Kawan GNFI tentu sudah tahu ya, kalau Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan yang kaya akan tradisi dan kearifan lokal, terutama di masyarakat pesisir. Salah satu tradisi yang masih lestari hingga kini adalah Rokat Tase.
Rokat Tase merupakan tradisi ritual sedekah laut yang dilestarikan masyarakat pesisir Madura dan sekitarnya. Ritual ini bukan sekadar seremoni tahunan, tetapi memiliki makna filosofis mendalam tentang hubungan manusia dengan laut.
Rokat Tase memperlihatkan bagaimana komunitas nelayan dan masyarakat pesisir memandang laut bukan hanya sebagai sumber kehidupan. Namun, juga sebagai entitas yang harus dihormati dan dijaga.
Bagi masyarakat pesisir, laut tidak hanya menyediakan ikan dan hasil alam lainnya, tetapi juga dianggap sebagai entitas yang harus dijaga keharmonisannya. Melalui Rokat Tase, mereka menyampaikan rasa syukur atas rezeki yang telah diperoleh, memohon perlindungan, dan berharap hasil laut tetap melimpah di masa depan.
Ritual ini juga menjadi sarana menjaga hubungan spiritual dengan alam dan leluhur, serta mempererat solidaritas sosial dalam komunitas.
Melek Teknologi: Upayaku dalam Melestarikan Budaya Molod di Pulau Madura
Rokat Tase tidak hanya mencerminkan rasa syukur, tetapi juga menjadi simbol relasi antara manusia dan alam. Di tengah tantangan modernisasi dan eksploitasi sumber daya laut, tradisi ini tetap relevan sebagai pengingat akan pentingnya menjaga keberlanjutan ekosistem dan kelestarian budaya lokal.
Yuk, Kawan GNFI kita bahas lebih lanjut!
Makna Rokat Tase dalam Kehidupan Pesisir
Laut, dalam pandangan masyarakat Madura, adalah bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Tidak hanya menyediakan hasil tangkapan, tetapi juga menjadi tempat yang penuh misteri dan kekuatan.
Rokat Tase adalah cara manusia untuk menyampaikan rasa syukur, memohon berkah, dan menjalin harmoni dengan laut. Tradisi tersebut mencerminkan kearifan lokal dalam menjaga keseimbangan antara mengambil dari alam dan memberikan sesuatu kembali melalui doa dan sesaji.
Prosesi dan Simbolisme dalam Rokat Tase
1. Penyajian sesaji
Sesaji yang dipersembahkan, seperti nasi, hasil bumi, hingga kepala kerbau atau kambing, melambangkan rasa syukur atas limpahan rezeki dari laut. Setiap elemen sesaji memiliki makna simbolis sebagai bentuk penghormatan kepada laut dan leluhur.
2. Larung perahu sesaji ke laut
Puncak prosesi adalah melarung perahu sesaji ke laut. Perahu ini berfungsi sebagai media simbolis untuk “mengembalikan” sebagian rezeki yang sudah diberikan laut, dengan harapan laut tetap bersahabat dan memberikan hasil yang baik di masa mendatang.
3. Doa dan kebersamaan
Rokat Tase juga menjadi ajang kebersamaan bagi masyarakat. Setelah ritual, doa bersama dipanjatkan untuk keselamatan, kesejahteraan, dan perlindungan bagi seluruh komunitas nelayan. Ritual ini menekankan bahwa keberhasilan seorang nelayan tidak hanya bergantung pada keterampilan pribadi, tetapi juga pada keharmonisan sosial dan spiritual.
Relasi Harmonis, Manusia, Laut dan Alam Semesta
Tradisi ini mengajarkan pentingnya menjaga hubungan baik dengan alam. Laut bukan sekadar objek eksploitasi, melainkan mitra yang harus dihormati. Dengan menggelar Rokat Tase, masyarakat memperkuat kesadaran akan keberlanjutan ekosistem laut dan pentingnya menjaga keseimbangan alam.
Mengarungi Lautan Rasa Syukur: Perayaan Kepercayaan dan Budaya dalam Tradisi Rokat Tase'
Ritual ini juga menggambarkan hubungan antara manusia dan alam yang tidak hanya materialistik. Laut diperlakukan sebagai sumber kehidupan yang penuh berkah, dan manusia. Dalam perannya sebagai pemanfaat, wajib menjaga kelestariannya agar generasi mendatang tetap bisa merasakan manfaat yang sama.
Pelestarian Rokat Tase di Tengah Modernisasi
Meski berada di tengah arus modernisasi, Rokat Tase masih dijalankan hingga saat ini. Namun, tantangan seperti eksploitasi laut yang berlebihan dan perubahan iklim membuat pesan dari ritual ini semakin relevan. Upaya pelestarian Rokat Tase tidak hanya untuk menjaga budaya, tetapi juga sebagai pengingat akan pentingnya menjaga alam dan menerapkan prinsip keberlanjutan.
Rokat Tase bukan sekadar ritual adat, tetapi simbol kuat dari relasi manusia dan laut. Tradisi ini mengingatkan bahwa laut adalah bagian dari kehidupan yang harus dihargai, dijaga, dan dihormati.
Dengan menjaga tradisi seperti Rokat Tase, masyarakat tidak hanya melestarikan budaya. Akan tetapi, juga menanamkan nilai-nilai kearifan lokal tentang keberlanjutan alam dan kebersamaan sosial. Melalui harmoni dengan laut, diharapkan kesejahteraan masyarakat pesisir dapat terus terjaga hingga generasi mendatang.
Referensi:
https://dkp.jatimprov.go.id/unit/p3pasongsongan//news/view/3249#:~:text=Rokat%20tase'%20juga%20kerap%20disebut,ritual%20tolak%20bala%20ketika%20melaut.
https://radarmadura.jawapos.com/features/74920810/warga-lestarikan-tradisi-rokat-tase-sebagai-bentuk-syukur
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News