Paralimpiade Paris 2024 dijadwalkan berlangsung dari 28 Agustus hingga 8 September 2024. Berdasarkan informasi dari akun media sosial resmi National Paralympic Committee (NPC) Indonesia, Indonesia akan mengirimkan 35 atlet yang akan bersaing dalam 10 cabang olahraga di Paralimpiade Paris 2024.
Lalu, apa sebenarnya Paralimpiade Paris itu? Dan siapa saja perwakilan Indonesia yang akan ikut serta? Simak penjelasan lengkapnya dalam artikel ini!
Apa itu Paralimpiade Paris 2024?
Paralimpiade adalah sebuah kompetisi olahraga internasional yang dirancang untuk atlet penyandang disabilitas. Berbagai cabang olahraga yang dipertandingkan, seperti ski alpen, ski lintas alam, biathlon, sepeda, panahan, dan renang, mirip dengan yang ada di Olimpiade, tetapi peralatan untuk kompetisi telah dimodifikasi agar sesuai dengan jenis disabilitas tertentu. Atlet Paralimpiade bersaing dalam enam kategori disabilitas yang berbeda: amputasi, cerebral palsy, gangguan penglihatan, cedera tulang belakang, disabilitas intelektual, dan les autres (kategori bagi atlet penyandang disabilitas yang tidak termasuk dalam kategori lain). Setiap kategori dibagi lagi ke dalam kelas-kelas berdasarkan jenis dan tingkat disabilitas masing-masing atlet.
Baca Juga: Medali Paralimpiade Paris 2024, Buah Kemenangan Saptoyogo atas Kegelisahannya Sendiri
Sejarah Paralimpiade Paris 2024
Dirangkum dari laman resmi Olimpiade Paris 2024, Sejarah Paralimpiade Paris dimulai pada tahun 1948 di Stoke Mandeville, Inggris, di sebuah rumah sakit veteran perang. Sir Ludwig Guttman, seorang ahli saraf asal Jerman, berupaya membantu pasien pulih lebih cepat dengan membentuk unit khusus untuk pilot Angkatan Udara Kerajaan yang mengalami cedera tulang belakang. Sebanyak 16 veteran yang menggunakan kursi roda berlomba dalam olahraga panahan dan netball, yang secara tidak langsung melahirkan olahraga baru.
Pada tahun 1952, tim veteran Belanda bertanding melawan tim Inggris, dan sejak saat itu, kompetisi diadakan setiap tahun. Perlahan, kompetisi Stoke Mandeville berkembang pesat, dengan 14 negara berpartisipasi pada tahun 1954.
Paralimpiade pertama secara internasional diadakan pada 18-25 September 1960 di Roma, yang dikenal sebagai Paralimpiade pertama, dengan partisipasi 23 negara dan 400 atlet. Istilah 'Paralympic Games' baru secara resmi diakui oleh IOC (International Olympic Committee) pada tahun 1984, sementara antara 1960 dan 1980, acara tersebut dikenal sebagai 'International Stoke Mandeville Games'.
Daftar Atlet Indonesia yang Mengikuti Paralimpiade Paris 2024
Berikut daftar lengkap atlet Indonesia yang mengikuti Paralimpiade Paris 2024 berdasarkan cabang olahraga:
Para Bulu Tangkis
- Leani Ratri Oktila
- Hikmat Ramdhani
- Rina Marlina
- Subhan
- Dheva Anrimusthi
- Khalimatus Sya'diyah
- Fredy Setiawan
- Qonitah Ikhtiar Syakuroh
- Suryo Nugroho
Para Pahanan
- Ken Swagumilang
- Kholidin
- Setiawan
- Teodora Audi Ferelly Ayudia
- Wahyu Retno Wulandari
Para Atletik
- Saptoyogo Purnomo
- Karisma Evi Tiarani
- Ni Made Arianti Putri
- Fauzi Purwo Laksono
- Partin
Boccia
- Gischa Zayana
- Felix Ardhi Yudha
- Muhammad Afrizal Syafa
- Muhammad Bintang Satria Herlangga
Judo Tunanetra
- Junaedi
- Tony Ricardo Mantolas
- Roma Siska Tampubulon
Para Renang
- Jendi Pangabean
- Maulana Rifky Yavianda
- Syuci Indriani
Para Angkat Berat
- Sriyanti
- Siti Mahmudah
- Ni Nengah Widiasih
Para Menembak
- Bolo Triyanto
Para Balap Sepeda
- Muhammad Fadli Imammuddin
Para Tenis Meja
- Leli Marlina
Cerita Saptoyogo Purnomo Peraih Medali Perak Paralimpiade Paris 2024
Atletik Indonesia, Saptoyogo Purnomo, berhasil meraih medali perak di Paralimpiade Paris 2024. Dalam partai final nomor 100 meter putra klasifikasi T37, Sabtu, 31 Agustus 2024 pukul 01.00 WIB, Saptoyogo mencatatkan waktu 11,26 detik.
Yang lebih menginspirasi, keterbatasan fisik tidak menghalangi Saptoyogo untuk mencapai prestasi. Pria yang akrab dipanggil Sapto ini adalah salah satu atlet difabel yang menderita cerebral palsy, sebuah kondisi yang memengaruhi gerakan, otot, atau postur tubuh. Kondisi ini menyebabkan atlet asal Banyumas, Jawa Tengah, memiliki kelemahan pada tangan dan kaki kanan, sehingga gerakan tangan kanannya terlihat kaku dan tidak seluwes orang pada umumnya.
Namun, pria berusia 26 tahun ini tidak pernah memilih untuk dilahirkan dan tumbuh dalam kondisi yang penuh keterbatasan, meski semasa kecil sering mendapat ejekan atau bully dari teman sebayanya. Sapto bahkan hampir terpuruk oleh cibiran tersebut, tetapi kemudian bangkit dan membuktikan bahwa dirinya layak dihargai, bukan diremehkan. Ia memutuskan untuk berlatih olahraga dan memilih atletik sebagai cabang yang ditekuni.
Sapto pertama kali berlatih lari jarak pendek (sprint) pada usia 16 tahun, ketika masih di kelas 1 sekolah menengah kejuruan (SMK). Dedikasinya kemudian membawanya ke pelatnas, dan meski memiliki keterbatasan, ia berhasil membuktikan kemampuan yang luar biasa di bidang olahraga, meraih prestasi yang gemilang.
Sejarah Paralimpiade Paris tidak hanya mencerminkan kemajuan dalam olahraga difabel, tetapi juga menyoroti kekuatan dan semangat para atlet yang menjadi teladan. Kisah inspiratif peraih medali perak Saptoyogo Purnomo ini mengingatkan kita bahwa ketekunan dan dedikasi dapat mengatasi berbagai rintangan, memberikan harapan dan motivasi bagi banyak orang di seluruh dunia.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News