dapatkah agama dan ai hidup berdampingan secara harmonis - News | Good News From Indonesia 2024

Dapatkah Agama dan AI Hidup Berdampingan Secara Harmonis?

Dapatkah Agama dan AI Hidup Berdampingan Secara Harmonis?
images info

Kecerdasan buatan (AI) adalah bidang ilmu komputer yang didedikasikan untuk memecahkan masalah kognitif yang biasanya terkait dengan kecerdasan manusia, seperti pembelajaran, kreativitas, dan pengenalan gambar. AI telah banyak terlibat dalam kemajuan teknologi dan sosiokultural.

Ketika staf agensi kesulitan menemukan strategi aktivasi di masa depan, mereka mungkin menggunakan ChatGPT sebagai inspirasi. Ketika siswa sekolah menengah menghadapi kesulitan dengan pekerjaan rumah matematika, mereka mungkin memasukkan angka-angka mereka ke dalam Photomath. Namun, bagaimana hal ini berlaku dalam kehidupan beragama? Apakah AI berdampak pada orang-orang beriman yang sering membutuhkan jawaban teologis?

Kita tahu bahwa Asia Tenggara adalah wilayah dengan keragaman agama yang tinggi. Di wilayah ini, banyak orang melihat agama bukan hanya sebagai sistem kepercayaan tetapi juga sebagai bagian dari tradisi keluarga, budaya, dan bahkan identitas etnis.

Di negara-negara seperti Singapura, Kamboja, dan Thailand, banyak orang merasa memiliki hubungan pribadi dengan agama-agama selain yang mereka anut. Menurut Gallup, agama memegang peranan penting di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, dan Thailand, di mana lebih dari 95% penduduk menganggap agama sangat penting.

Meskipun lebih dari separuh populasi dunia memiliki kepercayaan spiritual dan AI berkembang pesat, diskusi tentang hubungan antara agama dan AI masih sangat minim. Kenyataannya, AI sudah digunakan dalam berbagai aplikasi, mulai dari aplikasi meditasi berbasis agama hingga analisis teks keagamaan. Sebagai contoh, Al-Qur'an, kitab suci Islam yang ditulis dalam bahasa Arab Klasik, membutuhkan waktu dan metode untuk membaca, menghafal, dan menafsirkannya. Saat ini, banyak aplikasi berbasis AI yang bertujuan membantu umat Muslim berinteraksi dengan Al-Qur'an.

Sementara itu, di Tiongkok, seorang robot biksu bernama Xian'er yang mampu membaca teks keagamaan, memutar himne Buddha, dan bahkan menjawab pertanyaan spiritual dengan kebijaksanaan Buddha, menunjukkan peran AI dalam agama Buddha. Robot humanoid ini juga aktif di media sosial, menggunakan data dari ajaran Master Xuecheng yang telah menjawab ribuan pertanyaan melalui Weibo.

Menurut Rizal dalam artikelnya untuk Kementerian Agama Kabupaten Lingga, AI memiliki potensi untuk mendukung interpretasi agama, namun keterbatasannya harus diakui. AI, yang bergantung pada pemrograman dan data, sering kali kesulitan menangkap nuansa kompleks seperti emosi, niat, serta konteks budaya, sejarah, atau sosial yang tertanam dalam agama. Interpretasi agama sangat subjektif dan bergantung pada pengalaman spiritual dan moral yang sulit diukur secara algoritmik.

Selain itu, bias dalam data pelatihan AI dapat menghasilkan interpretasi yang tidak akurat atau cenderung mendukung satu perspektif—data set yang paling dominan. Meskipun AI dapat memberikan wawasan berdasarkan pola data, peran utama dalam memahami agama tetap berada di tangan manusia. Kebijaksanaan dan interpretasi yang berasal dari pengalaman manusia dan tradisi keagamaan jauh lebih dalam daripada analisis mesin.

AI memang dapat memfasilitasi praktik keagamaan, tetapi esensi spiritualitas dalam praktik agama berakar pada pengalaman pribadi dan nilai-nilai spiritual yang dialami oleh setiap individu. Sementara AI mungkin dapat membantu dalam aspek praktis spiritualitas, perannya dalam memahami dimensi filosofis dan sosiokultural spiritualitas masih memerlukan evaluasi lebih lanjut.

Baca selengkapnya: https://seasia.co/2024/09/25/can-religion-and-ai-coexist-in-harmony 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Diandra Paramitha lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Diandra Paramitha.

DP
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.