Ondel-ondel merupakan salah satu kesenian rakyat khas Betawi yang banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia. Dalam budaya Betawi, ondel-ondel diwujudkan dalam bentuk boneka dengan ciri khasnya tersendiri dan dibuat berpasangan (laki-laki dan perempuan) seperti layaknya manusia.
Ondel-ondel laki-laki biasa dibuat dengan warna merah, alis tebal, mata yang melotot, serta kumis tebal. Hal tersebut menjadi simbol semangat dan keberanian masyarakat Betawi.
Sementara itu, ondel-ondel perempuan biasa diwujudkan dengan boneka berwarna putih, bermata hitam sayu, alis melengkung, dan bulu mata lentik. Karakteristik boneka tersebut melambangkan kekuatan baik dan kesucian.
Dewasa ini, ondel-ondel telah menjadi simbol masyarakat Betawi. Jika mendengar kata ‘ondel-ondel’, semua orang pasti akan langsung mengingat suku yang berasal dari Jakarta ini. Sehari-harinya, kita dapat dengan mudah menemukan boneka ini di setiap sudut Jakarta, seperti pusat perbelanjaan, hotel, perkantoran, ataupun perayaan hari-hari besar.
Tahukah Kawan GNFI bahwasanya kepopuleran kesenian ini tidak terlepas dari akar sejarahnya yang kuat? Berikut merupakan sejarah singkat mengenai kesenian rakyat khas Betawi, yakni ondel-ondel.
Catatan Historis Milik Pedagang Inggris
Jika berbicara mengenai penemu serta asal muasal ondel-ondel, sebenarnya belum ada bukti konkret yang dapat menjadi landasan munculnya boneka ini. Meskipun begitu, ada satu catatan historis yang menceritakan mengenai keberadaan ondel-ondel pada zaman dahulu.
Catatan tersebut ditulis oleh pedagang Inggris bernama W. Scott yang sedang berkunjung ke Indonesia sejak lama sekali. Berdasarkan tulisan itu, ondel-ondel sudah ada sebelum tahun 1600 Masehi.
Dalam tulisannya, W. Scott mengatakan ada salah satu kebudayaan unik pada upacara adat yang ia temukan di Sunda Kelapa (sebelum dinamakan Jakarta), yakni boneka raksasa. Meskipun ia tidak menyebutkan nama boneka raksasa tersebut, para ahli tetap meyakini bahwa yang dimaksud dengan boneka raksasa tersebut adalah ondel-ondel
Wabah Penyakit
Berdasarkan buku kesenian Nasional 6 Ondel-Ondel karya Kustopo, sesepuh adat Betawi meyakini bahwa ondel-ondel sudah ada sejak zaman nenek moyang. Pada masa itu, diyakini bahwa ondel-ondel mulanya digunakan untuk keperluan upacara adat, yakni upacara adat tolak bala. Upacara tersebut merupakan ritual yang diadakan untuk mengusir wabah penyakit yang menyerang suatu daerah.
Berdasarkan cerita dari mulut ke mulut, awal mula dibuatnya ondel-ondel terjadi ketika ada seorang warga di sebuah Kampung Negeri Sundapura yang mengalami sakit. Sakit yang dideritanya mulai dari panas, menggigil, muncul bintik merah, hingga mengigau.
Hal tersebut yang mulanya dianggap biasa, lama kelamaan menjadi bencana karena terus menyebar ke penduduk-penduduk lainnya. Setiap paginya pasti akan ditemukan penduduk di kampung tersebut yang terkena penyakit serupa. Begitu terus terjadi hingga akhirnya hampir seluruh warga di kampung tersebut juga terserang penyakit serupa.
Upacara Adat Tolak Bala
Pada saat itu, disebutkan bahwa belum adanya seorang dokter apalagi rumah sakit. Jika seseorang sakit, maka dukunlah yang biasanya akan mengobati. Meskipun begitu, dukun di kampung tersebut tampak kebingungan dengan wabah penyakit tersebut yang dengan cepat menyebar.
Kemudian, diceritakan bahwa dukun tersebut bersemayam menyendiri untuk mencari petunjuk mengenai obat penyakit tersebut kepada junjungannya. Setelah itu, ia akhirnya mendapat ilham untuk membuat boneka berbentuk orang-orangan dengan ukuran yang besar. Kustopo dalam bukunya menyebutkan bahwa orang-orangan tersebut merupakan perwujudan dewa penolong yang akan mengusir roh-roh jahat di kampung.
Para penduduk akhirnya melaksanakan hal tersebut. Mereka dipimpin oleh dukun tersebut mengadakan upacara adat lengkap beserta mantra-mantra dan sesajennya. Singkat cerita, ritual tersebut pun membuahkan hasil. Hanya dalam beberapa hari, seluruh warga dinyatakan sembuh dari wabah tersebut.
Setelahnya, masyarakat meyakini bahwa orang-orangan tersebut merupakan sarana untuk meminta pertolongan kekuatan gaib. Hal tersebut membuat para warga melakukan ritual tersebut setiap musim untuk menguisr roh-roh jahat. Lama kelamaan, upacara tersebut menjadi kebiasaan adat bagi masyarakat Betawi.
Meskipun begitu, kini ondel-ondel tidak lagi digunakan oleh masyarakat Betawi untuk keperluan ritual semacam itu. Kini, ondel-ondel biasa digunakan oleh masyarakat Betawi untuk pertunjukkan seni budaya ataupun sebagai simbol masyarakat Betawi. Wajahnya pun sudah diubah sehingga nuansa seram berubah menjadi menyenangkan.
Sumber:
https://dinaskebudayaan.jakarta.go.id/news_web/detailnews/ondel-ondel-betawi-sejarah-dan-kekhasannya
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6141565/sejarah-ondel-ondel-dulu-dipercaya-jadi-boneka-penangkal-penyakit
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News