Keanekaragaman dan kelezatan dari jajanan tradisional di Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi. Mulai dari rasa, tekstur, hingga warna yang berbeda-beda memberikan ciri khas tersendiri bagi setiap kudapan yang sering kita jumpai di pasar tradisional.
Salah satu jajanan pasar yang masih eksis hingga saat ini adalah wingko babat. Pada dasarnya, kudapan yang berasal dari olahan kelapa ini memiliki rasa manis dan gurih.
Di balik rasanya yang banyak digemari oleh banyak orang, ternyata, wingko babat juga menyimpan berbagai cerita di baliknya, loh, Kawan! Karena itu, mari kita simak fakta-fakta menarik dari wingko babat!
Berawal dari Babat, Lamongan
Wingko babat telah lama dikenal sebagai oleh-oleh khas Semarang, Jawa Tengah. Namun, bila ditelisik lebih jauh tentang asal usulnya, ternyata, jajanan tradisional berbentuk lingkaran ini pertama kali diperkenalkan di Kecamatan Babat, Lamongan, Jawa Timur, loh!
Bahkan, di bundaran Pasar Babat, Lamongan, terdapat Tugu Wingko yang didirikan untuk meneguhkan identitas dari Wingko Babat berasal dari Babat.
Dilansir dari detikJatim, jajanan yang berasal dari Tiongkok ini dibawa pertama kali oleh Loe Soe Siang dan Djoa Kiet Nio ke Indonesia sekitar tahun 1898. Kala itu, pasangan suami istri itu menjual wingko ke pasar-pasar di Lamongan sebagai mata pencahariannya. Mereka menamai usaha wingko tersebut sesuai nama dari salah satu anak mereka, yaitu "Loe Lan Ing".
Merambah ke Kota Semarang
Berselang beberapa waktu, tanpa disangka, kue wingko semakin dikenal oleh masyarakat lokal karena memiliki peminat yang cukup banyak. Alhasil, hal ini mendorong Loe Lan Ing meneruskan bisnis wingko babat yang dibangun orang tuanya.
Dilansir dari detik.com, sebagai sesama penerus generasi kedua, saudara dari Loe Lan Ing, yaitu Loe Lan Hwa memutuskan untuk melebarkan bisnis kudapan berwarna coklat itu di tanah Semarang sekitar tahun 1946. Hal inilah yang menjadi cikal-bakal dikenalnya usaha Wingko Babat Cap Kereta Api atau Cap Spoor khas Semarang, Jawa Tengah.
4 Kuliner Legendaris Semarang yang Menggoda Selera, Wajib Dicicipi!
Dibuat dengan Cara Tradisional
Loe Lan Ing atau Lunak Lezat Istimewa merupakan salah satu gerai legendaris yang menjual wingko babat. Di tengah perkembangan zaman yang menawarkan berbagai kemudahan, sebagai pewaris generasi kelima dari gerai yang disingkat LLI itu, Olivia Gondokusumo, tetap memilih untuk menggunakan cara konvensional.
Dikutip dari detikJatim, hal ini bertujuan agar mempertahankan cita rasa otentik dari wingko babat menurut resep yang sudah ada sejak dahulu. Sebagai bukti, Olivia mengaku tetap menggunakan kayu sebagai bahan bakar dalam proses pembuatan adonan wingko.
Menjadi Bagian dari Beberapa Tradisi Budaya
Berdasarkan jurnal dengan judul “Intangible Conservation: Keberadaan Wingko Babat Kuliner Khas Semarang Tahun 1946-2019”, meski wingko babat lebih dikenal sebagai kue tradisional dan oleh-oleh, menariknya jajanan yang terbuat dari tepung beras ketan ini juga digunakan dalam tradisi pernikahan, ulang tahun, hingga hajatan di pulau Jawa.
Selain itu, beberapa masyarakat Tionghoa juga masih menjadikan jajanan bertekstur kenyal ini sebagai bagian dari ‘seserahan’ mempelai laki-laki kepada perempuan dalam acara pernikahan.
Berkembang menjadi Berbagai Varian Rasa dan Bentuk
Meski dari segi cara memasaknya tidak ada yang berubah, tetapi produsen kudapan yang identik dengan kemasan kertasnya ini tetap membuka peluang melalui inovasi varian rasa dan bentuk. Hal tersebut bertujuan agar wingko babat dapat tetap bersaing di industri makanan yang kian inovatif.
Beberapa varian rasa dari wingko babat adalah cokelat, keju, pisang, pandan, durian, hingga nangka. Rasa-rasa yang kekinian inilah yang akhirnya mendorong generasi muda semakin tertarik untuk mencoba jajanan tradisional asal Lamongan ini.
Di samping itu, Kawan GNFI juga dapat menjumpai wingko babat berbentuk kotak maupun persegi panjang.
Transformasi 5 Jajanan Tradisional menjadi Kuliner Kekinian
Setelah membaca cerita menarik di atas, apakah Kawan GNFI menjadi semakin tertarik untuk mencoba wingko babat? Meski saat ini banyak jenis kudapan baru yang masuk ke Indonesia, sebagai masyarakat lokal, kita jangan sampai terlena hingga lupa melestarikan budaya sendiri.
Justru, kita perlu memberi dukungan dan dorongan agar eksistensi dari jajanan-jajanan tradisional Indonesia dapat eksis hingga ke kancah internasional.
Referensi:
https://www.detik.com/jatim/kuliner/d-5995279/wingko-babat-loe-lan-ing-lamongan-kudapan-legit-legendaris-sejak-tahun-1898
https://www.detik.com/jatim/kuliner/d-6383861/wingko-jajanan-khas-babat-lamongan-yang-resepnya-sampai-semarang/2
https://www.detik.com/jatim/budaya/d-6297011/tugu-wingko-lamongan-peneguh-jajanan-itu-khas-babat
https://journal.unnes.ac.id/sju/jih/article/view/47029
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News