Nama "Magetan" berasal dari seorang tokoh berpengaruh dalam sejarahnya, yaitu Ki Ageng Mageti. Ketika Basah Gondo Kusuma dan Basah Suryaningrat meninggalkan pengasingan dan mencari tempat tinggal baru, mereka bertemu dengan Ki Ageng Mageti.
Sebagai bentuk bantuan, Ki Ageng Mageti menghadiahkan sebidang tanah untuk mereka dirikan pemukiman baru. Dari sini, daerah tersebut dinamakan "Magetian," yang kemudian berubah menjadi "Magetan."
Peristiwa ini terjadi pada 12 Oktober 1675, ketika Basah Gondo Kusuma diangkat sebagai penguasa pertama dengan gelar Yosonegoro.
Ini Tempat Wisata yang Dapat Dikunjungi di Magetan!
Ki Ageng Mageti adalah sosok penting dalam sejarah Magetan, dikenal karena kebijaksanaan dan perannya dalam mendirikan daerah tersebut.
Di akhir abad ke-17, saat Kerajaan Mataram Islam mulai melemah, Ki Ageng Mageti memberikan tanah kepada Basah Gondokusumo dan Basah Suryoningrat untuk dijadikan tempat tinggal baru. Ini terjadi setelah mereka diasingkan oleh Sultan Amangkurat I.
Pada 12 Oktober 1675, Basah Gondokusumo diangkat menjadi Bupati pertama dengan gelar Yosonegoro, dan wilayah itu dinamakan "Magetian" sebagai penghormatan bagi Ki Ageng Mageti.
Mengenal Kopi Lawu milik Magetan
Peran Ki Ageng Mageri dalam Membentuk Magetan
Ki Ageng Mageti memainkan peran penting dalam pembentukan sistem pemerintahan di Magetan melalui beberapa cara berikut:
- Pemberian Tanah: Ki Ageng Mageti menghadiahkan sebidang tanah kepada Basah Gondokusumo dan Basah Suryoningrat untuk membuka wilayah di sebelah utara Kali Gandong (sekarang Kelurahan Tambran). Hadiah ini menjadi dasar penamaan "Magetian," yang kemudian berkembang menjadi "Magetan."
- Restu Politik: Dukungan politik dari Ki Ageng Mageti sangat berpengaruh. Meskipun Basah Gondokusumo adalah anggota keluarga kerajaan Mataram, Ki Ageng Mageti memberi izin untuk membuka lahan tersebut. Ini menunjukkan kepercayaan Ki Ageng Mageti terhadap integritas dan kesetiaan Basah Gondokusumo pada Kerajaan Islam Mataram.
- Pendorong Pendirian Pemerintahan: Ki Ageng Mageti juga membantu Basah Gondokusumo meninggalkan status pengasingannya dan meraih kesempatan baru sebagai penguasa. Pada 12 Oktober 1675, Basah Gondokusumo diangkat sebagai adipati pertama Magetan dengan gelar Yosonegoro. Pusat pemerintahan dibangun di wilayah yang dinamakan Magetian sebagai bentuk penghargaan kepada Ki Ageng Mageti.
- Simbol Perubahan Politik: Nama "Magetian," yang kemudian menjadi "Magetan," bukan hanya simbol penghormatan, tetapi juga representasi perubahan politik besar. Basah Gondokusumo, yang sebelumnya diasingkan, diangkat menjadi adipati pertama dari kabupaten baru dengan penobatan yang ditandai dengan candra sengkala manunggaling rasa hambangun.
4 Macam Makanan Khas Magetan yang Wajib Dicoba!
Gunung Lawu dan Perannya dalam Sejarah Magetan
Magetan dikenal dengan sebutan Kota Kaki Gunung karena posisinya yang strategis di bawah Gunung Lawu dan dikelilingi oleh pegunungan. Secara geografis, kabupaten ini berbatasan dengan beberapa pegunungan, termasuk Gunung Lawu di sebelah barat, yang menawarkan pemandangan alam yang menakjubkan serta udara yang sejuk.
Julukan tersebut menggambarkan kekayaan alam Magetan dengan keindahan pegunungannya, yang juga menjadi daya tarik wisata utama, seperti Telaga Sarangan yang berada di lereng Gunung Lawu.
Gunung Lawu memegang peran penting dalam sejarah Magetan karena berbagai aspek historis dan legendaris. Menurut cerita rakyat, Raja Brawijaya V dari Majapahit mengasingkan diri ke puncak Gunung Lawu setelah runtuhnya kerajaan tersebut, dibantu oleh dua tokoh setia, Ki Wongso Menggolo dan Ki Dipo Menggolo.
Legenda ini terkait dengan burung Jalak Lawu, yang diyakini sebagai wujud jelmaan Ki Wongso Menggolo, patih terakhir yang masih setia menjaga keturunan Raja Brawijaya V di puncak Gunung Lawu.
Selain itu, Gunung Lawu juga menjadi saksi pertempuran besar di Bulak Peperangan antara pasukan Raja Brawijaya V dan Kadipaten Cepu, di mana hanya sedikit yang selamat dari konflik tersebut.
Dianggap sebagai gunung keramat, Gunung Lawu memberikan restu spiritual yang dianggap penting dalam pendirian Magetan oleh Basah Gondokusumo dan Basah Suryoningrat, yang menerima tanah dari Ki Ageng Mageti, seorang murid wali dari timur Gunung Lawu.
Lereng gunung ini juga menyimpan warisan budaya yang kaya, seperti candi-candi Hindu dan reruntuhan batu andesit dari abad ke-9, yang mencerminkan perkembangan agama dan budaya Hindu di wilayah tersebut.
Gunung Lawu bukan hanya ikon geografis, tetapi juga lambang spiritual dan sejarah yang kuat dalam pembentukan Magetan.
Perkembangan Magetan dari Kerajaan Mataram Islam
Magetan juga berkembang dari Kerajaan Mataram Islam setelah peristiwa politik penting pada abad ke-17. Pada tahun 1646, Sultan Amangkurat I menggantikan Sultan Agung dan membuat perjanjian dengan VOC, yang memperlemah Mataram. Dalam situasi ini, Basah Gondo Kusuma dan Patih Nrang Kusumo diasingkan karena dituduh bersekongkol.
Setelah masa pengasingan, mereka bertemu dengan Ki Ageng Mageti yang memberikan tanah untuk mendirikan pemukiman baru. Pada 12 Oktober 1675, Basah Gondo dilantik sebagai Bupati Yosonegoro, dan wilayah tersebut dinamakan "Magetian" sebagai bentuk penghormatan kepada Ki Ageng Mageti.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News