Kawan GNFI tahu tidak kalau Indonesia negara yang rawan bencana alam? Iya benar bencana alam, kok bisa? Hal ini berkaitan dengan kondisi geografis dan iklim yang kompleks. Bencana alam yang dapat terjadi di Indonesia seperti gempa bumi, banjir, tanah longsor dan letusan gunung api.
Oleh karena itu, perlunya mitigasi yang dilakukan oleh berbagai pihak tidak hanya menjadi tugas pemerintah, tetapi juga membutuhkan keterlibatan aktif masyarakat. Salah satu pendekatan penting adalah mitigasi berbasis komunitas.
Mitigasi berbasis komunitas adalah pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan melalui pengetahuan lokal dan praktik–praktik tradisional yang sudah ada sejak lama. Kawan GNFI sebagai bagian dari masyarakat tentu saja juga memiliki peran penting dalam mitigasi bencana.
Masyarakat Indonesia sejak dahulu kala sudah akrab dengan peristiwa bencana alam. Oleh karena itu, kearifan lokal yang dimiliki masyarakat menjadi salah satu bagian dari mitigasi bencana.
Kearifan lokal merupakan warisan pengetahuan yang diwariskan secara turun–temurun telah terbukti berperan besar dalam membantu komunitas bertahan dari berbagai bencana. Yuk, kita bahas strategi mitigasi berbasis komunitas untuk mengurangi resiko bencana di Indonesia.
Peran Kearifan Lokal dalam Mitigasi Bencana
Kearifan lokal merupakan bentuk pengetahuan dan praktik yang dikembangkan oleh komunitas berdasarkan pengalaman mereka dalam menghadapi kondisi alam. Beberapa contoh kearifan lokal di Indonesia yang relevan dengan mitigasi bencana antara lain:
1. Sistem rumah panggung di daerah rawan banjir
Rumah panggung yang umum di wilayah Sumatra dan Kalimantan dibangun untuk menghindari dampak banjir. Desain rumah tersebut memungkinkan air mengalir di bawah bangunan, mengurangi risiko kerusakan.
2. Tanda-tanda alam untuk mendeteksi tsunami
Masyarakat di Pulau Simeulue, Aceh, mengenal istilah “smong” untuk menyebut tsunami. Mereka diajarkan bahwa jika air laut tiba-tiba surut, mereka harus segera mencari tempat tinggi. Hal tersebut merupakan pengetahuan yang menyelamatkan banyak nyawa saat tsunami 2004 terjadi.
3. Tradisi subak di Bali
Subak sebagai sistem pengelolaan air yang komunal ini tidak hanya berfungsi untuk irigasi, tetapi juga mengurangi risiko kekeringan dan banjir dengan membagi sumber daya air secara merata di antara komunitas. Berdasarkan data yang dilansir dari kemenparekraf, Sejak 29 Juni 2012 subak telah menjadi warisan budaya UNESCO, loh. Keren ya, Kawan GNFI.
Leluhur Sunda Sudah Mitigasi Gempa Loh Lewat Rumah Tradisionalnya
Keunggulan Mitigasi Berbasis Komunitas
Pendekatan berbasis komunitas memiliki beberapa keunggulan, yaitu:
1. Pemberdayaan masyarakat
Melibatkan warga masyarakat dalam proses mitigasi akan menciptakan rasa kepemilikan dan tanggung jawab bersama dalam menghadapi bencana.Masyarakat lokal biasanya lebih cepat merespon situasi darurat karena mereka memahami kondisi geografis dan sosial setempat dengan baik.
2. Adaptasi berkelanjutan
Kearifan lokal berkembang melalui pengalaman dan pengamatan jangka panjang, sehingga mampu menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi lingkungan.
3. Penguatan jaringan sosial
Partisipasi warga dalam mitigasi bencana memperkuat hubungan antarkomunitas dan membangun solidaritas dalam mengurangi risiko bencana alam.
Contoh Implementasi Mitigasi Berbasis Komunitas di Indonesia
1. Desa Tangguh Bencana (Destana)
Program ini diluncurkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk meningkatkan ketahanan desa terhadap bencana. Warga diberikan pelatihan tentang cara evakuasi, pertolongan pertama, dan penggunaan alat mitigasi.
2. Sekolah Siaga Bencana
Program ini mendidik siswa dan guru tentang prosedur tanggap darurat melalui simulasi bencana. Dengan pendekatan ini, sekolah menjadi pusat edukasi mitigasi untuk komunitas sekitarnya.
3.Pemanfaatan Teknologi Sederhana oleh Nelayan
Nelayan di beberapa daerah menggunakan radio komunikasi atau alat tradisional seperti sirene bambu untuk memberi peringatan dini terhadap perubahan cuaca ekstrem.
Peran Komunikasi Lingkungan terhadap Membangun Kepedulian Masyarakat dalam Mitigasi Bencana
Mitigasi berbasis komunitas tidak selalu berjalan dengan baik ada tantangan yang harus dihadapi salah satunya tidak semua masyarakat memahami pentingnya mitigasi bencana. Ketidaktahuan masyarakat akan wilayah mereka masing–masing membuat masyarakat kurang kesadarannya terhadap ancaman bencana yang terjadi di wilayah mereka. Dengan demikian, sosialisasi perlu ditingkatkan.
Mitigasi berbasis komunitas dengan memanfaatkan kearifan lokal merupakan langkah efektif dan berkelanjutan untuk menghadapi bencana alam di Indonesia. Melalui pendekatan ini, masyarakat tidak hanya menjadi penerima bantuan, tetapi juga menjadi aktor utama dalam mengurangi risiko bencana.
Kearifan lokal yang telah teruji oleh waktu memberikan solusi yang relevan dan adaptif, selaras dengan karakteristik lingkungan dan budaya setempat. Dengan sinergi antara pengetahuan tradisional dan modern, Indonesia dapat membangun ketangguhan yang lebih kuat dalam menghadapi ancaman bencana di masa depan.
Referensi:
https://www.kemenparekraf.go.id/hasil-pencarian/siaran-pers-world-water-forum-2024-unesco-ri-berkomitmen-pertahankan-kelestarian-subak-sebagai-warisan-budaya-dunia
https://dishub.acehprov.go.id/smong-kearifan-lokal-untuk-mitigasi-bencana/
https://bpbd.brebeskab.go.id/pembentukan-desa-tangguh-bencana-destana-tahun-2024-di-desa-wanatirta-kec-paguyangan/
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News