Legenda gajah putih dan tari guel merupakan salah satu cerita rakyat yang berasal dari Aceh. Legenda ini mengisahkan tentang cerita asal usul dari tari tradisional tersebut.
Bagaimana kisah lengkap dalam legenda gajah putih dan tari guel dari Aceh ini?
Legenda Gajah Putih dan Tari Guel
Dilansir dari buku 108 Cerita Rakyat Terbaik Asli Nusantara: Cerita Kepahlawanan, Mitos, Legenda, Dongeng, & Fabel dari 33 Provinsi, pada zaman dahulu di Negeri Johor hiduplah dua kakak beradik bernama Muria dan Sengede. Pada suatu hari, mereka berdua sedang pergi menggembalakan itik sembari bermain layang-layang.
Ketika sedang asik bermain, tiba-tiba layangan mereka putus. Muria dan Sengede langsung berlari mengejar layangan tersebut tanpa menghiraukan itik mereka.
Pada saat kembali ke tanah lapang, itik yang mereka gembalakan ternyata hilang. Sepulangnya di rumah di rumah, mereka berdua langsung dimarahi oleh sang ayah dan tidak boleh kembali sebelum menemukan itik-itik tersebut.
Akhirnya Muria dan Sengede memutuskan untuk pergi mencari itik tersebut. Selama berbulan-bulan mereka berkelana hingga tanpa sadar sudah pergi jauh dari kampung halamannya.
Setelah berjalan sekian lama, sampailah kedua bersaudara ini di Kampung Serule yang ada di Aceh. Muria dan Sengede memutuskan untuk beristirahat di masjid yang ada di daerah tersebut.
Melihat kedatangan dua pemuda asing ini, masyarakat membawa Muria dan Sengede untuk menghadap sang raja. Namun Raja Serule menerima Muria dan Sengede serta menangkat mereka sebagai anak angkat.
Semenjak peristiwa tersebut, wilayah Serule menjadi makmur dan sejahtera. Masyarakat meyakini bahwa kemajuan ini disebabkan oleh kesaktian yang dimiliki oleh Muria dan Sengede.
Kemajuan Serule ini ternyata memancing rasa iri dari pemimpin lain yang berkuasa di sekitar wilayah tersebut, yakni Raja Linge. Raja tersebut kemudian diam-diam menculik Muria dan membunuhnya. Jasad Muria kemudian dimakamkan di tepi Sungai Samarkilang di daerah Aceh Tenggara.
Beberapa waktu kemudian, Sultan Aceh mengumpulkan para raja kecil untuk memberikan upeti ke istana. Raja Serule dan Raja Linge turut hadir dalam pertemuan tersebut.
Sengede juga ikut mendampingi ayah angkatnya menuju istana Sultan Aceh. Dirinya kemudian menunggu Raja Serule di halaman istana sembari menggambar seekor gajah putih.
Gambar Sengede tersebut ternyata dilihat oleh putri sultan. Dirinya menyukai gambar gajah putih yang dibuat oleh Sengede dan ingin melihat wujud aslinya.
Pada malam hari, Sengede ternyata memimpikan gambar gajah putih yang dia buat tersebut. Dirinya bertemu dengan sang kakak, Muria yang menyebutkan bahwa gajah putih tersebut merupakan jelmaannya.
Muria pun berpesan kepada Sengede untuk mencari gajah putih tersebut di tepi Sungai Samarkilang. Sengede langsung terbangun dari mimpinya tersebut dan menceritakannya kepada sang ayah.
Keesokan harinya, Sengede dan Raja Serule kemudian berangkat ke tepi Sungai Samarkilang. Benar saja, di sungai tersebut terdapat seekor gajah putih yang sedang berdiri di tepiannya.
Gajah putih tersebut berdiri tepat di samping makam Muria. Sengede dan Raja Serule pun berusaha menarik gajah putih tersebut.
Namun gajah tersebut hanya berdiri mematung tanpa bergeming sedikitpun. Akhirnya Sengede mulai bernyanyi untuk menarik perhatian gajah putih.
Raja Serule pun mulai menari sambil bernyanyi bersama Sengede. Hal ini ternyata berhasil menarik perhatian gajah putih tersebut dan mulai bergerak mengikuti mereka.
Sengede dan Raja Serule kemudian terus bernyanyi dan menari hingga ke istana bersama gajah putih. Akhirnya Sengede dan Raja Serule berhasil memenuhi keinginan putri sultan yang ingin melihat wujud asli dari gajah putih tersebut.
Gerakan tarian yang digunakan Sengede dan Raja Serule inilah yang diyakini masyarakat setempat sebagai asal usul Tari Guel yang masih bisa dijumpai hingga saat ini.
Sumber:
- Reza, Marina Asril. 108 Cerita Rakyat Terbaik Asli Nusantara: Cerita Kepahlawanan, Mitos, Legenda, Dongeng, & Fabel dari 33 Provinsi. Visimedia, 2010.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News