Istilah ini populer dalam konteks geopolitik dan ekonomi global.
BRICS merupakan sebuah organisasi internasional yang memfasilitasi kerja sama di berbagai bidang, termasuk ekonomi, perdagangan, dan pembangunan berkelanjutan.
Negara yang tergabung dalam BRICS merupakan anggota yang sangat berpengaruh di organisasi dan lembaga-lembaga internasional, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), G20, Gerakan Non-Blok, dan G77.
Menariknya, nama “BRICS” merupakan sebuah akronim dari lima negara anggotanya, yaitu Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.
Sekelumit sejarah BRICS
BRICS diprakarsai oleh Rusia. Awalnya, Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengusulkan adanya Pertemuan Tingkat Menteri BRIC yang pertama pada 20 September 2006. Hal tersebut dilakukan di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB di New York.
Saat itu, para Menteri Luar Negeri Rusia, Brasil, China, dan Menteri Pertahanan India bergabung dalam pertemuan perdana tersebut. Mereka menyatakan minatnya untuk memperluas kerja sama multilateral.
BRIC melakukan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pertamanya pada 16 Juni 2009. Para pemimpin BRIC mengeluarkan sebuah dokumen penting yang di dalamnya berisi pernyataan tujuan BRIC.
Berdasarkan dokumen itu, BRIC bertujuan untuk mempromosikan dialog dan kerja sama di antara negara-negara anggotanya secara bertahap, proaktif, pragmatis, terbuka, dan transparan.
Kerja sama dan dialog tersebut tidak hanya untuk melayani kepentingan bersama dalam ekonomi pasar berkembang dan negara-negara berkembang, tetapi juga untuk membangun dunia yang harmonis dengan perdamaian abadi dan kesejahteraan bersama.
Secara umum, KTT pertama BRIC menguraikan tentang bagaimana persepsi umum para anggota tentang cara-cara mengatasi krisis keuangan dan ekonomi.
Kemudian, pada 2010, Afrika Selatan bergabung dengan BRIC. Sejak saat itu, BRIC yang awalnya hanya beranggotakan empat negara semakin berkembang dengan masuknya Afrika Selatan di dalamnya. Namanya pun juga berubah menjadi BRICS.
Jika dilihat, lima anggota BRICS merupakan negara dengan “power” besar di dunia, utamanya China dan Rusia. Masing-masing negara juga memiliki kedudukan sebagai penggerak utama ekonomi global.
Ditambah lagi dengan fakta bahwa negara-negara tersebut juga memiliki jumlah penduduk yang sangat besar dan didukung dengan sumber daya alam yang melimpah.
Baca juga: Asia Tenggara: Konflik Ukraina dan Tumbuhnya Minat Terhadap BRICS
BRICS dan pengaruhnya yang sangat besar untuk roda ekonomi global
Kawan GNFI, BRICS ternyata memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perekonomian global. Melalui situs resmi BRICS, disebutkan bahwa pada tahun 2013 saja, organisasi ini mampu menyumbang sekitar 27 persen dari PDB global.
Per 1 Januari 2024, BRICS memperluas jangkauannya dengan menerima anggota baru, yakni Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab. Berkat penambahan tersebut, BRICS saat ini dikenal juga dengan nama BRICS+ atau BRICS Plus.
Ada hal menarik lainnya dari BRICS. Usut punya usut, BRICS mewakili sekitar 45 persen populasi dunia. BRICS juga mewakili kurang lebih 45 persen produksi minyak global, ditambah lagi dengan bergabungnya lima negara baru.
Kawan, melalui European Parliament, saat ini BRICS+ diperkirakan menyumbang 37,3 persen PDB dunia. Jumlah ini mengalahkan PDB Uni Eropa yang berkisar pada 14,5 persen. Angka tersebut sangat besar dan menjanjikan.
Di sisi lain, data dari World Bank juga mencatatkan, total ekonomi negara anggota organisasi internasional ini bernilai lebih dari US$28,5 triliun.
Baca juga: Thailand dan Malaysia Putuskan untuk Bergabung dengan BRICS, Indonesia Kapan?
Aliansi negara berkembang
Anggota BRICS ingin negara-negara ekonomi berkembang memiliki pengaruh besar pada politik internasional.
Dua negara sahabat Indonesia, Malaysia dan Thailand, menunjukkan minat untuk bergabung dengan aliansi besar tersebut. Lalu, bagaimana dengan Indonesia?
Saat ini, Indonesia belum memutuskan apakah ingin bergabung dengan BRICS atau tidak. Hal tersebut dikarenakan pemerintah perlu mempertimbangkan berbagai hal sebelum ikut terjun di dalamnya.
Namun, baru-baru ini, Menteri Luar Negeri RI, Sugiono, tampak menghadiri KTT BRICS Plus 2024 di Kazan, Rusia. KTT tersebut diselenggarakan atas Presidensi Rusia sebagai tuan rumah pada tanggal 22-24 Oktober 2024.
Kehadiran perdana Menlu Sugiono yang baru menjabat itu juga menegaskan komitmen Indonesia untuk terus berperan aktif dalam forum internasional, termasuk dengan seluruh anggota BRICS Plus.
Beberapa tahun belakangan, Indonesia telah diundang untuk menghadiri forum BRICS. Lewat situs resmi Kementerian Luar Negeri RI, pada edisi KTT BRICS 2024 ini, Indonesia menyuarakan pesan penting perdamaian, serta menyerukan pentingnya negara-negara berkembangdan Global South untuk bersatu, meningkatkan solidaritas, serta memainkan peran pentingnya dalam menciptakan tatanan dunia yang lebih inklusif, adil, dan setara.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News