Penulis: Athaya Hana Mumtaza (mahasiswa Digital Journalism Universitas Multimedia Nusantara, Tangerang)
Buk… cring cring cring, buk buk…
Atlet itu memukul bola dan bola menggelinding di atas meja showdown. Cabang olahraga inisalah satu yang dipertandingkan di Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) 2024 di Surakarta.
Atlet itu bernama Oki Kurnia, 29 tahun, seorang tuna netra. Ia mewakili Provinsi DKI Jakarta. Pada 10 Oktober itu, ia bermain dengan penuh semangat melawan atlet dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Oki mengandalkan pendengaran untuk mengetahui gerak dan laju bola dengan suara gemerincing.
Buk.. cring… cringg… Ia membalas pukulan bola lawan. Bola menggelinding ke meja lawan. Ia berjuang memperebutkan posisi delapan besar di cabang olahraga tenis meja tunanetra atau showdown.
Semangat Tak Pernah Padam dari Atlet yang Jadi Petugas Kebersihan: Fauzi Purwolaksono
Pada Peparnas di Surakarta tahun ini ada 20 cabang olahraga yang dipertandingkan, termasuk showdown yang diikuti Oki. Selain itu, ada dua cabang yang merupakan pertandingan eksibisi, yaitu basket kursi roda dan e-sport. Kedua cabang olahraga tersebut tidak dipertandingkan secara resmi, tetapi ada untuk mempromosikan inklusivitas olahraga. Dilansir dari RRI, gelaran ke-17 Peparnas ini meraih rekor dengan jumlah partisipasi terbanyak, yaitu 4.625 atlet dan ofisial dari 35 provinsi di Indonesia.
Oki adalah adalah tunanetra sejak lahir. Ia menekuni cabang olahraga tenis meja sejak kecil. Dalam podcast Glow in The Dark yang disiarkan pada situs media KBR, Oki bercerita bahwa seorang guru di sekolah dasarnya melihat potensi besar yang dimilikinya dalam olahraga tenis meja. Podcast tersebut merupakan hasil kegiatan pelatihan audio storytelling 2023 yang diinisiasi oleh Universitas Multimedia Nusantara (UMN) bekerja sama dengan Yayasan Mitra Netra.
Pelatihan ini termasuk Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang didukung oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Republik Indonesia. PKM ini memiliki tujuan untuk memberdayakan tunanetra melalui keterampilan baru dalam bidang pembuatan podcast.
Tahun ini, UMN dan Yayasan Mitra Netra kembali menggelar PKM tersebut dengan beberapa perbaikan dan penyesuaian dengan kebutuhan tunanetra.
Kembali ke masa sekolah sang atlet tenis meja tunanetra, guru di sekolah dasar Oki yang melihat bakat tenis mejanya lantas memberi kesempatan kepada Oki untuk berlatih lebih lama daripada teman-temannya yang lain. Fasilitas yang cukup memadai dan dukungan dari orang sekitar membuat Oki terus mengasah kebolehannya dalam tenis meja. Berbagai prestasi, baik tingkat daerah maupun nasional, telah diraihnya sejak usianya 14 tahun.
Saat itu, ia meraih medali perak di Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) 2009. Ia juga memperoleh medali emas di Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) 2011 dan di pertandingan tingkat DKI Jakarta pada 2013 hingga 2015. Dari berbagai laga yang telah diikutinya, ada satu yang membekas dalam diri Oki, yaitu Peparnas 2012. Ia meraih medali perunggu kala itu, tetapi yang membuatnya berkesan adalah hari itu bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-17.
“Waktu itu kebetulan memang saya sedang berulang tahun yang ke-17. Jadi ya itu cukup spesial, ya. Sweet 17 ya, kalau kata orang. Waktu itu dikasih selamat sama teman-teman yang ada di sana,” jelas Oki.
Sangat disayangkan, langkahnya di Peparnas tahun ini harus terhenti di babak 8 besar. Ia dikalahkan oleh M. Bima Pradana, atlet tenis meja tunanetra perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Iluh Sinta, Atlet Taekwondo Putri Sultra Sabet Medali Perunggu di PON XXI
Tantangan Menjadi Atlet Disabilitas
Perjalanan karier Oki sebagai atlet memang tidak selalu mulus. Banyak hambatan yang harus ia lalui sebagai atlet disabilitas, contohnya kurangnya akses pada fasilitas latihan dan kompetisi.
Sarana dan prasarana latihan merupakan hal yang krusial dalam kesuksesan seorang atlet. Jika fasilitasnya kurang memadai, atlet akan terhambat untuk mengasah keahliannya. Hal ini yang dirasakan oleh Oki. Oki biasa berlatih di salah satu sekolah luar biasa (SLB) di Lebak Bulus. Menurutnya, tempat tersebut sangat terbatas, mulai dari ruangan hingga waktunya.
“Tempat (latihan)nya terbatas sehingga ketika kita ada di dalam lapangan tidak kondusif situasinya. Ramai dan lain sebagainya. Apalagi ketika latihan, ternyata tempatnya mau dipakai. (…) Jadi, ya itu, jamnya terbatas,” sebut Oki saat diwawancarai melalui telepon (29/09/2024).
Tempat latihan yang kondusif sangat dibutuhkan untuk atlet tenis meja tunanetra mengingat mereka mengandalkan pendengaran untuk bermain. Bola yang mereka gunakan dilengkapi dengan biji-bijian logam di dalamnya sehingga mengeluarkan bunyi saat menggelinding atau membentur sesuatu.
Oleh karena itu, Oki berharap sarana dan prasarana latihan showdown diperbanyak sehingga ada tempat yang lebih baik dan meningkatkan fleksibilitas waktu latihan.
Kurangnya kompetisi untuk atlet disabilitas juga menjadi perhatian Oki. Pertandingan internasional seperti Paralimpiade ataupun nasional seperti Peparnas hanya digelar 4 tahun sekali. Perlombaan tingkat daerah juga hanya digelar beberapa tahun sekali.
Sementara itu, kompetisi merupakan wadah untuk para atlet menunjukkan kebolehannya dan meraih prestasi. Kompetisi juga sangat bermanfaat untuk melatih jiwa kompetitif atlet. Oleh karena itu, penambahan jumlah kompetisi yang bisa diikuti atlet disabilitas sangat penting.
Indonesian Blind Football
Selain tenis meja, Oki juga gemar dengan olahraga sepak bola. Sejak kecil, ia suka menonton pertandingan bola di televisi. Meskipun tidak bisa melihat, Oki bisa ikut merasakan keseruan pertandingan bola yang sedang berlangsung melalui penjelasan komentator. Oki suka bermain sepak bola di jalanan bersama teman-temannya.
Pada 2018, akhirnya Oki memutuskan untuk mengikuti pelatihan sepak bola. Ia dilatih oleh pelatih asal Austria. Di sana, ia mendapat ilmu tentang blind football beserta peraturan-peraturannya yang sudah diakui secara internasional.
Paralimpiade Paris 2024 dan Kisah Inspirasi Atlet Peraih Medali Perak
Blind football dimainkan oleh lima orang dalam setiap tim. Semua anggotanya tunanetra, kecuali penjaga gawang. Namun, penjaga gawang dilarang keluar dari garis gawang. Selain itu, di belakang gawang atau di samping lapangan, pelatih bersiaga untuk memberikan instruksi. Selain pelatih dan para pemain, orang lain tidak boleh menimbulkan suara agar tidak mengganggu konsentrasi.
Bola yang digunakan dalam blind football tentu berbeda dengan bola pada umumnya. Bola blind football memiliki kerincing di dalamnya sehingga pemain dapat mengidentifikasi letaknya. Kemudian, semua pemain harus menggunakan penutup mata untuk menjaga keadilan dari pemain yang buta total dan low vision.
Berbekal pengetahuan tersebut, Oki membentuk Indonesian Blind Football (IBF) pada 2020. Menurutnya, ini adalah klub sepak bola tunanetra pertama di Indonesia yang menerapkan aturan internasional. Selain ingin menjadi wadah bagi tunanetra yang hobi bermain sepak bola, IBF juga bertujuan memopulerkan olahraga sepak bola tunanetra.
IBF memiliki kegiatan latihan dua minggu sekali dan memiliki pelatih sendiri. IBF memiliki mimpi untuk bisa berlaga di kancah internasional, tetapi minimal ada kompetisi daerah yang diikuti terlebih dahulu.
Harapan sebagai Seorang Atlet
Sebagai seorang atlet, Oki tentu berharap bisa ikut olimpiade internasional. Begitu pun untuk atlet-atlet disabilitas lainnya. Ia juga berharap adanya kesamaan standar setiap olahraga disabilitas sehingga semuanya memiliki kesempatan yang sama untuk berlaga di kancah internasional.
“Untuk prestasi di tingkat nasional untuk disabilitas yang paling penting adalah di internasionalnya. Semoga Indonesia bisa mengirimkan semakin banyak atlet-atlet yang bisa berlaga di olimpiade dan juga adanya kesamaan (kesempatan),” terang Oki saat diwawancarai melalui telepon pekan lalu.
Selain itu, Oki mengharapkan media lebih banyak mengangkat isu tentang olahraga disabilitas. Harapannya, dengan begitu, masyarakat umum bisa lebih mengetahui dan mengenal olahraga disabilitas.
Dengan demikian, olahraga disabilitas pun memiliki popularitas yang sama dengan olahraga pada umumnya. Lebih lanjut, Oki berharap media juga bisa membantu memeriahkan olahraga disabilitas dengan membuat atau menayangkan turnamen disabilitas.
“Kan sekarang lagi booming juga masalah olahraga ya, olahraga selebritas gitu, kan. Nah, harapan saya sih, semoga bisa aja dibuat tayangannya misalnya ini salah satu olahraga misalnya showdown. Ya apa pun itulah.”
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News